"Sambil tersenyum seonggok sampah ini tidak bergerak
Tak peduli seberapa keras kau mencoba
Kau tak percaya bisa berakhir seperti ini
'ini tak tejadi' teriakmu
Menangislah, berteriaklah
'Ku bahkan tidak mampu memperbaiki sebuah rongsokan'
Kemudian kau mulai merasa sedih dan air mata menetes""Apa yang harus ku lakukan sekarang?" Ryo tampak putus asa.
"Apa yang telah ku lakukan? Kenapa aku begitu tertekan hanya karena sebuah program yang error? Ah tapi, entah kenapa ia terasa sangat berharga bagi ku. Aku seperti kehilangan sesuatu yang berharga. Sadar Ryo, sadar! Kau tidak boleh menjadi gila hanya karena hal seperti ini!" Ryo terus berceloteh tak tentu arah. Ia akui ia frustasi, hatinya terasa sakit seperti ditikam bertubi-tubi.
Sesekali ia mengecek lagi komputernya, namun semua masih seperti semula.
"Apa Miku tak akan kembali? Aku benar-benar tidak tahu terima kasih. Aku terlalu terlena dengan kehidupan ku saat ini. Aku lupa siapa diriku. Aku lupa apa tujuan hidup ku. Aku bahkan lupa hal apa yang membuat ku bahagia. Aku hanya seorang pemimpi, yang bercita-cita menjadi komposer profesional, bukan komposer terkenal. Yang aku impikan adalah aku bisa menyampaikan perasaan, dan inspirasi, lewat karya ku dan bisa dinikmati banyak orang. Hanya itu saja. Aku lupa. Dia yang menyanyikan lagu ku. Meski ia tak sempurna, tapi dia lah yang membuat karya ku menjadi lengkap. Aku benar-benar lupa, saat dunia menghina karya ku, dia lah yang selalu membuat ku semangat dan pantang menyerah. Lalu setelah aku berjaya, aku malah meninggalkannya dan memperlakukannya seperti rongsokan. Padahal jika bukan karena dia, aku yang sekarang bukanlah siapa-siapa. Aku tak akan mampu menjadi seseorang seperti sekarang ini. Jangankan untuk menggunakannya lagi, untuk berbicara dengannya saja aku tak pernah lagi." Ryo terus bergumam menyesali perbuatannya. Bagaimana mungkin ia sangat kejam pada sesuatu yang selalu ada bersamanya. Tanpa ia sadari air mata mulai menetes.
Ia kembali mengecek komputer namun Miku masih dalam tidur nyenyaknya. Tangisnya pun pecah dan ia berkali-kali meneriakkan nama Miku.
Ryo tersentak bangun dari tidurnya. Saat ia mengusap matanya, dia sadar bahwa ia menangis.
"Ternyata itu mimpi ya?" Pikirnya.
Ia melihat ke arah meja komputer. Tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk mengecek apakah Miku benar-benar tertidur selamanya?
Ryo bergegas bangun. Ia berjalan sempoyongan menuju kursi di depan komputer. Dengan cepat Ryo menekan tombol power. Menunggu beberapa detik hingga komputer menyala terasa sangat lama baginya. Ia mengetuk-ngetuk kan jarinya ke meja tanda tak sabar.
"Selamat datang kembali, tuan." Sapa Miku dengan senyumnya yang riang. Seketika Ryo menunjukkan wajah lega, bahkan matanya berkaca-kaca.
"Syukurlah! Syukurlah! Syukurlah! Aku pikir kau benar-benar tertidur selamanya." Ucap Ryo dengan suara yang bergetar menahan tangis.
"Ehehe. Aku bukan manusia tuan, jadi mana mungkin tidur apa lagi makan. Kenapa tuan berpikir begitu?" Miku terlihat bingung.
"Sudahlah. Itu terlalu menyakitkan untuk ku ceritakan kembali." Ucap Ryo sambil mengusap air matanya. "Pokoknya aku tidak akan meninggalkan mu untuk waktu yang lama lagi. Karena aku mendapat pelajaran berharga dalam tidur ku. Aku akan menjadikan pelajaran berharga tersebut sebagai inspirasi untuk lagu ku. Bersiaplah Miku, karena kau akan menyanyikan lagu terbaru ku." Tambah Ryo.
"Horeee! Sudah lama aku menunggu lagu baru dari tuan." Senyum Miku merekah dan ia menari-nari karena bahagia.
"Aku pun sangat bahagia, Miku. Aku merasa aku telah menjadi diriku yang biasanya." Batin Ryo.
Ryo pun mulai membuat lagu baru. Lagu yang merupakan ungkapan perasaannya. Tidak seperti lagu yang ia buat untuk pekerjaannya. Yang merupakan lagu hampa tanpa luapan perasaannya.
"Tiba-tiba warna berubah, menyala terang dan bersinar lagi
Kebahagiaan, kesedihan menjadi satu dan bercampur di pikiran kita
Kalimat berubah menjadi alunan lagu
Ketika dunia mu berputar sekali lagi
Berikan tekad dalam suara ku
Sekarang perasaan kembali"-End-
Bonus