As a Tall Girl

239 14 7
                                    

Hah. Kenapa aku tiba - tiba jadi sangat tinggi? OH tidak! Kakiku memanjang lagi, lagi dan lagi. Bagaimana cara menghentikan ini. Aku bahkan sudah tidak muat lagi disini. Tolong aku siapapun hentikan kutukan ini. Tolong.

Mataku mengerjap - ngerjap memandangi suasana langit - langit kamarku. Aku masih diam tanpa bergerak dalam posisi terlentang. Aku masih termenung memikirkan mimpiku dan membayangkan bagaimana kalau itu terjadi. Hiiy. Aku menarik selimut yang menutupi tubuhku hingga menutupi tubuhku sampai ke leher. Sayangnya, bila aku menariknya lagi kakiku pasti akan kedinginan karena tidak tertutupi selimut. Aku selalu lupa akan hal itu setiap pagi. Menyebalkan sekali tinggiku ini, cari selimut yang pas sama aku aja susahnya banget. Aku pun mengubah posisiku menjadi duduk dengan selimut yang masih menutupi seluruh kakiku hingga panggul. Aku terlalu malas untuk pergi sekolah hari ini. Aku sudah hapal pandangan orang - orang yang melihatku. Aku juga sudah hapal rasanya sakit kejeduk sesuatu. Sangat menyebalkan. Tapi mau gimana lagi, aku adalah gadis 16 tahun yang masih menyandang status sebagai pelajar. Tentu, kewajibanku adalah belajar di sekolah. Jadi dengan berat hati aku menyingkirkan selimutku. Dingin, pagi - pagi kenapa dingin sekali sih. Aku segera turun dari kasurku dan dengan menggunakan sendal tidur, aku menuju ke kamar mandi.

Aku memandangi wajahku di cermin kamar mandi. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan wajahku. Mata yang lumayan besar, kulit yang cukup putih untuk ukuran orang indonesia, hidung yang standart tidak mancung tapi juga tidak pesek serta bibir yang sempurna. Satu - satunya yang salah ya tinggiku ini. Oh Tuhan, berkat anugerah yang juga kutukan mu ini aku jadi nggak pernah punya pacar selama 16 tahun. Kesel banget waktu liat Rania, anak warung sebelah yang masih kelas 4 Sekolah Dasar pacarannya manggil honey. Sedikit ilfill juga sih, tapi banyakan irinya. Ugh, aku segera mengambil jepit dan menjepit rambutku secara cepol. Kuambil sikat gigi dan menorehkan pasta gigi diatasnya. Sehabis itu aku segera melakukan rutinitasku biasanya. Mengukur tinggi badan. Jadi, aku menaruh alat pengukur tinggi badan di kamar mandi kamarku. Demi mengetahui apakah tinggiku nambah atau nggak. Kalau udah tau gimana? Kalau nambah aku nangis kejer - kejer sambil guling - guling deh. Nggak deng, aku bohong soal yang nangis kejer-kejer itu. Tapi soal yang ngukur tinggi setiap pagi, itu bener.

Oh, syukurlah tinggiku tidak nambah lagi. Bukan tidak sih tapi belum. Secara umurku masih umur pertumbuhan gitu. Sedih banget. Aku segera menuju ke shower lalu menanggalkan pakaian yang masih melekat dalam tubuhku. Air sudah kusetel kedalam kondisi hangat, dan sekarang aku sudah berada di bawah air yang mengucur dari shower. Nyaman sekali saat air yang hangat itu menyentuh kulitku, tubuhku jadi relax. Rasanya aku bisa menghabiskan waktu seharian di bawah pancuran air hangat ini. Tapi tidak sekarang, aku bisa terlambat masuk sekolah. Setelah menghabiskan waktu sekitar 10 menit aku keluar dari ruang shower dan mengeringkan tubuhku dengan handuk. Kebetulan di depanku ada cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhku. Tubuhku cukup bagus dan langsing, dengar ya "langsing" bukan kurus, dengan bentuk tubuh hourglass. Apalagi kakiku yang jenjang menambah nilai plus dalam penampilanku. Tapi ini bukan jenjang lagi, panjangnya keterlaluan. Ugh, aku menggerutu sambil mengeringkan badanku dengan handuk kemudian memakai seragam yang sudah kusiapkan kemaren di gantungan baju kamar mandi.

Setelah seragam melekat rapi, aku segera keluar dari kamar mandi dan duduk di depan meja rias. Aku melepas jepitku dan menyisir rambutku. Rambutku sebetulnya cukup indah dan memukau. Lurus banget tapi tidak bervolume, serta sedikit bergelombang. Ada poni yang menambah kesan manis dalam diriku. Rambutku sudah tersisir indah. Aku melihat hp ku untuk melihat jam berapa sekarang. Masih ada sekitar lima belas menit sebelum waktuku berangkat sekolah. Baiklah, aku bisa bersantai selama lima belas menit itu.

     Ugh, aku agak lapar. Perutku ini sudah bernyayi, apakah ada makanan di bawah? Aku keluar dari kamarku dan berjalan menuju ke meja makan. Yah, aku sudah biasa sendirian. Sudah menjadi kebiasaan mama masih tidur pada saat aku bangun dan mama belum pulang disaat aku tidur. Papa sih lagi ada urusan bisnis di luar kota. Sungguh orang tua yang sibuk. Aku mengambil sekotak jus jeruk dari kulkas dan meminumnya. Wah, ada cake. Lumayan nih buat sarapan. Aku mengeluarkan sekotak cake tersebut dari kulkas dan mengambil garpu. Emmm, enak bangeeet. Cheesecake yang lembut dan cheese nya terasa banget dengan topping selai blueberry. Pasti mama yang beliin buat aku. Thanks mom.

The Tall Girl LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang