Wajah Megan datar ,bibirnya terkatup rapat sementara kepalanya menunduk menatap karpet merah dibawahnya,seolah menatap karpet itu lebih aman dibanfibgkan melihat wajah kecewa Alya.
Megan tau sifat Alya ketika ia membuatnya marah bahkan ini lebih parah daripada marah,dulu-saat ia membuat Alya marah cewek itu hanya diam dan itupun tak lebih dari itu esoknya akan kembali menjadi Alya yang biasanya.
Sejak dulu, Alya dan Megan bagai perangko yang tidak bisa dipisahkan, tapi setelah insiden perceraian kedua orang tuanya, Megan tidak mau lagi mengeluti apa yang dilakukan oleh kakaknya dan memilih jalan sendiri,tanpa peduli jalan yang dipilihnya salah sekalipun.
Sementara Alya tergelak disofa usangnya yang telah lama tak terganti, mengingat ibunya yang jarang pulang dan ayah yang hilang tanpa kabar setelah perceraian itu,jika bisa, Alya ingin berontak pada dua orang egois yang menelantarkan mereka.Dan untungnya Alya masih memiliki pekerjaan sampingan untuk dia dan Megan,meski terkadang harus berbohong bahwa uang itu adalah hasil kiriman jatah dari ibu.
Dan, yeah itu menyedihkan sebenarnya.
Alya menghela nafas,mengusap wajahnya lelah.
"Kamu tidur."
Hanya itu,lalu Alya pergi menuju kamarnya,dan tanpa Megan tau bahwa setelah itu Alya menangis.
---
Meskipun.
Wajah Alya pagi itu seperti biasa,melakukan sarapan dengan senyuman dan pergi menuju halte dengan senyuman yang sama.Megan tau bahwa kejadian tadi malam bukan perkara yang mudah untuk di maafkannya.
Megan menyesap susu putihnya yang masih setengah gelas,lalu beranjak berangkat menuju sekolah dengan mobil yang dulu diberikan ayahnya.
.
.
.Menjadi ketua osis tidak semenyenangkan yang Alya bayangkan sebelumnya.Jika dulu menjadi ketua osis adalah impiannya namun sekarang menjadi ketua osis adalah mimpi buruk bagi Alya. Dimulai dari mengurusi beberapa murid bandel yang merokok dirooftop,murid yang membolos melalui gerbang belakang,lalu setelah itu rapat bersama anggota osis lainnya,yang tentu saja membuat waktu istirahatnya dibabat habis - habisan.
"..dan saya Alya menyatakan rapat hari ini ditutup.."
Setelah berkata demikian Alya memberi salam pada seluruh anggota lalu Alya keluar ruangan yang sering dikunjungi mulai dari hari ini dan seterusnya hingga jabatannya menjadi ketua osis telah digantikan oleh orang lain.
"Ya" Alya menoleh,menemukan sosok Tyar yang tersenyum padanya.
Alya membalas sementara tangannya mengunci pintu ruang osis.
Dia Tyar,cowok yang beberapa waktu ini sering mendekati Alya,kebetulan juga cowok itu sekelas dengan Alya. Sebelumnya Alya memang risih karena tanpa angin dan petir tiba - tiba saja Tyar mendekatinya.
"Gue tungguin di kantin hehe, lo lupa?" Tyar menggaruk lehernya yang tak gatal.
Alya menepuk jidatnya,lalu memasang wajah bersalah.Ia lupa bahwa kemarin sudah berjanji akan menemui Tyar ketika jam istirahat. Alya menggigit bibir bawahnya.
Tyar terkekeh. " err..tapi ga pa - pa kali hehe kan bisa lain waktu. " meski ada sedikit nada gugup di setiap kata yabg diucapkannya.
Namun Alya,-cewek itu tetap saja merasa bersalah karena telah melanggar janjinya.
"Umm,kalo nanti sore di caffe Green bisa kan?" Tawar Alya,Tyar berbinar. " umm tapi kalo lo mau."
Sayangnya,tak ada alasan bagi Tyar untuk menolak ajakan dari Alya yang menurutnya umm special.
---
Bila sore hari dengan cuaca menyenangkan biasanya para remaja berkumpul bersama teman sebayanya untuk berjalan - jalan atau bersepeda ke tempat yang menurut mereka asik untuk di jadikan sebagai tempat nongkrong. Namun, lain halnya dengan cowok yang sedang berguling diatas kasurnya dengan selimut menutupi tubuhnya,tak peduli cuaca bagus atau buruk sekalipun,baginya hal terindah didunia adalah-tidur sampai malam hari setelah itu bangun dan bergelut dengan dunia malamnya yang hingar bingar.
Bahkan ia terdengar seperti,kelelawar yang hanya keluar pada malam hari.
Suara gedoran dari luar membuat cowok itu terpaksa terbangun dari mimpi indahnya,setelah lama diabaikan suara gedoran itu hilang,dengan senang hati ia kembali tertidur tanpa peduli siapa yang mengetuk pintunya pada sore hari seperti ini.
"HARIIIIIIS!!"
Cowok itu,-Haris terlonjak dari tidurnya dengan rambut acak - acakan. Bahunya melorot kebawah mendengar teriakan macan mengamuk. Haris mengaruk rambutnya kasar seraya merapikan bajunya yang lecek karena dipakai tidur seharian.
"Apa?" Tanya Haris malas. Cewek itu nyengir.
"Hehe gue kira lo ga bakalan bangun." Cewek imut itu menggerak - gerakan rok selututnya.
"Gue kira lo bakalan marah,bebek..." Haris mencubit pipi tembam adiknya gemas,membuat cewek itu meringgis.
"Iih,jangan panggil gue bebek! Udah cepetan ganti baju,gue ga mau dikira jalan sama abang - abang tukang parkir ya!"
Haris mengangguk malas,menghadapi adiknya yang cerewet memang harus menguras banyak tenaga,apalagi harus mengahadapi ketika adiknya itu marah,kira - kira bakal seperti tuan Patro berwajah imut.
Tuan Patro itu tetangga mereka yang galak,omong-omong.
Setelah siap,Haris turun menemui adiknya,-Vera yang terang - terangan menatapnya dongkol karena telah menunggunya lebih dari setengah jam.
Tanpa peduli Haris berjalan menuju garasi untuk mengambil mobil."Kemana nih btw?" Tanya Haris ketika sudah berada didalam mobil bersama dengan Vera disampingnya.
"Caffe Green, ayo acaranya 20 menit lagi nih"
.
.
.Mobil berwarna merah itu terparkir mulus disepan sebuah caffe bertuliskan Green dibagian atasnya,seperti namanya caffe ini bercat hampir keseluruhannya berwarna hijau. Dua orang bergender berbeda turun dari mobil tersebut.
Caffe ini biasanya sepi jika sore hari,tapi hari ini berbeda,lebih ramai-umm ini bahkan sangat ramai.
Alya melirik Tyar, " kita pindah tempat aja deh kayaknya." Tyar mengangkat satu alisnya.
"Kenapa?" Hingga cowok itu mengerti sendiri karena caffe yang ramai dan sepertinya tidak ada tempat untuk mereka berdua.
"Terserah lo aja," Alya mengangguk. Baru saja hendak masuk kedalam mobil milik Tyar,suara benturan dari arah belakang terdengar.
Mobil biru itu menabrak bagian belakang mobil Tyar hingga bagian belakangnya sedikit penyok dan plat yang bergelantungan.
"Ehh siapa yang parkir disana minggir dong!" Suara dari dalam mobil itu.
Alya menggerang kesal,sudah jelas - jelas dia yang menabrak kok malah disuruh minggir,bukannya ganti rugi atau sekedar minta maaf.
Dengan kesal Alya mengetuk kaca mobil itu,
"Keluar dong! Lo yang salah juga kok malah suruh temen gue minggir. Ganti rugi dong liat mobilnya penyok gara - gara lo."
Kaca mobil itu terbuka,menampakan senyum miring sang pemilik mobil. "Udah puas marahnya?"
Alya semakin panas,mengingat - ingat cowok ini adalah cowok yang membuatnya mati konyol gara - gara kemarin cowok sialan ini kepergok sedang mencium bibir adiknya.
"Hay kakak ipar" cowok itu tersenyum tebar pesona,jika cewek lainnya akan menjerit histeris maka Alya akan menjadi satu - satunya yang akan muntah darah,ehh itu terlalu berlebihan.
Tangan Tyar menarik lengan Alya menjauh dari cowok sialan yang menyebutnya dengan kakak ipar,bahkan menjadi kakak iparnya Alya sudah bergelidik ngeri.
Dan tensi Alya meningkat saat cowok setan itu berteriak.
"KAKAK IPAR BESOK KITA DINNER YA,ADIK IPARMU INI SELALU SIAP SEDIA LO.."
Ahh..betapa menyebalkan cowok itu dimata Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Popular Girl with Clubing Sister
Novela Juvenil#Fiksi Remaja. Alya Feronica Nichole gadis manis bergigi kelinci yang terkenal dengan sikap sopan dan prestasinya membuat gadis ini menjadi kesayangan para guru dan juga teman - temannya. Namun dibalik semua...