-이-

2.5K 298 2
                                    

(Please hear the song)

Yoo ri berjalan melewati lorong-lorong kelas. Tiba-tiba saja matanya menangkap seorang namja yang tengah keluar dari kelas dan berjalan tergesa-gesa kearah berlawanan. 

'Keluar kelas? Kemana?' Yoo ri memilih untuk mengikuti kearah mana namja itu berlari. Padahal waktu ini bukan untuk istirahat, namun kenapa namja ini keluar kelasnya, aneh bukan?

Yoo ri terkejut saat namja itu berhenti dibelakang sekolah, matanya mendapati namja itu tengah mengeluarkan tisu dan seperangkat obat-obatan. Yoo ri hanya terkesima dan terus melihat pertunjukan yang diberikan namja itu. Ia juga melihat dengan seksama bagaimana namja itu menyuntikan sesuatu kedalam hidungnya, setelah itu ia menutup hidungnya dengan tisu yang penuh darah.

Tanpa Yoo ri sadari namja itu melihat kearahnya. Kedua mata mereka saling bertemu dan tidak lama kemudian keduanya terkejut. Namja itu berjalan mendekat kearah Yoo ri namun Yoo ri memilih berjalan menjauh.

"Apa yang membuatmu berada disini?" Tanya namja itu yang membuat Yoo ri menyeritkan dahi tidak tahu apa yang harus ia jawab.

"Ah itu.. aku harus mengambil daun untuk praktikum. Ya praktikum." Yoo ri buru-buru mengambil beberapa helai daun yang berada disamping kakinya. Bertindak layaknya orang bodoh pada namja yang baru ia lihat.

Belum sempat Yoo ri pergi dari tempat itu, sebuah tangan menahannya.

"Katakan yang sejujurnya, kau tidak mungkin ada praktikum karena Joo seongsaenim tengah cuti."

Crap! Yoo ri membeku seketika, memang benar yang diucapkan namja itu.

"Katakan yang sejujurnya." namja itu kembali berujar.

"Aku mengikutimu karena, aku melihatmu keluar dari kelas. Padahal pelajaran masih terus berlangsung dan belum waktu istirahat." Ucap Yoo ri jujur. Sudah terlihat jelas sekali bahwa ia sangat bingung dalam menjawab pertanyaan yang menjebak seperti itu.

Namja itu melihat Yoo ri secara seksama, akhirnya ia melancarkan pertanyaan yang pasti membuat semua orang langsung menertawainya.

"Kau... Mau menjadi temanku?" Tanya namja itu dengan susah payah.

Tiba-tiba saja Yoo ri tertawa dan mengangguk dengan enteng.

"Memangnya berteman itu susah ya? Namaku Yoon Yoo ri, Kau dapat memanggiku Yoo ri." Ucap Yoo ri sambil mengulurkan tangannya lalu dibalas dengan jabatan tangan dari namja itu.

"Namaku Jeon Jungkook, kau dapat memanggilku Jungkook."

.

.

Setelah berkenalan, bel istirahat pun berbunyi. Yoo ri dan Jungkook saling berbincang satu sama lain, bahkan mereka terlihat seperti seorang sahabat.

Namun...

Sebenarnya Yoo ri merasa risih karena di tatap oleh banyak orang. Pertanyaan banyak bermunculan di otaknya.

Jungkook memang orang yang easy-going dan cukup tampan. Tapi ada satu pertanyaan penting yang membuat Yoo ri heran. Mengapa namja itu mengeluarkan obat-obatan serta tisu yang banyak darah.

Yoo ri berusaha menenangkan pikirannya dengan berjalan bersama Jungkook kearah lapangan basket. Bukan berarti Yoo ri hanya berdiam diri dan melihati namja-namja yang berlalu lalang bermain basket.

Hanya saja setiap istirahat pelajaran pertama, para pemain basket berlatih didalam lapangan indoor, sedangkan saat istirahat pelajaran akhir para pemain basket berlatih diluar.

Yoo ri pun mengambil sebuah bola basket yang tengah menganggur ditengah lapangan, ia mengambilnya dan melihat kearah Jungkook yang duduk diam memperhatikannya.

"Jungkook-ah? Kau tidak ingin bermain basket? Kita satu lawan satu saja." Ucap Yoo ri melihat kearah Jungkook, namun Jungkook menggelengkan kepala berarti kali ini ia akan bermain sendiri saja.

Ia melemparkan bola itu kedalam ring dengan melakukan lay-up dan lemparan lainnya. Jungkook yang duduk sambil memandangi-nya sampai terpesona dengan kecantikan Yoo ri yang alami.

Tiba-tiba saja tangan namja itu spontan menyatu, ia bertepuk tangan atas permainan Yoo ri yang membuat Yoo ri melihat kearahnya. Rambutnya yang bergelombang dan tersibak rapi itu membuat Jungkook makin terpanah pada gadis itu.

Tanpa sadar, Yoo ri mendapati suatu bola yang mengenai punggungnya. Ia melihat kearah lemparan itu dan terkejut bahwa yang melemparnya adalah namja jelek yang tadi telah menyelamatkannya dari omelan sang guru.

"Hey! Kau tidak punya mata ya? Minta maaf lah padaku." Teriak Yoo ri lantang kepada Yoongi. Namun sayangnya disambut gelengan kepala dari Yoongi.

"Minta maaf? Apa salah diriku?" Ucapnya dengan angkuh terhadap Yoo ri. Hal itu membuat Yoo ri benar-benar menatapnya dengan tajam dan tatapan ingin membunuh.

"Kau melemparkan bola itu kearahku? Apa bola itu melayang? Jadi kau tidak salah?" Ucap Yoo ri berjalan kearah Yoongi berada dan menatapnya lekat.

"Jika kau ingin aku meminta maaf kepadamu, kau harus menerima tantangan dariku." Kecam Yoongi yang tengah menyembunyikan senyumannya. Namun Yoo ri tidak takut sedikit pun.

"Apa? Menyuruhku menjadi pembantumu?" Tanya Yoo ri tanpa takut dan menantang.

"Kau harus mengalahkan diriku, dimulai dari basket." Ucap Yoongi yang membuat Yoo ri menyeritkan dahi. Ia cukup tahu dengan baik kalau ia akan kalah dalam tantangan ini.

"Kenapa? Kau ragu?" Tanya Yoongi yang membuat Yoo ri terdiam sejenak.

"Itu..Itu.."

"Apa?"

"Sangat mudah." As expected. Yoo ri tidak suka dikalahkan, namun masih ada kegetiran di segelintir perkataannya barusan.

"Besok... besok kita akan tanding basket satu lawan satu." Ucap Yoongi yang membuat Yoo ri membulatkan mata terkejut dan tanpa sadar menjatuhkan bola basketnya hingga jatuh ketanah.

Namja itu tersenyum meledek lalu menoyor kepala yeoja itu. Kemudian ia berjalan menjauh dari Yoo ri.

Tidak lama setelah itu, Jungkook pun menghampiri Yoo ri yang masih terdiam dilapangan dengan pandangan lurus kedepan.

Bayangkan saja, Jungkook yang menyadarkannya berulang kali saja tidak dapat membuat yeoja itu bergerak dari tempatnya.

Yeoja itu terkejut.

Apa Yoongi yakin mengajaknya tanding satu lawan satu?

-tbc-

Hi.. as expected aku dateng lagi.

Bay de way... Aku lagi liburan :D

Forget it..

Media :
Song : Soundcloud.
Media : Jungkook... arghhh/? Makin ganteng ae?!
How about you?...

Undesire Reality [Min Yoongi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang