Part 9

1K 112 57
                                    


Quinn dan Zachary menatapku sesaat setelah Quinn mengatakan jika mungkin Ashley bisa menggantikan Elsa. Aku berdeham ragu, "Apa kalian mau mampir ke kedai es krim?" tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"YA AKU MAUU! AKU MAU COKLAT MIN,"

"AKU VANILA COKLAT CHIP," ujar mereka antusias. Menghela nafas lega, beruntunglah aku usia mereka masih balita, sehingga mudah untuk ku kelabui.

Keluar dari kedai es krim, aku tidak langsung melajukan mobilku menuju arah pulang, melainkan mampir sebentar ke makam Elsa. Zachary membawa setangkai bunga mawar merah sedangkan Quinn bunga mawar putih.

Kami bertiga berjalan melintasi pemakaman, setelah sampai didepan batu nisan Elsa, kedua buah hati ku langsung memeluk nisan itu bagai memeluk seorang manusia, "Mom, kami rindu pada Mom. Maafkan kami karena baru bisa datang," ujar Zach.

"Hey, ayo berdoa," ajak ku.

Mereka berdua bersila diatas rumput sambil menghadap kearah nisan milik Elsa. Kami sama-sama menyatukan kedua telapak tangan kami lalu memejam mata.

"Tuhan, titipkan salam rinduku kepada Mommy," Quinn bersuara, "Meskipun Quinn dan aku belum pernah bertemu dengan Mom, tetapi aku yakin Mom seorang wanita yang cantik yang Kau kirimkan untuk Dad," sambung Zach.

"Semoga Elsa diberikan tempat terindah disisiMu," ujarku.

Kami menyelesaikan doa dan selanjutnya mereka meletakkan bunga mawar diatas pusaran Elsa. Quinn dan Zachary berjalan kearahku yang masih dalam posisi duduk. Mereka berdua duduk disisi kanan dan kiriku.

"Dad, kapan Mom bangun dari dalam sana?" tanya Zach.

Baru saja aku ingin menjawab, Quinn sudah menyahut, "Mom sedang tidur panjang. Hanya Tuhan yang tahu kapan ia akan bangun,"

Sungguh rasanya ingin menangis jika melihat pemandangan seperti ini. Seharusnya Elsa berada ditengah-tengah kami, menyaksikan perdebatan konyol Quinn dan Zach, namun kenyataan berkata lain.

Ku usap kedua kepala mereka dan mendaratkan ciuman dipipi mereka, "Ayo pulang,"

"Da-dah, Mom," Quinn dan Zach berpamitan. Mereka berlari menuju moses melintasi jalan setapak.

Setibanya kami dirumah, aku disambut dengan wajah murung Niall. Ia duduk sambil menekuk kedua kakinya didepan rumah ku. Tatapannya kosong.

"Tidak biasanya kau melamun," ujar ku saat mengunci moses. Quinn sudah lebih dulu berlari masuk kedalam rumah, sementara Zach ikut duduk disamping Niall.

Niall menghela nafas panjang. Terlihat letih atau sedih?

"Aku hanya iseng," ujarnya yang menurutku hanya bualan semata.

"Mata birumu tidak bisa berbohong, bocah," ku tinju pelan bahunya sambil terkekeh, "Jika sudah mau bercerita, masuklah kedalam," Niall mengangguk.

Author's POV

Greyson melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah, sedangkan Zachary memilih tetap tinggal bersama Niall. Ia memandangi sepatu Iron Mannya itu dengan tatapan kosong. Digerakannya kedua kakinya sehingga menimbulkan suara gemericit dari pergesekan antara sepatunya.

"Kau tidak ikut masuk?" tegur Niall pada bocah brunette itu.

"Aku ingin menemani mu,"

Hati Niall sedikit tersentuh karena kepolosan dan kejujuran Zachary, "Apa yang membuat mu ingin menemaniku?"

New Journey [Greyson Chance]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang