-

38 7 0
                                    


Aku akan langsug memperkenalkannya kepadamu. Dia adalah Arslan teman sekelasku, meskipun kita satu kelas tapi aku baru saja mengenalnya.

Aku mengenalnya saat aku sedang melakukan rutinitasku yaitu tidur dikelas.

Diruangan berukuran kurang lebih 5×6 meter dengan nuansa kuning kusam dan ventilasi yg cukup baik ini, aku duduk di kursi paling pojok belakang.

Bukan duduk, saat ini kepalaku kuletakkan diatas meja kayu yg beraroma khas karena baru saja di cat ulang dengan tanganku sebagai bantalan.
Dan disinilah aku selalu menikmati waktu tidurku.
Pagi ini pun demikian, aku sengaja tertidur di kelas untuk yg kesekian kalinya.

Namun untuk yg pertama kalinya, rutinitasku ini tidak berjalan seperti biasanya. Dia menghentakkan kakinya dan mendebrak mejaku dengan kasar. Shit, apa dia tidak sadar bahwa dia mengganggu rutinitasku. Sontak akupun mengangkat kepalaku dan memposisikan bola mataku menatapnya kesal sembari bertanya apa maksudnya melakukan hal tersebut.

"Aaahhhhhh.." aku mengeluh ria karena dia mengacaukan rutinitasku hanya untuk menyuruhku piket, hal yang paling basi dimasa sekolah. Arghh.. Sungguh aku benar-benar malas melakukannya! namun dia terus menatapku dengan tatapan yg mengintimidasi.

Hmm.. entahlah, aku mungkin merasa kikuk dan mengalihkan padanganku ke nametag-nya. Dan disana terdapat huruf-huruf yg terbordir rapi, Arslan S. ya, begitulah huruf itu dapat terbaca dengan jelas.

Akupun bangkit dan berjalan menjauhi mejaku, sekilas kulihat senyum kemenangan diwajahnya.
"Payah!" gumamku dengan suara rendah. sebenarnya aku bangkit bukan untuk mengambil sapu dan piket, tapi Aku bermaksud untuk meninggalkan kelas dan menuju UKS, kurasa aku akan bolos lagi hari ini.

Akupun pergi begitu saja tanpa melihat ekspresinya.

◇◇◇

Akhirnya suara loncengpun berbunyi, menandakan saatnya pulang.

Masih dengan malasnya aku keluar dari UKS dan menuju ke kelasku untuk mengambil tasku yg bahkan isinya hanya satu buku catatan dan satu bolpoint.

sesampainya dikelas, tak ada seorangpun disana. Ya tentu saja semua penghuni kelas telah dalam perjalanan bermigrasi ke rumah mereka, atau mungkin berada di kelas ekskul mereka masing-masing.

Kemudian aku langsung menyambar tas ranselku yg berwarna hitam namun sudah begitu lusuh karena semenjak kubeli setahun lalu belum pernah kucuci. Dengan tampang tak berdosa, aku menggendongnya dipunggungku sambil meninggalkan kursi kesayanganku.

Ketika aku berjalan menuju pintu keluar, entah kenapa mataku tertuju pada sebuah kertas berwarna-warni yg tertata elok di dinding yg walaupun berkali-kali dicat ulang, tetap saja masih kusam, bahkan menurutku tingkat kekusamannya bertambah, dan disanalah kudapati huruf-huruf yg tak asing lagi bagiku.
.......Arslan, sebuah nama yg tertuliskan pada kertas biru yg berjudul Struktur Organisasi Kelas, yg berada tepat dibawah tulisan ketua kelas.

( Dia ) bahkan aku baru tau kalau dia adalah ketua kelas. Dan aku mengetahuinya saat aku berjalan untuk melewati pintu kelas ini lagi dan lagi. Entahlah sudah berapa kali aku melewati pintu ini. Pintu yg menghubungkanku dengan suatu tempat yg (katanya) akan memberiku bekal untuk masa depan (?).
Ahh sudahlah, aku tak ingin membahas ini.

Kembali kepada dia,

Sejak saat itu aku jadi sering memperhatikannya. (Kenapa?)
Entahlah, mungkin karena dia menarik.

ME-NA-RIK ???
Tolong jangan tanyakan padaku tentang arti dari kata itu. Karena tentu saja aku tak tau artinya. Jadi silahkan kamu deskripsikan sendiri. Ok ;)

Dia selalu duduk dimeja nomor dua dari depan, dia menulis dengan tangan kiri karena dia kidal. Dia selalu menjawab pertanyaan guru meskipun kadang jawabannya sangat tidak masuk akal. Dia selalu datang pagi sekali dan menyempatkan diri untuk mengunjungi ibu kantin. Dia selalu menambahkan kecap di makanannya. Aneh, meskipun dia kidal, dia bisa makan dengan tangan kanan. Dia juga suka membaca buku, pandai dalam olahraga dan mempunyai banyak teman.

(apakah dia tampan?) Jawabannya adalah TIDAK. Lalu, dia jelek?
Tentusaja itu juga tidak benar, karena seorang gadis yg disebut-sebut sebagai primadona disekolahku bisa jatuh hati padanya.

Ya, dia sudah mempunyai kekasih yg bernama Cisa.

Cisa adalah gadis pandai nan cantik, bertubuh proporsional dengan kulit putih bersih dengan sebuah lesung pipi di pipi kirinya. Ketika Cisa tersenyum dia akan bertambah cantik berkali-kali lipat.

Jadi bisa dipastikan kalau dia tidaklah jelek. Tapi bagiku dia juga tidak tampan. Karena dia bukan tipe cowok yg kusukai. Tapi sudah kujelaskan di atas kalau dia itu menarik bagiku.

◇◇◇

hah sialan. Ada apa denganku? kenapa aku sekarang begitu perhatian pada sekelilingku. Padahal dulu aku hanya peduli pada duniaku.
Tapi semenjak kejadian payah itu, aku benar-benar memperhatikan setiap detail dirinya. Bahkan kekasihnya yg kelasnya berada beribu-ribu centimeters jahuahnya dari kelasku.

Mereka berdua memang pasangan yg serasi. mereka juga sering belajar bersama. Dari yg aku dengar mereka selalu bersaing untuk menjadi yg terbaik dikelas masing-masing.

Mereka jarang bersama, namun mereka seringkali pulang bersama. Arslan akan mengantarkan Cisa pulang dan sebelum itu mereka akan mampir untuk membeli siomay dan es cincau yg dijual di depan sekolahku.

sialnya aku begitu memperhatikan mereka, aku duduk di halte bus dengan headset yg menyumbat telingaku dan akan menunduk memandangi sepatuku saat bus yg seharusnya kunaiki berhenti di hadapanku, aku membiarkannya berlalu.

Aku akan betah duduk di Halte hingga sore. Entahlah, padahal aku hanya duduk dan tidak melakukan apapun, memandangi orang yg naik turun bus dengan tergesa-gesa, mengikat tali sepatuku yg sengaja aku lepas, lalu ku ikat lagi, memainkan kabel headsetku dengan jari dan bahkan sesekali aku hanya memandangi garis tanganku. Lalu saat aku sudah bosan aku akan naik bus terakhir. Dan tak jarang aku ketinggalan bus karena kupikir itu bukan bus terakhir.





*kritik dan saran?? 😄😊

LUMPISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang