Chapter 4

9 2 0
                                    

Nyahoo~ terima kasih jika sudah membaca sampai chapter 4. Jangan lupa vote,comment, dan follownya yaaa~ ありがとう❤

***

Hari ini Haru berangkat lebih pagi dari biasanya. Ia punya tugas piket hari ini. Haru benci jika harus mengerjakan tugas piketnya sendirian. Namun, ia sedikit tersenyum mengingat Ai selalu datang paling pagi diantara semua murid. Dalam hati Haru berbisik 'lihat saja nanti! Ai harus membantuku hihihi'.

Haru hampir sampai di depan kelasnya saat ia dikejutkan oleh bayangan Ai yang tembus pandang dari jendela. Tidak ada yang aneh dari Ai, namun orang yang berdiri di depan Ai saat ini yang tidak lain adalah Edward. Hmm..Haru melupakan sesuatu bahwa selain Ai, Edward juga selalu datang paling pagi bahkan lebih pagi dari Ai. Namun pagi ini mereka terlihat lebih serius.

Haru membungkukkan badannya. Perlahan ia mengendap endap sampai pada dinding di bawah jendela. Haru bermaksud mencuri dengar pembicaraan mereka berdua dari bawah jendela.
"Sebenarnya..aku ingin mengatakan sesuatu'' ternyata Ai baru saja memulai pembicaraannya.
"Katakan saja..aku tidak punya waktu'' jawab Edward ketus. Dasar cowo jahat! Batin Haru.
"Aku sudah lama menyukaimu..aku tau kau dan Hana sudah berpacaran..aku..aku hanya..''
"Apa? Aku dan Hana? Berpacaran? Mana mungkin..'' balas Edward. Darahku naik kemarahanku memuncak saat ia tidak mengakui bahwa kedekatan Hana selama ini tidak berbuah apa-apa. Jadi..selama ini Edward sudah mempermainkan perasaan Hana?
"B..benarkah? Edward..aku..aku berharap akan ada kesempatan untukku di hatimu'' Ai mengatakannya setengah gugup setengah penuh dengan harapan.
"Tentu saja Ai..kau memiliki banyak kesempatan. Pergilah berkencan denganku sepulang sekolah nanti hehe''
"H..ha..hari ini??''
"Lebih cepat lebih baik bukan?'' Tap..tap..Haru mendengar langkah Edward semakin dekat dengan pintu kelas dekat dengan posisi Haru mencuri dengar. Dan..sebelum menghindar Edward sudah memergokinya seakan ia tau daritadi ada orang lain selain mereka berdua disana. Namun Edward hanya tersenyum nakal padanya dan hal ini membuat Haru semakin naik pitam mengingat Hana yang sudah dicampakkan dan kini..Ai.

Awas kau Edward! Aku akan membalasmu! Gumamnya dalam hati.

***

Haru menghadap Ai saat jam bel jam istirahat berbunyi. Tatapan Ai begitu bahagia hari ini.
"Haru..hari ini aku akan berkencan dengan Edward..apakah ini mimpi?''Ai kembali tersenyum.
"Ai..jangan berkencan dengannya. Apa kau tidak ingat Hana menghilang setelah beberapa kali kencan dengannya?'' Jelas Haru dengan tatapan serius.
"Haru..kau yang mengatakan bahwa Edward bilang padamu ia tidak ada hubungannya dengan hilangnya Hana. Dan kau masih menuduhnya? Kau tidak ingin aku bahagia?''
"Ai..sadarlah..aku..aku hanya khawatir''
"Itu hanya perasaanmu saja. Sekarang coba kita pikirkan apa yang nanti akan kulakukan bersama Edward'' Ai mulai senyum-senyum sendiri. Sedangkan kepala Haru sibuk berputar memikirkan siapa Edward sebenarnya.

Bel pulang sekolah berbunyi. Ai dan Edward membuat janji di depan gerbang sekolah kemudian mereka pergi jalan-jalan ke suatu tempat. Haru diam-diam mengikutinya. Tidak ada pilihan lain, Haru harus mengikuti mereka berdua. Apabila ada sesuatu yang mencurigakan Haru akan sedia disana untuk menyelamatkan Ai.

Mereka berdua berhenti di sebuah taman kecil. Tidak ada anak-anak yang bermain disana dikarenakan.musim dingin. Hanya ada truk penjual coklat panas. Edward dan Ai membeli coklat panas lalu menikmatinya di bangku taman. Haru lebih memilih bersembunyi diantara semak belukar yang setengahnya tertutup salju yang dingin.

Haru mulai mengeluh karena mereka berdua terlalu lama menghabiskan waktu disana sambil sesekali terbahak. Sedangkan Haru harus berjongkok lama mengawasi mereka berdua. Tiba-tiba Haru ingat kejadian sepulang sekolah saat ia menanyakan keberadaan Hana pada Edward. Soal tawaran berkencan dengan Edward. Selama ini Haru tidak memiliki maksud menganggapinya serius. Namun entah kenapa Haru mulai membayangkan posisinya saat ini seperti Ai. Duduk disamping Edward. Haru belum pernah pergi berkencan sebelumnya apa lagi dengan seseorang seperti Edward. Diam-diam Haru membayangkan sosok Edward dengan mata almondnya,postur tubuhnya yang tinggi, dan kulitnya yang putih pucat. Sebenarnya selama ini Haru juga memperhatikan Edward semenjak ia datang menjadi anak baru.
"Ahh..apa yang kufikirkan sih! Bagaimana bisa aku membayangkan bisa berkencan dengan Edward?'' Keluh Haru.
"Bisa saja. Kau ingin kita berkencan sekarang?'' Haru terkejut ketika sebuah suara yang dikenalnya menyahut. Ia mendongak keatas dan mendapati Edward berdiri di hadapannya. Haru terkejut. Ia menoleh ke arah bangku taman dimana sebelumnya ia menyaksikan Ai dan Edward tenggelam dalam obrolan bersama coklat panas. Namun mereka berdua lenyap dan Edward ada disampingnya.

"Kau..b..ba..bagaimana bisa..''
Edward hanya tersenyum.
***

Werewolf BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang