"Permisi.."
Semua pasang mata terarah pada seorang gadis yang baru saja menggeser pintu sambil melirik ke segala penjuru kelas."Darimana aja kamu?!"
"Itu buk.. tadi sa-"
"Udah duduk sana!"
Seorang gadis dengan kunciran di rambutnya itu mengangguk sebelum kemudian melangkah ke mejanya, menempati satu bangku kosong di samping gadis cantik dengan tubuh ramping bagai model majalah trendy yang sedang ngetrend di kalangannya itu.
"Lo darimana?"
Rara yang terbiasa tidak tau tempat dan waktu itu memulai acara introgasinya kepada seorang gadis yang sekarang sudah sibuk mencatat dan melirik-lirik sang guru yang tengah menerangkan materinya. Gadis yang bernama Kinda itu hanya fokus sebelum akhirnya mencuri-curi kesempatan untuk menjawab pertanyaan temannya sambil tetap berjaga agar guru yang sepertinya masih sering meliriknya untuk mencari kesalahan gadis itu, tidak menghukumnya.
"Ada rapat. Lu bisa diem gak sih?"
Rara yang tak puas dengan jawaban gadis songong yang sudah dianggapnya saudara itu, hanya mencebikkan bibirnya kesal. Berfikir tentang Kinda yang seharusnya lebih ramah pada gadis cantik berusia 17 tahun yang sering sensitif itu.
Entah ini hanya perasaannya saja atau memang ini kenyataannya, Kinda merasa ada kejanggalan yang terjadi disini. Tapi apa?
"Ra..?"
"Hmm?
Rara menoleh sebentar lalu kembali pada apa yang dilihatnya tadi di papan tulis itu."Lo tau? Hampir 3 tahun gue sekolah disini, baru kali ini gue ngerasain bener-bener belajar. Tumben nanget kelas yang biasa kaya kandang kambing gini kok jadi sunyi sih.. Semuanya gue liat pada konsentrasi banget malah. Kita gak ada ujian mendadak kan?
Ini rekor, bagi Rara yang baru pertama kali mendengar sahabatnya berbicara panjang dengan nada basa-basi umumnya yang tak lagi biasa jika pelakunya sahabatnya yang songong itu. Dan yang menambah efek menegangkannya lagi adalah.. fakta bahwa guru bahasanya yang biasanya hanya bisa diam dan pasrah dengan kelakuan muridnya merasa menang dan mulai berani berkuasa untuk menguasai kelas dengan murid yang tampak mempunyai minat belajar sekarang.
Rara mengangguk. Mengira-ngira kata apa yang tepat digunakannya untuk merespon si songong sahabatnya itu.
"Lu peka juga ya? Gue baru tau lo bisa kaya gini juga. Gue pikir lu robot Kinnn.."
Rara menjawab dengan dramatis dan hiperbolis. Untuk sekarang, Kinda yang sedang membutuhkan jawaban untuk menuntaskan rasa penasarannya pada kelas kambing yang berubah menjadi tempat spa ini hanya bisa tersenyum paksa, agar temannya yang sudah terbiasa lebay ini tak mengurungkan niat untuk menjawab pertanyaannya.
"Lu mau tau kenapa..?"
"Ya"
Kinda menjawab cepat sambil mengangguk mantap.
"Menurut lo nih.. apa yang biasanya ngebuat kelas kita rusuh?"
"Ada yang ngelawak, saling bully, terus..?"
"Oke.. oke.. pertanyaannya..
Siapa dalang dari yang lo bilang semua tadi hmm..?""..."
Kinda berfikir. Apa maksudnya ini. Apa Rara salah menangkap apa yang ditanyakannya tadi. Tapi tak mungkin. Rara tak pernah salah saat menceritakan sesuatu. Rara sang juara berdongeng di kelasnya, selalu tau apa yang dieritakannya. Dia bukan penggosip murahan yang hobi berdiri di pojok-pojok ruangan untuk saling bertukar informasi. Rara yang dikenalnya ini, penggosip handal yang berkelas, yang punya tempat dan cara yang istimewa untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA KINDA (ON GOING)
Teen Fiction"Selama ini, mau gimana pun.. gue cuma bisa kepikiran lo waktu ngedenger pertanyaan ini dari temen gue..." "Pertanyaan apa?" "Apa yang paling lo suka? Paling lo sayang? Paling lo cinta? Paling lo benci di dunia ini? Dan gue selalu ngerasa kalah kare...