-륙-

1.6K 243 10
                                    

"Kau berhasil Yoo ri-ya. Jika kau mendekati Yoongi lagi, seluruh rambutmu akan berwarna seperti ini." Ucap seorang yeoja sambil mewarnai rambutku dengan pilok berwarna kuning dan menjambak rambutku.

Sungguh, aku tidak memiliki kekuatan lagi. Aku telah ditendang oleh mereka sesaat sebelum aku berjanji tidak mendekati Yoongi lagi.

Luka di tangan kananku yang belum sembuh kini kembali tercetak dengan darah segar sedangkan lututku membuat goresan baru.

Mereka meninggalkanku, sungguh mereka sangat tragis. Aku menyenderkan kepala dan merosot ke dinding kamar mandi ini, aku pun merasakan bau darah menyeruak dan menyentuh kepala belakangku, darah?

Ah iya...

Aku ingat saat rambutku dijambak lalu tangannya yang berkuku panjang itu agak menusuk kulit kepalaku.

Aku bangkit berdiri dengan perlahan-lahan. Aku menggunakan wastafel untuk membersihkan luka serta rambutku yang aku basahkan demi menghilangkan darah yang menempel di rambutku.

Apa salahku sebenarnya?

Aku pun masuk dikelas dan ditertawakan oleh orang lain setelah melihat tumpahan minyak yang hampir mengenaiku.

Sangat tidak bisa kupercaya. Saat itu aku oleng namun tubuhku langsung di tangkap oleh Yoongi.

Aku bangkit berdiri, meninggalkannya dan duduk ke tempatku. Aku melenggang jalan begitu saja tanpa melihat kearahnya yang bingung mengapa di lengannya ada bekas darah.

Sebenarnya berasal dari kepala belakangku.

Pelajaran pun telah selesai. Namun hanya aku yang paling sulit menerima kenyataan bahwa kepala belakangku nyeri sekali.

.

.

.

Jungkook menungguku hingga aku keluar kelas.

Aku tersenyum dan mengikuti dirinya, berbincang bersama tentang hal tadi. Ia baik, ia sudah kuanggap seperti kakakku sendiri karena mampu mengerti perasaanku yang sesungguhnya, terlintas pikiranku tentang Yoongi, apa yang ia lakukan sekarang?

Sudahlah, kini ada Jungkook yang berada didekatmu, mengapa kau masih memikirkan namja itu..

Jungkook pun mengantarku dengan mobil miliknya hingga sampai kerumahku, tidak lupa kuucapkan terima kasih atas tumpangannya...

"Nanti aku akan menunggumu, aku akan menjemputmu jam 7 malam." Ucapnya yang membuatku mengangguk.

Ia benar-benar baik dibandingkan Yoongi yang selalu membuatku sakit. Aku masuk dan melihat Hani yang sudah terlihat kelaparan, aku pun memberinya makanan dan menceritakan semuanya kepada dirinya. Sesekali ia mengonggong, apa mungkin ia mengerti tentang perasaanku?

Jam 6 malam, kusempatkan untuk merias diriku sendiri. Sudah cukup lama aku tidak merias diri setelah kepergian temanku. Sekarang-sekarang ini aku sudah mulai menjauh dari merias diriku sendiri, bahkan mengikat rambutku sendiri saja aku enggan.

.

.

.

Jam 7 sebuah mobil putih terparkir secara sempurna di depan rumahku, aku pun keluar dengan anggun dan melihat dirinya telah melambaikan tangan kepadaku. Aku pun masuk kedalam mobil itu.

Jujur saja, sebenarnya aku agak enggan menaiki mobil karena aku agak trauma dengan saat-saat itu.

Tapi bersama Jungkook, aku percaya. Aku akan terjaga oleh dirinya secara langsung maupun tidak langsung.

Kami berhenti di sebuah restaurant yang cukup ramai pendatang. Ia berlari kearahku untuk sekedar membukakan pintu mobil. Sungguh romantis.

Kami pun berjalan masuk. Namun betapa terkejutnya aku saat melihat semua orang yang berada disini rata-rata adalah orang-orang kaya.

Karena merasa tidak sesuai, aku memilih untuk mengekori Jungkook dari belakang.

Mungkin Jungkook sadar dengan gerak-gerikku yang terlihat seperti resah sendiri. Tanpa kusadari ia menggengam tanganku dan menuntunku hingga kami sampai pada balkon restaurant.

Ia menyuruhku duduk ditempat yang disediakan.

Disana hanya ada 2 bangku saja, aku duduk berhadapan dengan dirinya. Seumur-umur aku tidak pernah makan dinner maupun makan malam bersama seorang namja, apalagi sekarang dengan temanku.

Ya~ Jungkook..

Seorang pelayan membawakan makanan yang sungguh beragam. Sungguh, ini seperti porsiku untuk 1 minggu kedepan. Ku lihat ia tersenyum dan mulai mengambil makanan itu dengan sumpitnya.

Aku pun ikut makan dengan hati-hati, aku melihatnya makan dengan kedua tangannya yang memegang pisau kecil dengan sebuah garpu, aku mengikutinya perlahan-lahan lalu aku memakan daging tersebut.

Sepertinya dalam satu tahun, aku hanya akan merasakan satu kali memakan semua makanan seperti ini.

Setelah selesai ia pun memanggil pelayan dan tersenyum kepadaku.

"Massita?" Tanyanya yang membuatku menganggukan kepala. Seorang pelayan memberitahu harganya dan betapa terkejutnya diriku menyadari harganya adalah 5 kali lipat dari gaji yang kudapat untuk 1 bulan. Mataku membulat secara sempurna saat mendengarnya.

Setelah membayar, Ia pun bangkit berdiri dan berjalan kearahku, ia menggenggam tanganku dan berjalan kearah pemandangan dari atas balkon.

Daebak. Neomu daebak.

Warna lampu yang eksotis menerangi malam ini. Banyak orang yang dapat kami lihat dari atas. Dapat ku rasakan tangannya yang masih menggenggam tanganku. Begitu juga dengan diriku yang tidak berniat melepaskan tangannya, ia pun melihat kearahku dan suaranya yang lembut itu memanggilku...

"Yoo ri..."

"Ne, Jungkook-ah?" Balasku sambil tersenyum. Tanpa sadar sesuatu nan lembut mendarat dipipiku yang membuatku tersentak kaget bahwa Jungkook mencium pipiku.

Aku berusaha biasa saja walaupun ada sesuatu yang menganjal. Mengapa aku tidak merasakan sesuatu seperti yang kurasakan bersama Yoongi? Jika bersama Yoongi, jantungku berdetak kencang, sedangkan bersama Jungkook kami hanyalah seperti teman biasa...

"Saranghae."

Aku pun tertegun sejenak dan melihat kearah dirinya, ku lihat bola matanya yang menunjukan ketulusan sebelum akhirnya ada sesuatu yang aneh menghiasi hidungnya.

Nosebleed?

-tbc-

Undesire Reality [Min Yoongi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang