II. Bab 20 November 2011

799 118 3
                                    

Entah sudah kertas keberapa yang kurobek hari ini. Aku seperti lupa bagaimana cara memulai suatu jurnal. Dan aku bahkan tak dapat mencontek jurnal-jurnal lama yang kutinggal di dalam kamarku. Sudah setahun lamanya aku tidak menulis.. Tapi hari ini, ketika semua orang memberikan kejutan di hari ulang tahunku, hasrat untuk merekam apa yang terjadi pada hidupku pun kembali. Entah sejak kapan buku kosong dan pena ini ada di hadapanku.

Setahun terakhir ini hidupku berubah 180 derajat. Aku rasa hal terakhir yang kutulis adalah tentang pertemuan terakhirku dengan Teito. Dan seharusnya aku yang sekarang adalah Asada Yuki yang sudah menjadi mahasiswa. Tapi kenyataannya adalah, aku bahkan telah membuang nama 'Asada' itu. Dan kelulusan yang dinaungi oleh pohon-pohon Sakura itu tak pernah terjadi padaku.

Bicara pada Teito hari itu tidak membuat kegelisahanku sirna. Aku tetap tak bisa menerima diriku yang waktu itu. Dan aku tak siap menghadapi duniaku yang lama dengan jiwa seperti itu. Aku seperti seorang tentara yang pergi perang tanpa membawa senjata apa pun, pikirku saat itu.

Selama beberapa lama aku menunjukkan wajahku di sekolah, dengan perasaan yang tak keruan. Semua orang pasti menganggapku melebih-lebihkan. Bahwa sebenarnya tidak ada yang perlu kutakutkan, karena semua orang sebenarnya tidak ada yang membenciku. Tapi setiap kali aku mencoba untuk berdamai dengan diriku sendiri, wajah Suzuki-san muncul di dalam benakku. Dan senyum terakhirnya yang tak menyalahkanku itu menghancurkan semua usahaku. Tidak ada dendam, yang ada hanya dosa. Dan aku lah pemiliknya.

Papa melarangku untuk bertemu dengannya lagi. Meski sebenarnya aku masih bisa mengejarnya ke Tokyo. Tapi aku pun tak tahu apa yang akan kukatakan kepadanya. Aku bahkan tak yakin apa yang kuinginkan darinya. Mungkin aku bisa memintanya untuk memulai semuanya dari awal lagi dengan papa. Tapi dari pertama semua ini bergantung pada keputusan papa. Hanya padanya aku bisa meminta... Dan tragisnya ia tidak ada di sini untuk dapat memungkinkan semua itu.

Aku terlambat untuk memperbaiki semuanya. Kalau saja aku berani bicara ketika papa masih ada di Jepang, mungkin aku tak perlu terkatung-katung seperti itu. Aku tak suka tenggelam dalam lara seperti ini, rasanya menggelikan dan aku jadi benci pada diriku sendiri. Berkali-kali aku mencoba mencari solusinya, dan aku selalu sampai kepada jawaban bahwa aku harus mencari sesuatu yang benar-benar baru. Aku harus menjadi seseorang yang belum pernah kubayangkan sebelumnya. Jika peristiwa lampau adalah penghambatnya, maka aku harus siap untuk meninggalkannya.

Suatu hari, aku tidak langsung pulang ke rumah. Aku memutuskan untuk pergi ke tengah kota Osaka, membenamkan diriku yang kosong di dalam kebisingan. Aku bahkan tidak tahu pasti ke mana aku berjalan, tapi yang jelas aku mencari sesuatu. Serta merta, memecahkan lamunanku, seorang pria tengah baya sudah merangkulku dari belakang, seakan-akan ia mengenalku. "Kau sendirian?" tanyanya.

Sejenak rasa ngeri naik ke kepalaku, karena ia adalah seorang asing, di tempat yang tak kupahami, di waktu yang tidak tepat. Aku bahkan tak bisa menghadapi orang-orang yang kukenal, apalagi seorang yang tak jelas seperti ini.

Aku menggeleng tegas dan berhasil melepaskan diriku darinya. Tapi sepertinya dari awal aku sudah berada di tempat yang salah. Setelah pria itu, munculah pria-pria lain yang menghampiriku atau menggodaku dari jauh. Mungkin seragam sekolah yang kukenakan hari itu membuatku sangat mencolok. Mungkin saja.. Mungkin saja aku berada di dunia malam yang tak seharusnya kujajaki.

Aku terus menghindari orang-orang itu, hingga salah satunya menarik kerahku dari belakang. "Hei bocah, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini malam-malam?"

Dari gesture tangan dan gaya berjalannya yang feminim, serta gaya bahasa yang digunakannya.. Lalu pakaiannya yang eksentrik, meski tidak ketat. Hanya melihatnya sekilas saja aku sudah tahu kalau ia seorang okama. Meski bukan transgender yang sepenuhnya. Aku tak menyangka bahwa orang ini adalah yang nantinya akan menjadi bosku. Ia owner dari tempatku bekerja sekarang.

Tak Ada Batas Pada Mozaik [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang