B

204 20 2
                                    

Beni, anak itu melihatku seolah aku ini hantu. Ih, emangnya dia siapa? Malaikat? Berani-benarinya melotot padaku dengan kacamata minusnya.Ya, emang, sih... aku juga pake kacamata, tapi aku gak separah dia. Minusku hanya dua setengah. Dia? Dia enam!

"Hoi! Mata empat! Sini, lu!"

Lihat! Dia sendiri mata empat!

"Apa?!" aku ikutan sewot. Enak banget manggil orang dengan sebutan 'hoi' dan 'mata empat'.

Dia berkacak pinggal sambil nyengir kayak kuda. "Lu pinter Bahasa Inggris, kan?" tanyanya sok.

"Iya. Kenapa?"

Beni masih nyengir. Mukanya emang cakep, gak bohong, deh. Giginya putih, rapi. Kulitnya coklat manis, enak dilihat. Tapi, aku gak suka dengan matanya. Lihatin orang tuh kayak lihat setan dan sejenisnya. Aku kan asli manusia. Hahaha...

"Gue mau lu dateng ke alamat ini!" Beni mengulurkan selembar kertas. Aku mengambilnya dan melihat tulisan rapi di kertas putih itu. Kayaknya ini tulisan dia.

"Emang buat apa? Mau belajar Bahasa Inggris aja pake ke tempat ini segala. Kamu mau niat buruk sama aku, ya?"

Dia mengernyit gak suka. "He, Sapto! Lu pikir gue psikopat? Dateng aja!"

Sapto?! Dia emang keterlaluan!

Aku pergi dari sana. Males ngeladenin orang kayak dia. Tapi, kulihat lagi alamat di kertas itu. Dia kayaknya serius minta diajarin Bahasa Ingris. Karena, setahuku, dia emang gak pernah ngomong pake bahasa itu. Padahal di sekolah kami harus bisa bercakap dengan Bahasa Inggris.


Tepat pukul satu siang, aku sudah berdiri di bawah pohon yang alamatnya benar ada di kertas yang Beni kasih ke aku. Mataku mengitari sekitar pohon itu. Ada satu kertas warna merah jambu di bawahnya. Kuambil. Ada huuruf 'I'.

Tak jauh dari sana, ada lagi kertas warna hijau dengan tulisan 'Love'. Aku berkeliling di sekitar tempat itu. Ada lagi kertas warna merah dengan tulisan 'You'. Aku menaikan satu alis.

Kupandangi sekeliling tempat itu. Beni gak ada. Dia kemana? Namun, tiba-tiba saja saku celanaku bergetar.

Baca tulisan itu keras-keras!

Nomor tak dikenal. Aku pun menurut. "I LOVE YOU!"

Tak lama, ada suara aneh dari balik dedaunan. Aku menoleh, mendapati Beni dengan topi merah muda, kaus hijau dan celana pendek merah. Dia persis dengan kertas yang kutemukan.

Dia perlahan mendekat sambil tersenyum.

"Gue juga cinta lu, Sapta!"

What?!

Well, Beni emang kayak kuda, gak tahu malu! Siapa dia? Dia adalah orang yang aku suka! Aku suka sama Beni.

~Bitter, Love, Sweet, And SwearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang