4 (Mungkinkah Ada Hubungan Di Antara Keduanya?)

337 4 0
                                    

Toko buku yang dikunjungi Novi dan adiknya adalah pasar swalayan yang terdapat sekitar 2km dari rumah Lukie. Tanpa membuang waktu, sembilan muda-mudi itu langsung meluncur ke tempat kejadian. Mereka menggunakan mobil sedan hitam milik Lukie dan jeep tua milik Budi.

Daerah harmoni bukanlah wilayah yang sulit didatangi, namun jalannya yang dilalui busway membuat orang harus mau mengantri dalam kemacetan hanya untuk memutar ke arah yang dituju.

"Seandainya ada motorku, aku jamin aku sudah sampai dari tadi!" rutuk Ryan yang ikut di mobil jeep. Tidak perlu aku mengantri dalam kemacetan seperti ini!"

Halaman parkir di depan swalayan itu terlihat ramai, banyak orang mengerubungi papan reklame besar yang jatuh dari ketinggian di atas bangunan. Polisi bersama tim medis terlihat sibuk memindahkan korban yang tertimpa benda besar itu. Mereka tengah berupaya membawa gadis malang itu ke mobil Ambulance yang terparkir tidak jauh dari sana.

"Itu Novi!" seru Benyamin begitu turun dari mobil sedan milik Budi.

"Novi!" jerit Lukie sambil berlari, hatinya sedih bukan kepalang melihat gadis yang dicintainya itu berada dalam tandu menuju Ambulance. Air matanya langsung tercurah begitu melihat keadaan Novi yang mengenaskan "Nov, kenapa bisa begini?"

Seorang polisi menahannya, "sabarlah, nak! Relakan kepergiannya!"

"Kak Lukie!" panggil seorang gadis kecil berusia sepuluh tahunan. Gadis itu mengambur ke dalam pelukan si lelaki kurus berkacamata sambil menangis tersedu. "Kak Novi--dia meninggal!"

Lukie tidak bisa berkata apa-apa. Mata di balik kacamatanya basah, teraliri air penuh duka yang meluncur melewati permukaan pipinya yang cekung. Dipeluknya gadis kecil itu dengan sangat erat sebagai pelampiasan kesedihannya.

"Bagaimana bisa begini?" desis Budi sambil memandang puncak gedung.

"Kalau tidak ada angin tidak ada hujan, kenapa reklame sebesar itu bisa jatuh tiba-tiba?" Joanita yang berdiri di sebelah Budi ikut memandang ke atas.

Miranti, Anisah dan Qisthi menghampiri Ambulance, mereka mengiringi dengan pandangan sedih ketika jenazah Novi di masukkan ke dalamnya.

Budi meninggalkan Joanita yang masih memandangi puncak gedung. Lelaki berkulit putih pucat ini mendekati Isdiyanto dan Ryan yang sedang menatapi reruntuhan pecahan reklame.

"Novi yang malang!" desis Isdiyanto pelan.

Ryan yang berdiri di sebelahnya tidak berkata apa-apa. Matanya menatap dingin ke hamparan kaca reklame yang berserakan hancur. Dia berjongkok menatap puing-puing kehancuran papan nama besar itu.

"Kecelakaan yang mengerikan! Mungkin bautnya kendor atau besi penyangganya sudah berkarat sehingga benda besar ini bisa jatuh!" Budi mencoba menduga sebab terjatuhnya papan reklame besar itu.

Ryan menggeleng lemah, "benar-benar tragis! Aku tidak bisa membayangkan betapa mengerikannya tertimpa benda sebesar ini dari ketinggian yang--"

Tepukan Budi pada pundak Ryan membuat pemuda ini berhenti berucap, "sudahlah, relakan kepergiannya!"

"Semoga keluarga serta orang terdekat Nobi bisa menerima musibah ini dengan lapang dada dan kebesaran jiwa. Sungguh menyakitkan kehilangan orang terdekat dalam hidup ini!" tambah Benyamin, entah ditujukan kepada siapa.

"Ryan, Benyamin!" panggil si gendut-Anisah- dari arah Ambulance. "Kalian bawa mobil Lukie. Dia sama adiknya Novi ikut Ambulance ke rumah sakit!"

Budi beranjak dari tempatnya berdiri diikuti Benyamin, "kamu naik jeepku! Biar mereka naik mobil Lukie!"

"Ayo, Yan!" ajak Isdiyanto sambil menepuk bahu Ryan ketika melihat temannya itu masih terpaku memandangi papan reklame yang hancur.

TeleScream666Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang