[BRUAAAAAK]
Kereta ini tiba-tiba berguncang dengan sangat keras. Sampai-sampai Isla terpental dari tempat duduknya. untung saja Leon dengan cepat menangkap tubuh Isla sebelum menyentuh lantai.
"Heh, a-apa?, kenapa tidak sakit?" Isla yang menutup kedua matanya rapat-rapat terheran karena tidak merasakan kerasnya lantai yang seharusnya ia rasakan. Perlahan ia mulai membuka kedua matanya, dan menjumpai wajah Leon yang sudah begitu dekat dengan wajahnya.
[Deg Deg!!]
Detak jantung Isla berdegup sangat keras, mungkin amat keras hingga Leon dapat merasakan hentakan itu di dadanya.
"Apa kau baik-baik saja?"
Isla tidak menjawab pertanyan Leon. Wajahnya malah kian memerah sembari memakukan kedua bola matanya kearah Leon. Entah apa yang ada di pikirannya hingga ia tidak mendengar ucapan Leon yang tepat berada di depan batang hidungnya.
Berkali-kali Leon memanggil nama Isla tapi tetap saja tak ada jawaban darinya. Hanya suara degup jantung Isla yang terdengar semakin cepat seakan merespon suara yang Leon keluarkan. Hingga akhirnya Isla menutup kedua matanya.
"Ah," Leon sedikit terkejut. "Di-dia pingsan ???"
Seketika sekujur tubuh Leon dipenuhi dengan keringat dingin.
"Ba-bagaimana ini?" Leon tampak kebingungan. "Apa yang harus aku katakan pada Gillman--"
[Zwerrr~]
Tiba-tiba saja Leon merasakan suasana aneh dari luar kereta. Suasana dimana Leon dibuat tak bisa berkata-kata, badannya membeku, isi pikirannya menjadi kacau dalam kebingungan. Hingga akhirnya perasaan itu hilang seketika. Isi pikiran Leon pun kembali seraya hilangnya perasaan aneh yang singkat itu. Leon pun langsung menyadari bahwa pasti sudah terjadi sesuatu di luar. kalau tidak, mana mungkin goncangan tadi dapat terjadi. Ia pun mengangkat Isla dan merebahkannya di tempat duduk kereta.
Setelah memastikan Isla aman, Leon bergegas untuk melihat apa yang terjadi diluar sehingga ia mendapat perasaan aneh seperti tadi. Ia pun mendobrak daun pintu kereta hingga suara berisik pintu itu terdengar lagi.
[BRUUUAK]
Dari samping kereta Leon melihat ke arah depan kereta dan mendapati bahwa dua ekor Camelon yang menarik kereta itu terselungkup berbaring di atas tanah dengan perangai memilukan. Tapi yang paling menarik perhatian Leon adalah Gillman yang tengah dikepung oleh sekumpulan bandit. Terlihat dari perlengkapan dan senjata lengkap mereka sepertinya ini daerah tempat mereka biasa mencari mangsa.
Gillman berdiri diam di tengah kepungan para orang asing itu. Hanya ada satu kata yang dapat menggambarkan sikap Gillman saat itu, bukan tegang, takut, maupun panik, ia lebih terlihat bersikap tenang.
"Paman Gillman, apa kau tidak apa?" teriak Leon dari samping kereta.
"Oy oy Apa ini? apa bocah itu menghawatirkan paman pelayan ini?" ucap salah seorang seorang bandit yang bersenjatakan arit. "He he he he, ayolah pelayan kurang ajar. Jangan sia-siakan perhatian bocah itu. Serahkan barang berharga kalian lalu lekaslah pergi dari sini. Jika kau masih sayang nyawamu,"
"itu benar, biar kuberi tahu. Bos kami yang besar ini orangnya tidak sabaran. He he he he" sambung salah seorang bandit kurus sambil menunjuk seorang bandit berbadan seperti kuda nil.
"Hei anak muda, jangan biarkan satupun dari mereka masuk ke dalam kereta," ucap Gillman dengan keras dan lantang tertuju pada Leon mengingat ia kini berada sekitar dua puluh meter di depan kereta dan tak dapat pergi dari sana karena kepungan para bandit.
"Heh kalau cuma seorang bocah, aku sendiri sudah cukup." Bandit keempat dengan ikat kepala hitam mengambil inisiatif untuk memalingkan pandangannya dari Gillman dan pergi berlari dengan cepat kearah Leon. Belati di tangan bandit itu pun sudah siap untuk menembus apa saja yang menjadi penghalang, senyuman mengerikan sang bandit pun mencerminkan bahwa ia tidak akan tanggung-tanggung dalam apa yang akan ia lakukan setelah ini.
"Mati kau, kekeke--"
[ SWUSH ]
[.BUK!! ] [ BUK!! ] [ BRAAAAK!!! ]
Kejadian yang sangat cepat terjadi, menyisakan seseorang tergeletak di samping kereta. Namun Leon masih berdiri kokoh diatas kuda-kudanya. Pada peristiwa yang singkat itu Leon berhasil menghindari serangan fatal dari si bandit. Kemudian Leon mendaratkan satu pukulan pada perut si bandit dan satu tendangan kearah kepala bandit sampai membentur badan kereta hingga terdengar suara keras tadi.
"Kurang ajar kau bocah. Sini biar aku cabut kepalamu" Umpat seorang bandit yang sebelumnya mengancam Gillman.
Para anak buah Si Kuda Nil yang mulai kesal dengan aksi Leon tanpa basa-basi lagi langsung menghampiri Leon. Namun mereka memilih langkah yang salah, sehingga membuka peluang besar bagi Gillman untuk melancarkan serangan dari tempatnya berdiri. Ia yang sejak tadi berdiam diri langsung mengambil kesempatan yang telah dibuat oleh Leon.
Gillman bergerak dengan sangat cepat, cepat sekali hingga Leon sedikit kesusahan melihat pergerakan Gillman. Dimulai dengan memukul Si Bos Kuda Nil tepat di wajahnya hingga Si Bos Kuda Nil itu terpental kebelakang. Gillman tidak membiarkan serangannya di kelak ataupun ditahan oleh Si Bos Kuda Nil. Kemudian ia berlari berbalik arah melesat mengejar kedua bandit yang menuju ke arah Leon. Lalu secara bersamaan Gillman memukul kedua bandit itu tepat di belakang lehernya sehingga mereka berdua terjatuh ke tanah dan kehilangan kesadarannya.
Para bandit pun tak bangkit lagi dari tempatnya terjatuh, semuanya tumbang akibat menerima satu pukulan telak dari Gillman. Bukannya harta yang mereka dapat melainkan pukulan dari Leon dan Gillman yang mendarat pada mereka. Hanya para bandit itu yang tahu bagaimana rasanya menerima pukulan telak dari seseorang yang dapat mengangkat kereta monster seorang diri.
Anehnya, setelah berhasil mengalahkan para bandit wajah Gillman tampak biasa saja. Ia tidak puas, senang ataupun merasa bersyukur para bandit itu tidak melukai dirinya. Ia seperti bersikap acuh tak acuh pada peristiwa yang terjadi barusan. Fokusnya malah tertuju pada hal lain.
"Anak muda, bagaimana keadaan di dalam?" tanya Gillman dengan suara besarnya.
"ee—,anu-" Leon sedikit kebingungan setelah peristiwa menegangkan yang terjadi padanya. Apalagi ditambah ia baru teringat kondisi Isla di dalam kereta.
"jangan bilang kalau terjadi sesuatu dengan nona," Gillman curiga.
[ KRRIEEK ]
Akhirnya, suara pintu kereta yang tidak menimbulkan kegaduhan di telinga bisa terdengar.
"mmm, hooaaaam. Ada ribut-ribut apa ini? Sepertinya aku ketiduran." Isla keluar dari kereta dengan tampang polos seperti tidak terjadi apa-apa.
"Syukurlah tidak terjadi apa-apa pada Nona." Kembali Gillman sedikit menundukkan badannya, dan tampang kaku di wajahnya terlepas setelah melihat Isla. "maafkan saya nona, kereta kita diserang oleh bandit dan sepertinya kaki Camelus terluka akibat jebakan para bandit tadi. Mungkin kita baru akan mencapai kediaman keluarga Linley esok hari." Jawab Gillman
"hmm, ya ya. Cepat kau bereskan kekacauan yang terjadi" perintah Isla.
Isla langsung masuk lagi kedalam kereta tanpa menghiraukan Leon yang saat itu tepat berada di depan Gillman.
Setelah Gillman membereskan semuanya, mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju kota. Kali ini Leon meminta izin kepada Isla agar duduk di luar. Karena ini permintaan pribadi Leon, Isla tidak memiliki pilihan lain selain mengizinkannya.
Malam pun menjelang, Gillmaan yang selalu bersikap dingin pada Leon membuat Leon merasa bosan. Ia pun pindah ke bagian atas kereta monster dan berbaring disana sambil memandang bintang-bintang di langit.
+++++++++++++++++++++++++++++
KAMU SEDANG MEMBACA
Leon : Path of a Battler
AdventureKisah seorang anak muda yang kehilangan ingatan sejak ditemukan di tengah badai salju. demi untuk membalas budi dan melindungi orang-orang yang mengasuhnya, pemuda ini mencari kekuatan sejati, setidaknya cukup kuat untuk mengalahkan para monster. K...