HI SEMUANYA. SEMOGA GAK NGE BOSENIN YA CERITANYA. OH IYA MAAF YA KALAU CERITANYA GAJE (GAK JELAS) KARENA INI TULISAN AKU YANG PERTAMA. SEMOGA KALIAN SEMUA SUKA:*
***
"Semangat rio... semangat...
rio pasti bisa wuuuuuuu"
teriak widya sekerasnya agar rio bisa mendengar semangat yang ia berikan.Ya. Seperti itulah sikap widya anindya terhadap rio prasetyo. Orang yang selalu ia tunggu. Menunggu kasih sayang rio terhadap dirinya.
Rio adalah kapten tim basket disekolahnya. Wajar saja kalau banyak gadis di sekolah yang tergila gila padanya. Namun sikap dinginnya membuat para gadis itu menjadi pesimis untuk mendapatkan hati rio. begitu halnya dengan widya. Namun ia tetap berjuang keras mendapatkan rio.
"Selamat ya rio,kamu tadi mainnya bagus banget." Ucap widya setelah perlombaan usai. Ia memberi sebotol air mineral dan sebuah handuk kecil kepada rio untuk menyeka keringatnya.
"Thanks"ucap rio datar lalu meninggalkan widya yang masih ingin berbicara dengannya.
"Yaampun riooo... lu tuh kok cuek banget sih sama semua cewek disekolah ini?! Apalagi sama gue??! Peka dong rio peka." ujar widya yang berbicara sendiri dengan kesal setelah rio pergi meninggalkannya.
"Woyy!! Lu kenapa sih wid?? Udah mau pulang juga masih ngomel ngomel." Kaget izmi dari
belakangnya."Iiisssh izzmiiiii lo tuh ya gak bakalan pernah ngerti rasanya jadi gue gimana. gue selalu nungguin dia. Nunggu hatinya terbuka dan melihat gue yang selama ini memperjuangkan dia." Omel widya pada izmi.
"Yaudah kali wid. santai aja kali. Gue yakin kok suatu saat dia pasti bakalan peka sama perasaan lo ke dia. Mungkin butuh proses juga kali wid mikirin hal yang begituan."
"Iya juga sih" ucap widya sedih
"Yaudah pulang yuk wid. Hari ini gue dijemput sama nyokap. Lu ikut sekalian gih. Oke??" ajak izmi.
"Yaudah boleh deh. makasih ya mi. Udah mau terus care sama gue kalau gue lagi sedih." Ujar widya haru.
"Ya biasa aja kali. Gue kan temen lu. Yaudah yuk pulang."
**
Diperjalanan,widya hanya diam. Ia hanya mendengar percakapan ibu dan anak itu saja. Pikirannya terus membayangkan sikap rio yang tak pernah peduli dengan perjuangannya. Pasalnya sudah lima tahun yang lalu sejak SMP widya suka dengannya dan memberikan kode kepadanya. Namun, rasa dan perjuangan itu tak pernah di hargai oleh rio."Makasih ya tan,iz," ujar widya setelah ia sampai didepan pintu rumahnya.
"Iya wid, sama-sama." Ucap izmi.
"Gak mampir dulu?"
"Gak usah deh wid, yakan ma?" Tanya izmi pada mamanya.
"iya. Udah sore juga soalnya. Yaudah tante pulang ya wid. bye bye." Kata mama izmi.
"Iya tan mksh ya tan." widya pun masuk ke rumahnya setelah mobil mama izmi tidak terlihat lagi.
***
widya sibuk sendiri dengan handphone nya sampai sampai ia tidak menyahuti mamanya yang sedari tadi memanggilnya."Adek,, mama panggil kok gak disahutin sih?? Kebiasaan deh kalau udah main handphone selalu gitu." Celoteh mama kepada widya.
"Iya iya ma,maaf."Ujar widya sesal."Yaudah gih yuk makan dulu. Papa sama kakak udah nunggu kamu dari tadi." mama pun turun kebawah diikuti oleh widya.
"adek kok lama banget sih? Kakak dah lapar tau." Ujar kak fikri, kakaknya widya. Sebenarnya fikri menyuruh widya memanggilnya dengan sebutan abang. Tapi widya tetap saja lebih suka memanggilnya kakak.
"Iya deh kak,maafin adek ya kak.." Widya pun duduk di samping kakaknya dan papa berada di seberangnya. Sedangkan mama berada di seberang kakak.
"Iya kakak maafin. Eh adek kok murung gitu? Lagi galau mikirin ri..." belum lagi selesai berbicara kaki fikri sudah diinjak oleh kaki widya.
"Aaaaawww." Rintih fikri pada adiknya itu.
"Makanya kakak jangan bicarain rio didepan papa atau mama." Ucap widya berbisik kepada kakaknya itu.
"Emang kenapa sih dek? Gak dihargain lagi sama dia?" Widya hanya mengangguk lesu.
"Tuh cowok kenapa sih? Disukai sama cewek secantik adek kakak ini kok gak ada seneng nya sama sekali??" Ujar fikri yang sedikit kesal dengan sikap rio kepada widya.
"Udah ah kak. Nanti adek ceritain ke kakak gimana ceritanya." fikri hanya mengangguk saja. Mereka pun mulai diam dan menghabiskan makanan yang ada di hadapannya dengan tenang.
*
"Udah sabar ya dek. Suatu hari nanti dia pasti peka kok sama perasaan adek ke dia. Mungkin emang belum waktunya aja. udah ya dek,jangan nangis lagi." ujar fikri sambil memeluk adiknya yang sedang sedih itu. Ia menagis didalam pelukan kakaknya.
Widya memang seperti itu. Ia selalu curhat dengan fikri jika ada masalah yang menimpanya. Dan fikri pun dengan senang hati mendengar cerita adiknya itu. Terkadang, ia juga menasihati adiknya itu. Ia sangat mengerti tentang perasaan adiknya itu. Maka dari itu ia sangat menjaga hubungannya dengan clara kekasihnya. Ia mengerti betul tentang perasaan seorang wanita. Ia sangat takut untuk membuat hati wanita rapuh dan kemudian menangis.
Menurutnya, laki laki yang seperti itu tidak gentelman dan tidak pantas untuk diperjuangkan. Ya. Itulah sifat fikri, kakak widya yang berkuliah di lazana university. Ia mengambil jurusan ekonomi. Ia akan sangat marah jika seorang cewek menangis dihadapannya.
"Loh adek? adek kok nangis sih?" Ucap mama yang tiba tiba masuk ke kamar widya.
***
GIMANA CERITANYA?? KARENA BARU YANG PERTAMA, AKU BERHARAP BANGET DENGAN KRITIKAN DAN SARAN KALIAN :V MAKASIH BUAT YANG UDAH BACA PART 1 INI :* JANGAN LUPA UNTUK DI VOTE YA SEMUANYA. MAKASIH :V

KAMU SEDANG MEMBACA
Do You love me?
Teen Fiction"Gue capek tau gak sih ngejer ngejer lo terus. Kalau lo gak suka sama gue lo bilang dong. Biar gue hilangin rasa ini ke lo walau gue gak tau caranya. " - widya anindya "Sebenernya gue suka sama lo. Tapi ada satu masalah yang ngebuat gue gak bisa unt...