Seperti biasa pukul 06.40 Raya berjalan menuju sekolah karena rumahnya satu blok dari sekolah. Sebenarnya Raya bisa saja naik mobil dengan ayahnya karena mereka searah. Tapi Raya lebih memilih berjalan kaki karena menurutnya itu lebih sehat. 10 menit berjalan akhirnya raya sampai di gerbang SMA MERAH PUTIH yang merupakan sekolahnya. Ada yang berbeda hari ini karena lapangan sekolah terparkir 2 bus besar yang dikelilingi oleh lautan siswa yang sibuk dengan kegiatannya. Tentu saja karena sekarang adalah jadwal murid kelas XII study tour ke Cibubur. Seluruh murid bersuka ria karena mereka bisa study tour sekaligus liburan bersama teman-temannya selama tiga hari. Tapi ada juga yang berwajah cemas.
Berbeda dengan Raya yang biasa saja, dia hanya membawa satu ransel hitam besar. Memakai baju kaus bergambar minion dilapisi jaket Levis, celana jogger hitam, sepatu sneaker berwarna hitam pula dan tidak lupa menggerai rambut ikal sebahunya yang berwarna pirang itu memakai sebo berwarna merah dengan bandulan hitam. Membuat penampilan raya terlihat simple namun tetap keren dan stylis. Raya berjalan menuju bus A yang terlihat tiga sahabat nya sudah menunggu disana.
"Kenapa lo lama banget sih?" pertanyaan Mimi langsung menyambut kedatangan Raya.
"Kan gue gak telat bro, santai. Kan masih 10 menit lagi" jawab Raya santai.
"Iyaa. Tapi kan kami udah nunggu dari tadi. Lagian kenapa gak sekalian sama bokap lo aja tadi?" balas Salma sambil bertanya.
"Iya tu. Untung kami setia nungguin lo kalau nggak udah kami tinggalin lo." Ana sahabatnya yang paling mungil ikut berkomentar.
"Ahh .. Udahlah buat apa dibahas. Mendingkita masuk aja lagi, ntar gak kebagian tempat duduk" ucap Raya sambil mendorong ketiga sahabatnya yang super bawel. Ketiga sahabatnya menurut saja dengan sikap Raya yang satu ini.
Setibanya di bus, mereka langsung duduk bersebrangan. Untung saja tempat duduk mereka udah di booking terlebih dahulu oleh Okta, pacarnya Ana yang sekarang menjabat sebagai ketua pelaksana. Mereka berempat sudah bersahabat semenjak duduk di kelas XI. Tidak ada yang menyangka mereka akan akur sampai sekarang dengan karakter sifat yang berbeda-beda. Miranda Zafhir yang biasa dipanggil Mimi memiliki sifat super cerewet, selalu juara kelas, dan disiplin. Gadis berkulit putih susu ini paling gak suka dengan istilah 'lelet' atau lamban karena baginya waktu itu sangat berharga. Diajeng Salma Rahayu atau Salma ini merupak gadis keturunan keraton dengan darah India dari ayahnya. Dia menjuarai banyak perlombaan menari dan salah satu sifatnya yang paling ngeselin adalah 'lelet'-nya dia. Kirana Putri yang dikenal dengan Ana merupakan wakil ketua osis SMA MERAH PUTIH yang ketua osisnya sendiri adalah kekasihnya. Gadis mungil ini memiliki perasaan yang sensitif dan paling suka manja sama pacarnya.
Selama perjalanan menuju lokasi Raya tidak bisa tidur dan selalu gelisah. Hal itu tentu membuat ketiga sahabatnya bingung.
"Kenapa Ya?" Salma bertanya pada Raya yang dari tadi selalu bergerak gelisah mengganggu acara tidurnya.
"Kenapa apanya?" Raya balik bertanya dengan wajah bingung.
"Hiishh.. Lo tu kenapa dari tadi gelisah aja? Bikin gua gak bisa tidur."
"Hehee.. Sorry." Raya hanya cengengesan sambil memberi sign V. Salma hanya mendengus melihat sikap Raya.
.
Setibanya di lokasi perkemahan mereka dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan empat orang dan mereka diberi waktu satu jam untuk mendirikan tenda. Raya sekelompok dengan ketiga sahabatnya dan dalam waktu dua puluh menit tenda mereka sudah berdiri. Tentu saja karena mereka merupakan anggota pencinta alam di sekolah. Setelah pemasangan tenda mereka ditugaskan untuk mencari beberapa tumbuhan sesuai perintah. Karena Raya sekelompok dengan tiga sahabatnya, Buk Sindy menambah Okta sebagai anggota kelompok. Mereka bertugas mencari sebuah bunga yang paling menarik menurut mereka dan tidak boleh sama dengan kelompok lain.
Udara di daerah ini sangat dingin tetapi pemandangannya sungguh indah. Mereka merapatkan jaket dan menusuri jalan setapak. Satu meter mereka berjalan dan mereka mendengar suara air terjun. Membuat Raya yang paling depan berbalik.
"Sstt....kalian denger gak?" cegat Raya.
"Apaan sih lo, lanjutin sana jalannya ntar kita bisa lama selesainya" Okta malah menanggapi dengan mulut judesnya.
"Dasar judes.. Tapi serius kalian denger suara air nggak?" untuk saat ini Raya malas meladeni sifat judes Okta, dia lebih tertarik dengan suara itu.
"Iya, gue denger Ya. Kayak suara air terjun" Mimi menyahut dari belakang.
"Gimana kalau kita kesana?" usul Raya dengan semangat.
"Oke !!" teriak ketiga sahabatnya tapi tidak dengan Okta.
"Kenapa beb?" tanya Ana. Dia merasa aneh dengan ekspresi pacarnya. Tidak biasanya Okta terlihat tidak tenang. Padahal seblumnya dia yang terlihat bersemangat.
"Gak tahu, aku ngerasa ada yang aneh disekitar sini"jawab Okta sambil melihat keseliling. Wajahnya terlihat pucatnya.
"Ternyata seorang Okta bisa takut juga ya?? Haha.. Tenang aja gua yang bakal lindungin lu" cemooh Raya. Berbeda dengan Okta, Raya merasa di daerah ini sangat indah dan nyaman. Membuat dia begitu semangat dari biasanya. Ketiga sahabatnya menatap bingung dengan sikap Raya.
"Tumben lu semangat Ya. Bukannya selama di mobil lu gelisah terus?" tanya Salma bingung melihat perubahan Raya. Di ikuti anggukan dari ketiga temannya sedangkan Okta hanya menatap sinis Raya tidak terima dengan cemoohannya tadi.
"Yaudah, kita cari tempat itu. Tapi kita gak bisa lama-lama disana" akhirnya Okta terpancing juga untuk ikut pikir Raya.
"Oke. Mari kita berangkat! " teriak Raya penuh semangat dengan tangan terkepal.
Keempat sahabatnya mengikuti dari belakang.
Mereka berbelok ke kanan mengikuti suara air tersebut. Tanpa memerhatikan disekitar mereka terdapat sebuah plang kayu yang terlihat sangat tua tertulis larangan untuk masuk. Sepasang mata semerah darah terus mengawasi mereka dari tadi. Melihat pergerakan mereka dan mencari celah untuk mulai beraksi.
.
.
.
tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Luna
Lobisomem- Raya Apa gunanya menjadi spesial tapi tidak bisa menolong orang-orang yang kau cintai. Perlahan aku membenci takdirku. Menghindari semua hal tentang 'itu' Tapi dia selalu kembali untuk menguatkan. Bersumpah untuk selalu disisiku. Bersama untuk men...