Seminggu kemudian..
"Semangat, senpai!" teriakanku menggema se-arena basket. Jujur, aku terlalu bahagia melihat Sasori-senpai tengah berlatih basket dengan gagahnya.
Untuk itu, aku mencoba menyemangatinya dengan teriakanku agar dia terus latihan dengan giat. Tapi aku tak sendirian. Sahabat-sahabatku melakukan hal yang sama sepertiku. Mereka memberi support pada kekasih mereka masing-masing, karena beberapa minggu lagi tim DB akan bertanding dengan tim Lobite dari Sunna High School.
Dan yang kuingat belakangan ini hanyalah senior babyface kesukaanku. Yup, itu karena akhir-akhir ini, kami sering menghabiskan waktu bersama. Maka dari itu, aku punya pemikiran baru hari ini; aku akan mengungkapkan rasa yang selama ini kupendam untuknya.
Karena aku baru mengerti. Sikap tenangnya saat aku bertindak ceroboh itu sanggup membuatku terpikat padanya. Sungguh, aku sangat bersyukur dia masih menganggapku sampai saat ini.
Selain itu, ada satu faktor yang membuatku berniat mengungkapkan semuanya. Sasori-senpai dan kekasihnya - Karin - sudah putus. Kesempatanku memiliki Sasori-senpai semakin besar.
"Baik, guys! Latihan hari ini selesai." gumam Sasuke kepada seluruh pemain DB.
Oh, ya. Jika soal Sasuke, sekitar seminggu ini kami hampir tak pernah bertatap muka. Lebih parahnya lagi, kami sudah saling lost contact. Entah apa yang terjadi. Tapi, rencana awalku menjadi berhasil. Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku memang berniat menjauhinya.
Jujur saja, saat dia jauh dariku, aku jadi lebih banyak melamun dan memikirkannya. Apa Sasuke baru sadar, jika aku adalah gadis yang harus dijauhi? Aku merindukannya, sungguh.
Tanpanya, semua terasa membosankan lagi. Hukuman mulai mengantri lagi. Dan tak ada lagi yang membuatku marah. Dia mungkin sangat sibuk dengan tim basketnya. Aku rindu kecupan mendadak yang dia layangkan dibibirku.
Apa dia tak menunggu jawaban dariku? Bodoh. Harusnya aku sadar, aku hanya dipermainkannya saja.
Tenang, Sakura. Aku tak boleh merobek-robek hatiku sendiri hanya karena mengingat pemuda nyentrik itu. Okay. Fokus pada rencana pengungkapan perasaanku pada seniorku.
"Sasori-senpai! Kemarilah!" panggilku disaat incaranku bermaksud pergi dari arena basket.
Ketika dirinya hampir dalam jangkauanku, aku segera mengeluarkan sekotak bento dan sebotol air minum. Seperti biasanya. Lalu dengan menampilkan senyum sumringah, aku memberikan semua itu padanya.
Senyum manisnya mengembang dan maniknya menatapku, "Arigatou, Sakura. Sebenarnya--"
"Apa Sasori-senpai benar-benar putus dengan kekasih senpai?"
Dia sedikit tersentak. "Ya,"
Wow, sempurna!
"Kalau begitu, bolehkah aku menjadi kekasih Senpai?"
Shit! Bodoh, pernyataan cinta macam apa itu?! Gawat.
"A-aku.. Mencintaimu, senpai." lanjutku dengan jantung berdenyut cepat dan rasa gugup luar biasa.
Kurasa, dia nampak terkejut. "Umm.. Apa kau mau tahu perasaanku padamu?" tanyanya dingin.
Dengan cepat, aku mengangguk antusias.
"Serius?" sambungnya. Aku pun mengangguk untuk kedua kalinya.
Sasori-senpai menghela nafas dan tatapannya berubah serius, "Aku benci padamu, Sakura."
Jleb!
*
Author's POV.
"Lihatlah, Teme. Nampaknya gadismu begitu senang didekat Sasori." goda Naruto sesudah meneguk air mineral dari sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid In Love [discontinued]
FanfictionDengan kecerobohan dan kepolosan yang tertempel didiri Sakura sanggup membuat Ice Prince kebanggan Konoha High School menumbuhkan benih cinta yang belum pernah Sakura rasakan sebelumnya. Tapi, Sakura sudah kelewat bodoh soal perasaan. Lalu, bagaiman...