Novy Ciitra Pratiwi
NO COPAS!!!
Maaf tiap weekend pasti cuma satu part ya -.- . Hari Sabtu itu ngajar dari jam 7 pagi sampe jam setengah 1 di sekolah. Nah jam 1 ngajar bimbel sampe jam 6. Jadi gak ada istirahatnya. "Pengumuman"
------Iqbaal terdiam, mematung tak bergeming, tiba-tiba tangannya berkeringat, keningnya pun mulai basah, tengkuknya ia rasakan sangat panas. Ia mengingat sesuatu. Sesuatu yang tadi sempat ia lupakan karena terlalu bahagia dengan kedatangan Bella.
Tiba-tiba Iqbaal menarik lengan Bella untuk beranjak berdiri, berniat mengajak Bella keluar dari kamarnya. Namun tiba-tiba...
'TREK'
Lampu kamar menyala. Iqbaal terlambat. Bella kini melihat gadis itu tengah berdiri dengan tangan kanan yang masih menempel di saklar. Gadis itu kaget, dilihatnya dua manusia di hadapannya. Siapa mereka?
'PLAK'
Tiba-tiba Bella menampar Iqbaal. Lalu berlari keluar kamar Iqbaal.
"Apalagi ini?" Dengan geram Iqbaal melangkah keluar mencoba menahan kepergian Bella dan menjelaskan semuanya.
"Bell. Dengerin aku dulu." Kini Iqbaal sudah dapat meraih lengan Bella.
"Cewek itu, tadi dia pingsan di halte. Aku cuma nolongin dia aja. Aku mau nganter dia ke rumahnya, tapi aku sama sekali gak nemuin identitas apapun di tasnya." Iqbaal mencoba menjelaskan semuanya, sebisa mungkin ia membuat Bella untuk tidak marah lagi.
"Harus kamu yang nolong? Gak ada orang lain di sana selain kamu!" Bella tetap marah, masih tak masuk akal alasan Qbaal barusan.
"Ya ada. Tapi tadi itu... Asshhh.. Kamu gak akan ngerti Bell. Tadi itu..." Ia bingung menjelaskan ketika semua orang menatapnya secara tiba-tiba, mengenggap bahwa Iqbaal adalah oarng yang dikenal gadis itu.
"Iya! Aku gak ngerti! Aku gak ngerti kenapa aku bisa terima kamu!" Bella menepis kencang tangan Iqbaal yang mencengkram pergelangan tangannya.
"Bell!" Iqbaal menarik kembali lengan Bella.
"Tadinya aku coba-coba untuk sayang sama kamu, karena aku gak tega terus-terusan nolak kamu!" Bella benar-benar membuat Iqbaal mematung dengan perkataannya kini.
"Anggap aku gak pernah ngomong apa-apa sama kamu! Dan kita GAK ADA HUBUNGAN APA-APA!!!" Bella mengucapkan perkataannya dengan penuh penekanan membuat Iqbaal semakin terdiam, sakit? Pasti. Itu yang Iqbaal rasakan kini.
Bella berlari, meninggalkan Iqbaal yang masih terdiam. Seketika Bella menghilang, menenggelamkan tubuhnya ke dalam sebuah taksi yang melintas di depannya.
Iqbaal berjalan lunglai, memutar tubuhnya untuk kembali ke kamar. Apa yang Bella ucapkan tadi benar-benar menusuk seluruh syaraf-syaraf motoriknya. Menyebabkan gerakannya kini sangat lamban. Apakah tak ada kebahagiaan untuknya hari ini?
'BRAK'
Dengan keras Iqbaal membuka pintu kamarnya. Membuat gadis yang sedang duduk di ujung kasurnya terperanjat. Gadis itu kini memperhatikan Iqbaal, di wajahnya ada beberapa luka memar ditambah saat ini wajahnya sangat tak enak dipandang karena moodnya yang terlihat sedang down. Iqbaal menghempaskan tubuhnya pada sofa panjang yang tadi sempat ia tiduri.
"Apa lo liat-liat gue? Seneng kan lo liat gue kaya gini? Masih kurang penderitaan yang lo kasih ke gue?" Iqbaal menatap wajah gadis itu yang sama sekali tak mengerti apa-apa.
"Gue salah apa sama lo? Terus kenapa gue ada di sini? Bukannya tadi gue..." Gadis itu mencoba mengingat-ingat kembali kejadian sebelumnya.
"Salah apa? Lo nanya sama gue lo salah apa? Bener-bener ya lo!" Nafas Iqbaal mulai tak teratur, kesal. Apalagi gadis di hadapannya kini memasang tampang polosnya, seolah tak berdosa.