" Dahh. Sukses ya sama doi. " Ucap Zihrin sambil menjauhi pintu kelas Patra yang diikuti kedua temanlainnya, Anne dan Shera.Patra tersenyum kecut tanpa peduli. Dilihatnya temannya sudah cukup jauh, maka dia memutuskan kembali ke kursinya.35 menit jam pelajaran berlalu. Tapi, tak satu pun guru datang untuk mengajar. Keadaan kelas ricuh, Patra tetap tak acuh. Dia hanya melihat keadaan luar sekolah dari jendela samping kursinya. Sesekali membaca sesekali merasa aneh dengan tungkah teman sekelasnya.Tiba-tiba keadaan kelas hening dan tertib. Patra menoleh. Tampak seorang lelaki dengan kacamata tebal menghiasi wajahnya. Tubuhnya kecil tak begitu kurus. Ditambah beberapa beban bawaan puluhan gulungan kertas karton putih.
" Ah. Maaf anak-anak sekalian. Bapak telat masuk kelas. Kalian sudah kenal saya kan dan pelajaran apa yang saya bawakan. " Ucap guru kacamata dengan nada tersengal-sengal tanpa jeda yang tepat.
Guru kacamata itu menulis sesuatu di papan tulis. Belum selesai tiga huruf. Seseorang mengetuk pintu. Guru itu menoleh ke pintu.Menghentikan tulisannya.
" Ahh. Yaa, kamu. Silahkan masuk. " Ucap guru kacamata.
" Siswa akselerasi kan ?" Yakinnya.
" Iya pak. " Jawab seorang itu." Ohh, silahkan kenalkan jati dirimu nak. " Ucap guru itu sambil mempersilahkan tempat.Patra tak peduli. Di dalam pikirannya -Ini masih hari ke-4 sekolah. Tapi, sudah banyak hal mengganggu. Sudah terlambat masuk sekarang ditambah dengan satu orang ini. Membosankan !-Dan wajahnya tetap menoleh ke arah luar sekolah.
" Hay, semua. Namaku Alkenzi Cirrus. Panggilannya gimana ngerasa nyaman panggil aja gitu. Kalian udah tau aku dari kelas akselerasi dan mungkin cuma ini yang mau bisa aku sampaikan. Salam kenal. " Jelas seorang lelaki yang memang asing itu.Keadaan tiba-tiba berisik. Apalagi suara-suara para siswi di kelas ini.
" Panggil Kenzi aja yaa. " Ucap satu siswi.
" Gak. Alken aja. " Tolak satu siswi.
" Enzi aja. " Saran satu siswi.
Dan
" Blablablavalalalalla"
" Tok tok tok. " Seseorang mengetuk pintu.
" Ada apa ? " Tanya guru itu pada seorang dibalik pintu.
" Anda dipanggil kepala sekolah pak. " Jawab orang itu.
" Ah. Dia itu. Ya sudah kembali ke kelas. " Perintahnya.
" Permisi pak. " Pamit seorang itu dan berlalu.Guru itu membereskan barangnya. Lalu, mendongak ke arah lelaki akselerasi itu.
" Astaga aku lupa. " Ucapnya.Dilihatnya keadaan kelas.
" Eh. Kamu! Mundur kebelakang. Dan kamu ambil kursi sendiri lalu letakkan di tempat itu. " Perintahnya menunjuk seseorang di samping Patra, lalu ke lelaki akselerasi, kemudian ke tempat kosong disamping Patra.Lelaki akselerasi itu melaksanakan perintah. Sekarang dia tepat di samping Patra dan sekali lagi Patra takkan peduli.
" Ya sudah saya tinggal sebentar. " Ucap guru itu.Baru sebentar guru itu meninggalkan kelas. Namun, keadaan kelas seakan diterjang kemarau berkepanjangan.
" Apa ini ?!!! " Seseorang berteriak sambil membanting pintu. Guru kacamata. Kelas mematung.
" Kalian ! Ambil masing-masing 1 lembar kertas ! Dan buat kelompok maksimal minimal 2 orang ! Dan buat sebuah deskripsi tentang... " Kata-katanya terpotong. Dilihatnya ke arah sampul buku siswa didepannya.
" Ah, saya paham. Buat deskripsi itu dan harus sepaham dengan kelompoknya. Saya menilai kata-kata yang anda tuliskan. Maka sekarang deskripsikan tentang.... CINTA. " Lanjut guru kacamata itu.
" APA ?! " Sontak Patra. Dan tak ada yang peduli.Mendengar penjelasan sang guru. Keadaan kelas makin ricuh. Semua orang memilih rekan yang tepat. Hal ini membuat guru itu tak sanggup meninggalkan kelas.
" DIAM !! Saya yang menentukan kelompok ! Kelompok terdiri dari 2 orang yang ada disamping kalian ! Contoh kamu dengan dia. Jika kalian masih berisik saya tak segan langsung berurusan dengan DO ! " Jelas guru kacamata yang ternyata garang itu dan sebelum itu dia menunjuk Patra dan lelaki akselerasi itu sebagai contoh.Dengan perasaan yang disanggupkan. Akhirnya gurukacamata itu pergi. Patra merobek selembar kertas bagian tengah bukunya. Begitupun lelaki akselerasi itu.
" Hei, Cirrus. " Ucap Patra sambil menyodorkan kertas ke arah lelaki akselerasi itu.Pandangan lelaki itu berubah saat Patra memanggilnya Cirrus. Dengan keadaan mata sedikit terbelalak dia diam seribu bahasa menatap Patra. Ntah apa yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Aman Dengan Awan-
RomancePemikiran mereka bertentangan. Sama-sama tak peduli dengan yang lainnya dan punya pengertian masing-masing tentang cinta. Lalu bagaimana bila mereka yang terjerumus dalam lubang pertentangan pikiran mereka ? Akankah cinta tumbuh di sana ?