Part 13

41K 710 58
                                        

Noah mengusap bibir menggunakan punggung tangannya dengan kasar. Kemeja yang ia pakai dirapihkan terlebih dahulu, sebelum akhirnya meninggalkan laki-laki tersebut. 

Pikiran Noah saat ini berkecamuk. Dia sibuk memikirkan segala kemungkinan yang belum pasti terjadi. Skenario terburuk sekelebat hinggap di kepalanya, mendesak masuk ibarat mempercayai sesuatu yang mustahil. Noah menggeleng pelan, ia tidak boleh menunjukkan kekesalan yang dia alami saat ini.

Kemudian Noah bertemu dengan Lana di luar gedung. Wanita itu yang masih sibuk memainkan ponsel, tiba-tiba saja terkejut ketika Noah menarik pergelangan tangannya cukup kencang. Jelas sekali amarah Noah masih membekas.

Sejujurnya, tak bisa disangkal bahwa perkataan mantan dari Lana itu cukup menyayat hati hingga membuatnya marah kepada kekasihnya saat ini. Wanita yang tadinya polos dan lugu harus terjerat dengan dunia malam yang tak terbatas.

Seandainya saja Noah hadir lebih dulu, mungkin kekasihnya ini tidak akan menjadi wanita malam. Noah pastinya tidak akan membiarkan wanitanya melakukan pekerjaan tercela seperti ini.

Noah benar-benar tak habis pikir dengan mantan Lana, mana ada ada orang sejahat itu yang memanfaatkan kekasihnya untuk bersetubuh dengan orang lain?

Kini mereka berdua telah sampai di dalam mobil. Setelah berhasil menyalakan mesin, Lana menangkup pipi Noah menggunakan tangannya, "Kamu kenapa?!!" tanya Lana panik.

Sementara Noah terdiam. Ia benar-benar tidak mau menunjukkan serta menjelaskan apa yang terjadi tadi. Perkataan mantan Lana cukup hanya Noah yang tahu, karena wanita itu sudah terlalu lama memendam rasa sakit dan rindu.

Kalau saja waktu bisa diputar, Noah akan menjadi pelindung bagi Lana. Wanita itu hanya perlu bergantung padanya tanpa harus mengorbankan kesuciannya.

Lana semakin geram. Sebelum mobil itu berjalan Lana buru-buru mengambil kunci tersebut dan menggenggamnya dengan erat, "Jawab aku! Kamu kenapa, Noah? Kenapa bibir kamu terluka?"

"Aku gapapa," Noah pun mencoba meraih kunci yang berada di tangan Lana. Namun wanita itu malah melempar kunci tersebut ke arah jok belakang. Noah yang berusaha sekali menahan amarah akhirnya tak sengaja meninggikan suaranya, "SHIT!" umpat Noah kesal. "KAMU KENAPA SIH? AKU BILANG GAPAPA, YA GAPAPA!!"

Deg!
Lana menegang lalu terdiam. Tatapannya yang kosong menandakan bahwa ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tidak biasanya Noah marah dan berteriak kepada dirinya.

Mata Lana kini mulai berkaca-kaca. Dia berusaha menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisan. Akan tetapi kelopak matanya terlalu berat, hingga sebuah air mata membasahi kedua pipinya.

Noah langsung menahan tangan Lana yang baru saja ingin keluar dari mobil, "Maafkan aku..." pinta Noah membuat Lana mengurungkan niatnya untuk pergi dari kendaraan beroda empat ini.

Lana kembali terdiam dan memalingkan wajah untuk memandang ke luar jalanan dari kaca mobil.

Noah yang melihat Lana masih menangis pun mengusap wajahnya dengan kedua tangan, "Aku gapapa, sayang. Maafkan aku kalau tadi aku sedikit meninggikan suaraku."

Noah meraih pergelangan tangan Lana lembut, kemudian ia mengusapi pipi Lana yang sudah basah. Wanita itu berusaha penuh untuk tidak melihat Noah namun akhirnya ia pasrah.

Lana kini memandang Noah dengan mata memerah, di pipinya terlihat jelas bahwa ada garis panjang bekas tangisan yang tertinggal. Bahu Lana yang baik turun itu berusaha untuk menghentikan tangisannya, "Aa-aku hanya ingin tahu. Kenapa bibir kamu berdarah? Ttt-tapi kamu malah marah..."

THE S*X TAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang