Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

BAB TIGA

424K 17.7K 275
                                    

Tidak apa jika Aldric bersikap dingin padanya tadi pagi. Sangat wajar bagi laki-laki itu untuk bersikap demikian. Mereka belum lama kenal. Pernikahan yang mereka jalani juga hanya karena sebuah alasan yang tidak masuk akal. Terlebih lagi, pesta pernikahan yang mengharuskan keduanya berdiri selama berjam-jam.

Aldric pasti sedang lelah.

Untuk sementara, Keira akan memaklumi dengan perilaku suaminya itu. Keira sendiri pun butuh waktu untuk beradaptasi dengan Aldric. Ingat, mereka baru saling mengenal. Tidak lama. Hanya dua bulan saja. Intensitas pertemuan mereka pun tidak sering. Sangat wajar jika mereka masih sama-sama canggung.

Dan, mengenai aturan-aturan yang dikatakan oleh Aldric itu, mungkin Keira yang belum tahu.

Hari ini Keira tidak masuk kerja. Ia memilih berada di rumah, sekadar untuk mengenal seluk beluk rumah suaminya itu. Lagi pula, ia belum tahu benar jalan ke arah kafenya dari rumah Aldric. Selain itu, masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan untuk menyesuaikan diri. Mengambil barang-barangnya di rumah, misalnya.

"Nyonya, kamarnya sudah siap," Bi Endah datang menemui Keira di kamar. Seperti yang dikatakan Aldric kemarin, ia akan memiliki kamar sendiri. Mereka tidak akan tidur dalam satu kamar. Keira sendiri menyambutnya dengan senang hati, itu berarti ia punya privasi.

"Iya, Bi. Sebentar lagi saya ke sana," sahut Keira sembari tersenyum. Ia sedang membereskan selimut di sofa yang semalam ditempati Aldric untuk tidur. Awalnya, Bi Endah yang akan membereskannya, tapi Keira menolaknya. Ia justru meminta Bi Endah untuk menyiapkan kamar untuknya, seperti yang dikatakan oleh Aldric. "Terima kasih, ya, Bi."

Bi Endah tersenyum ramah. Baru mengenal sehari dengan Keira, ia sudah menyukai perempuan itu. "Sama-sama, Nya. Kalau ada keperluan lagi, jangan sungkan-sungkan panggil saya, ya."

Keira mengacungkan jempolnya ke arah Bi Endah. "Siap."

Usai membereskan kamar Aldric, Keira mengambil koper kecil miliknya dan membawanya ke kamar di depan kamar milik Aldric.

Keira membuka pintu kamar miliknya tersebut, kemudian ia terpukau. Keira pikir, kamar miliknya akan jauh berbeda dengan milik Aldric. Nyatanya, kamar tersebut tidak jauh berbeda dengan kamar Aldric. Hanya saja, ukuran kamar miliknya lebih kecil. Ia bisa tahu lantaran di kamarnya tidak ada satu set sofa dan televisi seperti di kamar milik suaminya.

Perempuan itu melangkahkan kaki ke dalam kamar barunya. Tangan kirinya menyeret koper kecil yang ia bawa dari rumah. Kaki telanjangnya terus melangkah hingga ke sisi ranjang. Ia duduk di atas ranjang, kemudian merebahkan diri. Ia menatap langit-langit kamar yang berbentuk ornamen bunga berwarna putih kebiruan. Belum lama Keira berada di kamar tersebut. Ia sudah merasa akan menyukai kamar barunya.

Pertama kali mendengar Aldric akan memberikannya kamar sendiri, Keira merasa kecewa. Sebagian dari dirinya merasa terhina dengan kalimat Aldric, lalu ia berpikir, apa salahnya? Lagi pula, dia juga butuh waktu. Dengan memiliki kamar sendiri, Keira bisa bebas. Ia bisa menaruh buku-bukunya di salah satu sisi dinding, meja kerjanya sendiri, dan kamar mandi sendiri. Sehingga, ia tak perlu sungkan-sungkan dengan Aldric.

Paling tidak, Keira memiliki ruang pribadinya sendiri. Ruang di mana ia tak perlu menjaga sikap, seperti ketika di depan suaminya.

"Kamu pasti bisa Keira!" serunya. Ia tertawa kecil untuk merayakan kamar barunya. Sejenak, ia menyadari sesuatu. Sejak hari ia memutuskan untuk menikah, kali pertamanya ia tertawa, meskipun hanya beberapa persen dari tawa yang pernah ia miliki.

"Paling tidak, ada sesuatu yang kurindukan dari rumah ini nantinya."

***

Kesalahan terbesar dalam hidupnya adalah keinginan untuk menikah.

After Wedding [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang