III

70 4 0
                                    

Ekki P.O.V

"Ekki bangun kenapa tidur di sini?” suara seorang wanita membangunkanku. Ternyata aku tertidur di tepi pantai, aku mengangkat wajahku melihat sosok wanita yang membangunkanku rupanya Andien.

“Apa kamu baik baik saja Ki wajahmu sangat pucat?” Tanya Andien dengan nada cemas.

Aku memang merasakan sakit di seluruh badanku apa lagi tidur di tepi pantai, angin yang berhembus kuat semalaman terasa menusuk tulangku.

“Aku baik baik saja.” jawabku tidak mau membuatnya mengkhawatirkan keadaanku.

Aku melihat sekeliling mencari sosok Danu tapi dia tidak ada di sekitar sini.

“Yuk kita ke kafe.”ajak Andien mengulurkan tangannya padaku dan aku meraihnya.

Aku menepuk celana belakangku dan sweater yang menutup tubuhku karna di penuhi pasir lalu mengikuti Andien menuju kafe namun saat kulangkahkan kaki yang ke dua kalinya aku limbung dan terjatuh, kakiku sangat lemas tenagaku tidak cukup kuat untuk berdiri lagi, Andien mendekatiku dan memegang lenganku membantuku berdiri

“Ekki kamu sakit, tubuhmu panas sekali.” dia terkejut saat menyantuh tanganku yang panas dan dia meraih pipi dan keningku.

“Kamu demam Ki”sambungnya

“Aku ga papa kok, sudahlah kita ke café dulu.” kilahku mencoba menenangkan Andien yang sangat mengkhawatirkanku.

Mataku masih mencari sosok Danu menjelajahi penjuru pantai, akhirnya dia muncul tidak jauh dariku, dia memandang ke arahku dan aku hanya tersenyum membalasnya.

Aku duduk di salah satu kursi café kepalaku terasa berat, aku menaruh tanganku di atas meja dan menyandarkan kepalaku di atasnya.

Suara langkah kaki terdengar mendekatiku, aku ingin melihatnya tapi terasa berat sekali kepalaku untuk mengangkat wajahku.

“Pagi amat Ki nyampenya.” suara yang aku kenal itu Iwan

“Lagi pengin pagi aja.” jawabku asal. Dia duduk di sebalahku dan terkejut melihat raut wajahku.

“Kenapa Ki kusut amat?”

“Sakit Wan, ga tau nih Ekki tadi aku datang aja dia tiduran di tepi pantai, jadi sakit sekarang.” jelas Andien tanpa aku jelaskan pada Iwan

“Ya ampun bisa sakit juga lo.” ledeknya, aku mengerutkan dahiku mendengar ledekanya memang aku bukan manusia

“Apaan sih lo.”

“Lagian lo ngapain tidur di tepi pantai, mau semedi buat melet cewek ya.” orang ini benar-benar ya ilmu hitam aja yang dia tahu pantes aja orangnya hitam walaupun belum hitam legam.

Aku mendengus kesal

“Sorry ya muka gue juga lumayan buat gaet cewe sini walaupun masih tahap SNI.”

“Apa tuh SNI.?” Tanya Iwan padahal anak SD juga tahu kepanjanganya.

“Standar Nasional Indonesia.” jawabku nyolot.

“Oh itu, lo baru standar aja bangga Ki, adik gue bilang gue ganteng aja, gue diam Ki ga gembor-gembor.” sepertinya Iwan mengalami sindrom percaya diri tahap akut

“Kok bisa dia ngomong gitu." tanyaku serius.

“Ya bisa lah dia bilang kakaknya ganteng kalo lagi ngaca, tapi kacanya di ganti gambar artis Ferdi Nuril.” jelasnya tanpa dosa

“Kampret lo.” umpat ku.

Andien tertawa mendengar pembicaraan kita. Memang satu orang ini selalu menyebal kan tapi juga selalu membuat orang di sekitarnya senang.

Penggemar Rahasia (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang