(Nania Adi)
Rega menyetir mobilnya sangat fokus, membuatku tutup mulut. Mobilnya sangat keren, tempat duduknya membuatku merasakan kantuk. Jangan-jangan mobil ini ada sihirnya?.
"Tidur saja" suara itu memecahkan keheningan. Aku hanya melongo menatapnya, sepeti bocah idiot tingkahku saat ini.
"Aku...lapar" kataku pelan dan masih melihat kearahnya. Ini alibiku saja sebenarnya agar aku tidak tertidur di mobil yang penuh sihir ini.
Rega kembali terkekeh.
"Kau beda, sangat beda" apa maksudnya sangat beda?. "Jalang polos, sepolos kertas putih" Rega tersenyum tapi matanya terus menatap kedepan.
Aku polos ya? Tapi aku ini wanita jalang. Masa sih ada jalang yang polos.
"Maksudmu apa?" Pertanyaanku membuat Rega menatapku sekarang. Tangannya mengusap lembut bibirku.
"Tidak ada yang harus dijelaskan" Regapun kembali fokus menyetir.
Kami sampai disebuah restaurant mewah. Biasanya memang sebelum aku bermain di ranjang, aku selalu diajak makan bersama para pemesanku. Sudah jam 11.30 pagi, perutku sudah lapar karena hanya makan 1 pancake kecil tadi.
Aku dan Rega duduk di meja yang terletak disudut restaurant ini. Mataku terlalu mengapresiasi keindahan yang ada di dalam restaurant ini, sungguh menakjubkan!.
"Nania.." lirih Rega. Rega mendekatkan wajahnya kearahku dan.. "cup" dia mencium bibirku.
Aku kaget setengah mati. Aku belum pernah berciuman ditempat umum walaupun aku seorang jalang. Menjadi jalang tidak sepenuhnya membuatku liar ditempat umum seperti ini. Aku malu, sampai membentuk pipi tomat diwajahku.
"Lucu sekali" Rega tersenyum. Seorang pelayan datang membawa buku menu untuk kami. Tapi, Rega dan pelayan itu terlihat agak akrab.
"Mau main ya bos?" Tanya pelayan itu pada Rega, dan Rega hanya tertawa. Aku dibuat melongo lagi.
"Buatkan aku seperti biasa, kamu mau apa Nani?" Eh aku tersadar. Apa? Nani?.
"Nani?" Tanyaku bingung. Baru kali ini ada yang memanggilku dengan sebutan 'Nani'.
□□□
Kami sudah kembali ke hotel. Aku sangat kenyang sekarang, mengingat tadi saat di restaurant aku makan sedikit lebih banyak. Rega duduk diranjangnya sambil menatap kearahku. Tuhkan, aku jadi gugup lagi.
"Kemari Nania.." perintahnya sangat lembut membuatku seperti terhipnotis mengikuti perintahnya. Jantungku berdegub kencang. "Ini hanya pekerjaan Nania.. ayo lakukan" batinku.
Tapi Rega langsung menarikku keatas ranjang. Empuk, kalau saja tidak ada pekerjaan mungkin aku sudah tertidur.
"Let's play darling".
Rega mulai menciumi bibirku. Bibirnya sexy. Aku masih terdiam menikmati permainannya, sungguh aku menyukai cara berciumannya. Aku mulai gemas, mulai membalas ciumannya dan melumat bibir Rega yang kenyal dengan sedikit nakal.
Tangan Rega sudah bermain di daerah payudaraku, aku tidak melarangnya malah memberinya izin penuh. Dibukannya kancing kaosku lalu dibukanya lagi bajuku dengan kasar. Permainan Rega agak kasar. "Ahh.." aku megerang. Tapi Rega malah makin menjadi, dia membuka kasar braku. Lalu permainan dia pindahkan kedadaku. Dilumatnya kasar salah satu puncak payudaraku, dan puncak payudara ku yang satu lagi di mainkan oleh tangannya. "Euh.." lagi-lagi aku mengerang nikmat.
Kali ini aku tidak mau diam, aku mencoba membuka celananya. Dan ternyata Rega membantuku. Permainanku turun kearah bagian intim Rega. Aku mulai melumat bagian intim itu.
"Nan..ahh.." Rega juga mengerang nikmat.
Mendengar itu permainan nakalku makin menjadi. Rega menarikku, dan mencoba membuka rok miniku.
"Sungguh, tidak kuat" Rega langsung memasukan bagian intimnya kedalam bagian intimku. Sudah terbiasa, jadi Rega tidak perlu menerobos selaput dinding lagi.
Rega bergerak dengan agak cepat, aku juga mengikuti pergerakannya. Makin lama kami makin mempercepat gerakan kami dan....
"Ahh...." kami mengerang tanda kenikmatan penuh kami rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriend Bitches
Roman d'amourKehidupan kami mungkin bisa disebut kehidupan para jalang. Maaf, sudah tidak mungkin. Tapi memang benar-benar seperti itu. "Aku tidak peduli orang biacara apa. Hidupku suram? Hidupku haram? Jangan menghakimi! Jika kau tidak bisa memberiku makan, jan...