Siapapun, Tolong Bawa Aku Lari!

159 1 0
                                    

"Berapa tahun tidak bertemu? Jadi kau sudah merubah asal usul keluargamu ya?"

Suara itu....

(Steffa Rizky)

Aku berbalik kearah suara itu.

"Dia?"

Memasang ekspresi jijik dengan senyum mengejek itulah yang dilakukan si empunya suara itu.
Aku hanya bersikap setenang mungkin agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Dia itu siapa?" Tanya seseorang wanita yang menggandeng tangan si empunya suara tadi.

Si empunya suara itu mendekatiku, dipegangnya sedikit rambutku.

"Halus, kau benar-benar.."

Plakk...

Aku menampar dia, dia yang pernah menjadi kekasihku. Sudah pasti tahu apa yang akan dilanjutkan lagi oleh perkataannya itu.

"Brengsek kau!" Geram wanitanya itu.

"Nada perkataanmu yang sudah bisa kutebak ingin merendahkanku, bisakah kau lebih sopan sedikit? Kita baru saja berjumpa dan kau langsung berani menyentuhku!" Protesku sambil menunjuk-nunjuk Raihan.

Raihan melihatku sinis. Aku mencoba pergi dari toko ini, dan dari situasi tidak enak ini. Tetapi tanganku dicegah oleh wanitanya Raihan. 

"Aku ingin bicara padamu, Nona." kata wanita itu dan Raihan mengkerutkan dahinya melihat wanita itu ingin bicara padaku.

                                                                                          -----

"Sebelumnya aku minta maaf sudah berkata kasar di toko tadi padamu." Permintaan maaf wanitanya Raihan kepadaku.

Aku diajak bicara di sebuah cafe kecil yang letaknya tidak jauh dari toko tadi. Suasana memang agak kaku, mengingat aku dengan beraninya menampar Raihan di tempat umum.

"Kau tak perlu minta ma.." kata-kata Raihan terpotong.

"Ku rasa kau bisa mengerti, Han." Pinta wanita itu.

Aku masih dengan diamku. Tidak mau banyak mengeluarkan suara yang nantinya akan buatku murka lagi ditempat umum.

"Nona, apa kau ingin sesuatu?." Wanita itu memberiku menu makanan dan minuman cafe ini.

"Ku rasa tidak,maaf." Kataku agak dingin.

"Aku Meyshilla, kau bisa panggil aku Mey." Dia mencoba senyum kepadaku.

Dan, aku masih saja diam tak menjawab apapun dari perkataannya. Ku pikir biarkan saja, karena memang aku tidak mau punya masalah panjang dngan mereka.

"Apa kau pernah punya hubungan dengan Raihan?." Celutuk pertanyaan yang membuatku sakit.

Aku menganga dibuatnya. Bingung harus menjawab apa, karena pertanyaan itu terlalu sensitif menurutku.

Aku memalingkan wajahku tidak ingin melihat ke arah Mey ataupun ke arah Raihan.

"Ya." Jawabku sangat singkat.

"Apa kau masih mencintai Raihan?" Pertanyaan yang lebih sakit dari Mey.

"Say, kenapa kamu bertanya hal yang sudah lama ku kubur sih?." Tanya Raihan kepada Mey yang bermaksud ingin protes.

"Ku pikir tidak ada salahnya, Han. Kita sudah mau menikah, bukan kah semua harus di buka?." Jawab Mey.

Menikah?

Tiba-tiba hatiku seakan teriris pisau yang sangat tajam. Ada rasa tidak rela Raihan akan menikah. Tapi, inikah takdir Tuhan?. Rasanya benar-benar ingin lari dari situasi ini sekarang.

Hening

Tidak, bukan suasana tempat ini yang hening, tapi hatiku. Aku masih bisa mendengar suara-suara disekitarku bahkan suara Raihan dan Mey yang masih berdebat dengan 2 pertanyaan Mey untukku tadi.

Tuhan, bisakah sebentar saja aku memeluk Raihan? Sungguh, masih besar rasa cintaku untuknya. Memang sudah ku perintah hatiku untuk mengubur semuanya, tapi berbeda dengan kenyataannya.

Aku menoleh ke arah Raihan dan Mey. Merekapun menyadari gerakanku.

"Kalian akan menikah?." Tanyaku.

Dan dibalas dengan anggukan dari Mey.

Aku sudah berjanji pada hatiku. Apapun dan bagaimanapun masalah yang aku hadapi aku tidak boleh menangis.

"Berbahagialah, semua sudah ku kubur. Tidak ada yang perlu di ragukan, aku sudah tidak mencintai Raihan. Aku pamit." Kata terakhirku untuk mereka dan langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan buru-buru.

Sakit.. memang sakit
Sejahat apapun Raihan, dialah pria yang pernah menjadi semangat di hatiku, dihidupku.

♡♡ Steffa Rizky ♡♡

Bestfriend BitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang