sembilan

19 1 0
                                    

Sydney, 2015

Aku menatap gedung kampus baruku. Orang-orang sibuk berlalu-lalang dan berkenalan satu sama lain. Aku hanya melihat aktifitas mereka, tak berminat menyapa. Lebih baik sendiri dulu, pikirku.

Aku berjalan menelusuri kampus. Menghafal tata letak setiap kelas. Melihat sekitaran ruang musik, stadion olahraga, dan juga taman. Kampus ini tertata dengan rapi, indah. Tentu saja, kampus ini masuk ke dalam jajaran kampus terbaik.

Salah satu kursi di taman menarikku untuk duduk di sana. Tidak banyak orang yang terlihat disini, membuat suasana lebih nyaman.

Dan juga, membuatku mengenangnya.

Seharusnya, hari ini Adhyastha berada di sampingku.

Seharusnya, kita berada di satu kampus yang sama.

Seharusnya, sekarang kita sedang 'bedah kampus' berdua.

Seharusnya....

"Lei, lo mau tau gak cita-cita baru gue?"

"Apa?"

"Satu kampus sama lo."

"Hah?"

"Iya. Ntar kita keliling kampus bareng. Gue janji bakal terus ada di samping lo. Biar nggak ada yang ganggu lo di kampus."

"Sok manis banget sih, Dhy. Tumben. Basi ah. Tapi, makasih ya."

Malam itu, ia berjanji, janji yang tidak pernah ditepati.

WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang