Saat itu, terik matahari sangat panas membuat aktifitas yang kulakukan jadi tidak bersemangat. Aku, sedang termenung sendiri di halaman sekolah yang sepi akan para siswa. Aku tidak bolos, aku tidak cabut jam pelajaran. Aku anak baik-baik disekolah. Tapi kali ini berbeda, selain terik matahari yang membuatku tidak bersemangat, aku mendapat masalah yang lebih membuatku tidak besemangat.
'Aku dikeluarkan dari sekolah'.
Salah diriku yang terlalu keras memilih sekolah swasta dengan biaya sekolah yang 'terlalu mahal' untuk kalangan sepertiku. Ya, aku dikeluarkan karena tunggakanku disekolah ini sudah terlalu banyak.
"Steffa!" Teriakan seseorang yang mengganggu lamunanku.
Dia menghampiriku, wajahnya memerah, menampakkan sisi tidak bersahabatnya.
"Kau dikeluarkan, mengapa masih ada dihalaman sekolah?" Kata-kata itu membuat aku hanya menganga.
Diwaktu yang sama, aku lihat Raihan yang sedang mematung dengan ekspresi datar. Raihan adalah pacarku, pacar Steffa Rizky si anak miskin yang tidak bisa membayar uang sekolah.
"Maaf.." lirihku.
Aku langsung berlari meninggalkan halaman sekolah. Sebelum melewati Raihan, aku menunduk malu. Aku tahu dia malu punya pacar sepertiku. Dia tidak bergeming saat aku tepat berada didepannya. Aku benar-benar membuatnya malu. Tidak tahan, air mataku menetes begitu lancangnya. Buru-buru aku berlari kearah pintu gerbang.
"Tunggu!" Seseorang menahan tanganku. Aku tahu betul suara ini. Suara pujaan hatiku yang hari ini aku buat malu.
"Lepaskan.." pintaku pelan dengan air mata yang kian brengs*k.
"Aku bisa membantumu." Katanya dengan senyuman manis yang aku lihat sebentar.
Aku menggeleng.
"Membuatmu malu hari ini sudah cukup. Aku akan bekerja saja, itu lebih baik." Berbohong memang membuat sakit sebenarnya.
"Tapi.." aku melepaskan tanganku yang sedari tadi ia tahan. Aku langsung berlari meninggalkan sekolah terakhirku itu.
Saat insiden itu aku berumur 17 tahun. Hubunganku dengan Raihan setelah itu masih berjalan dengan baik. Bahkan Raihan terkadang dengan baiknya memberi aku uang. Memang aku sudah seperti memanfaatkannya, tapi itu semua diluar kemauanku.
Sudah 2 tahun aku menganggur. Aku kira bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Ternyata aku membutuhkan ijazah minimal ijazah sekolah menengah atas. 20 menit yang lalu aku mendapatkan pesan singkat dari Raihan, tapi ponselku mati karena kehabisan baterai membuatku harus mengisinya dahulu.
Ku coba menyalakan ponselku, menunggu sekitarnya 3 menitan untuk siap membuka pesan singkat yang masuk. Setelah menunggu, dengan semangat aku membuka kotak masuk yang tadi terdapat pesan singkat pujaan hatiku yang belum sempat aku baca. Dan...
From : Raihan Darling
Maaf, hubungannya sampai disini. Kita tidak sepadan. Maaf..
Hatiku...
Hancur.
Sungguh hancur.
Pujaan hatiku, penyemangatku kini telah memutuskan suatu hal yang membuatku ingin mati. Hidupku sudah hancur. Hanya Raihan yang membuat kehancuran itu aku lupakan, tapi sekarang?
Raihan bunuh aku!!!!!!
□□□
Sudah 2 harian mungkin aku mengurung diri dikamar. Aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Hidup tanpa ibu, hidup dengan ayah berwatak kasar membuatku harus terus menelan keras-keras kehidupan ini. Ditambah sekarang seseorang membuat aku kehilangan tujuan hidupku. Dulu aku mempunyai mimpi di masa depan ingin hidup dengannya. Memili anak-anak yang menggemaskan. Tapi semua sirna. Semua hilang, anak miskin sepertiku harusnya tidak punya mimpi yang terlalu jauh.
Ayahku sejak aku kecil sangat tidak peduli kepadaku. Ia kasar, tak ada satupun sifat penyayang yang aku rasakan. Sudah banyak luka yang aku dapatkan darinya. Mulai dari luka fisik hingga luka batin. Tapi aku akan terus menyayanginya.
"Steffa!" Mengagetkanku. Ayahku langsung membuka pintu kamarku dengan kasar.
Aku hanya melihatnya dengan mata lirih dan penuh harapan agar ia tak akan kasar padaku.
Ayahku masuk dengan wajah penuh benci. Ada apa ini? Tidak seperti biasanya."Ada apa ayah?" Tanyaku pelan.
Dia terus memandangku dengan penuh kebencian. Oh, mengapa harus seseram ini tatapan seorang ayah kepada anaknya?
"Pergi!" Katanya sedikit pelan dan agak menundukan kepalanya.
"Ayah.." aku bingung, air mataku sedikit mengalir.
"Pergi kau dari sini anak haram! Aku benci melihat wajahmu yang mirip dengan ibumu, si wanita sialan itu! Pergi kau!" Bentaknya sambil menggebrak pintu kamarku.
Tuhan..
Mengapa rasanya?
Begitu sakit.
"Tapi yah aku tidak tah.." ayahku langsung menghampiriku dan menendangiku dengan sangat kencang.
"Ampun yah sakit" aku menjerit kencang disertai dengan tangisanku.
Langsung saja aku diseret keluar oleh ayahku, tidak bukan ayah. Sejak saat itu aku memanggilnya laki-laki sialan.
"Jika memang ini takdirnya aku ikhlas. Meskipun akan banyak takdir lainnya yang akan aku terima, akan aku coba ikhlas. Tuhan sudah merencanakan semua. Dengan janji pada diriku 'jangan menangis!'. Seberat apapun takdirnya jangan menangis. Kekasaran memang sudah harus membuatku semakin kuat."
♥ Steffa Rizky ♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriend Bitches
RomanceKehidupan kami mungkin bisa disebut kehidupan para jalang. Maaf, sudah tidak mungkin. Tapi memang benar-benar seperti itu. "Aku tidak peduli orang biacara apa. Hidupku suram? Hidupku haram? Jangan menghakimi! Jika kau tidak bisa memberiku makan, jan...