Charlotte's POV
Aku mengerjapkan mataku, berusaha beradaptasi dengan sinar matahari yang berusaha memasuki kamarku
Aku berjalan menuju dapur, mencari sesuatu yang bisa mengganjal perutku selagi Mom menyiapkan sarapan untukku
"Lottie, ada kiriman untukmu" ucap Mom seraya memberikan sebucket bunga mawar kepadaku
Aku membaca kartu yang terselipkan diantara bunga bunga tersebut. Tertulis : "Have a great day, Niall Horan xx"
Aku mengambil handphoneku, membuka fitur iMessage dan mengirimkan pesan kepada Niall
"Thank you for the flowers, have a great day too xx"
Sent
Aku berjalan kembali ke kamar untuk menaruh bunga pemberian Niall. Sesaat sesudah aku mengambil vas untuk bungaku, handphoneku bergetar menandakan seseorang telah menelefonku lewat line free call
Niall oenyoe nan imoet is calling you
Aku mengangkat teleponnya tanpa menghiraukan display namenya.
"hey there"
"hello, Lotte. Ready for school?"
"no"
"okay -- wait, what? Kenapa kau tidak siap ke sekolah?"
"aku belum bersiap siap"
"5 menit lagi aku sudah di depan rumahmu. Siap atau tidak siap, aku akan membawamu ke sekolah"
"okay"
Aku memutuskan sambungan teleponnya.Aku mengambil baju seragamku dan bersiap untuk mandi sebelum terdengar suara klakson di depan rumahku
Aku tidak menghiraukannya dan kembali melanjutkan perjalananku ke kamar mandi
"apakah semua cewek harus berlama lama di kamar mandi? Apa yang mereka lakukan di kamar mandi selama 20 menit lebih?" ucap Niall panjang lebar saat aku memasukki mobilnya. Dia sudah menungguku lebih dari 30 menit di dalam mobilnya
"maafkan aku" hanya itu yang terlontar dari mulutku. Aku tak mau menambah panjang masalah dihari pertama aku dan Niall berpacaran ini
"Jika aku tidak menyayangimu, aku akan meninggalkanmu dan pergi berangkat ke sekolah sendirian" ucap Niall dengan sedikit penekanan di kata 'sendirian'
Aku tidak menjawab. Detik selanjutnya kami hanya diliputi kesunyian, tidak ada salah satu dari kami yang berbicara, hanya ada suara Taylor Swift di radio yang memecah kesunyian
"Pulang nanti, kamu tunggu di depan mobilku. Aku akan mengantarmu pulang" ucap Niall seraya mengacak ngacak rambutku. Aku mengangguk dan tanpa sadar pipiku sudah menjadi panas
Kami turun dari mobil bersamaan, seluruh pasang mata memusatkan pandangannya pada kami seolah kami adalah pasangan selebriti yang merupakan 'couple goals'
Kami berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelas kami
Beberapa sindiran dan hujatan dilayangkan padaku, walaupun mereka berbicara dengan cara berbisik bisik, aku tetap mendengar mereka berbicara, seperti 'cewek murahan', 'kok Niall mau sama dia', 'geli'. Ya kira kira seperti itu
Aku memutar bola mataku dan menatap Niall yang sedang melihat mereka yang menghujatku dengan tatapan yang mengisyaratkan 'diam atau ku cincang kalian'
Aku hanya tersenyum melihatnya.
--
"Gila lu Lotte. Gila gila parah parah" ucap Claire, saat aku mulai menempelkan bokongku ke kursi sekolah
"Gila kenapa?" ucapku
"Lu bener jadian sama si Niall? Gila parah. Traktirannya kapan Lotte? Gue kan jomblo" ucap Claire. Aku hanya menatapnya kesal dan sesaat kemudian guru mata pelajaran pun memasuki kelas kami
--
Bel tanda istirahat pun berbunyi. Murid murid langsung menghambur ke luar kelas, seperti masabodo walaupun masih ada guru di dalam kelas. Alhasil guru tersebut pun kesal dan meninggalkan kelas
"Ada yang berantem di lapangan. Pada mau nonton ga?" ucap salah satu temanku dengan setengah berteriak. Aku yang phobia dengan keributan pun memilih duduk dalam kelas bersama Claire sebelum ada yang berteriak menyoraki si 'orang yang sedang bertengkar'
"Niall Horan di keroyok sama Luke dan Ashton"
Aku yang mendengarnya langsung merasa lemas. Aku langsung berlari ke lapangan dan mendapati pacarku sudah mendapatkan banyak luka lebam di wajahnya
Aku menghampirinya dan menghalau dua orang yang ingin menonjok Niall. Aku terkena tonjokkan Luke di rahangku dan dari sudut bibirku mengeluarkan darah yang cukup banyak
"Jangan sakitin cowo gue. Kalau mau, lawan gue aja!" ucapku dengan lutut yang bergetar. Jujur, aku sangat takut dengan tangan mereka yang kekar
"Eh Niall, lu bawa cewe lu kesini buat apa? Jadi cheerleader? Bawa pulang cewe lu dan kita selesaikan masalah ini" ucap Ashton dengan berteriak. Lututku gemetar dan darah akibat tonjokan Luke tadi semakin mengucur deras
"Nyelesain masalah ga perlu pake adu tenaga kan? Kayak bocah banget lu semua. Kalau berani, sini hadepin gue" ucapku dengan suara yang bergetar menahan tangisanku. Aku sangat phobia dengan pertengkaran
Ashton mencengkram kerah seragamku dan mengangkatku ke atas dengan tangannya yang besar
"Jangan berani berani ngebentak gue, manis. Kalau saja kau tidak manis, mungkin aku sudah menghajarmu dari awal" ucap Ashton dengan banyak penekanan. Ia melepaskan tangannya dari kerahku
Aku terhempas ke aspal lapangan. Kepalaku membentur aspal dan alhasil kepalaku menjadi pening. Aku merasakan lukaku bertambah banyak akibat hempasan tadi. Seluruh lukaku mengeluarkan darah. Pandanganku kabur dan semakin kabur. Aku melihat bayangan wajah Niall yang mendekatiku. Sesudah itu aku tidak mengingat apa apa lagi
--
Ashoy