1

13 1 2
                                    

Perpustakaan Drove School

" eh.. ada nak Vriska.. hari ini buku apa? " tanya sang penjaga perpustakaan sekolah kepada Vriska sambil memberi stempel perpustakaan di buku tebal yang Vriska pinjam.

" buku Sosiologi pak.. terima kasih, saya duluan ya pak.. " balas Vriska sambil menggenggam buku tebal itu dan menuju taman belakang sekolah untuk membacanya.

Vriska berjalan menuruni tangga, melewati koridor, dan ia sampai di taman belakang sekolah.

Ia memilih tempat yang cocok untuknya membaca buku tebal itu dan pilihannya adalah duduk bersila di atas rumput hijau taman belakang sekolahnya itu.

Vriska membetulkan kacamata full framenya itu lalu mulai membaca buku sosiologi yang tadi ia pinjam di perpustakaan sekolah.

Ia tak tau, bahwa sedari ia di perpustakaan sekolah, ada dua orang pria yang mengikutinya sampai di taman belakang sekolah sekarang ini.

" vin, lo yakin mau ngikutin dia terus? " bisik Reza

" iya, udah ssstt lo diem aja, kalo gak lo balik gih " balas Alvin dengan berbisik juga, tapi pandangan matanya tetap menuju kepada gadis berkacamata yang sedang membaca buku tebal di ujung sana.

" iya iya gue diem, tapi posisinya gak gini juga keles.. kita kan bisa duduk dimana gitu.. jangan sembunyi di tembok sambil nungging gini vin.. " ucap Reza.

" hehe.. yaudah kita duduk di bangku putih itu aja " ucap Alvin lalu mereka berdua berjalan menuju bangku panjang berwarna putih di taman belakang sekolah Drove School.

Vriska melihat jam di pergelangan tangan kirinya yang menunjukkan jam 09.25 yang berarti lima menit lagi bel akan berbunyi, maka dari itu ia segera menutup buku tebal itu lalu berdiri dan berjalan menuju kelasnya.

Melihat pergerakan dari Vriska, Alvin segera berdiri dan diikuti oleh Reza lalu berjalan menuju kelasnya yang berada di sebelah kelas Vriska.

Ting.. tong.. ting.. tong..

Bel telah berbunyi dan semua murid juga telah masuk ke kelas mereka masing-masing untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Pak Marco masuk ke kelas ipa 1 dan mulai mengajar di kelas itu dengan pelajaran Kimia.

Vriska mencatat apa yang di terangkan oleh Pak Marco dengan serius, begitupun dengan murid lain yang ada di kelas itu.

Kelas IPA 1 berisi murid-murid pintar dan unggulan sekolah dengan jurusan IPA.

Dan Vriska sangat beruntung bisa masuk ke kelas itu, karena jika tidak, ia harus lebih keras bekerja untuk membayar iuran sekolah ini yang bisa dibilang cukup menguras isi tabungannya yang tidak seberapa.

Murid yang berada di kelas itu hanya membayar setengah iurannya, tapi masuk ke kelas itu butuh usaha keras. Vriska sudah mencoba sekali di tahun pertama dan yang kedua kalinya di tahun keduanya ia berhasil masuk ke kelas unggulan itu.

Vriska tidak akan menyia-nyiakan usaha kerasnya itu, maka dari itu ia semakin giat membaca buku dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya agar ia bisa tetap bertahan di kelas itu sampai ia lulus dan ia bisa kuliah di kampus yang ia impikan juga, kalaupun ia bisa kuliah.

" Vriska, kamu maju dan mengerjakan soal yang saya berikan ini " ucap Pak Marco kepada Vriska dan ia pun maju, mengambil spidol di meja guru, dan menyelesaikan soal yang Pak Marco berikan.

Setelah selesai, ia menaruh kembali spidol itu di meja guru dan kembali ke tempatnya.

Pak Marco berdecak kagum kepada Vriska begitu juga dengan murid yang lain, pasalnya soal yang Vriska kerjakan itu adalah soal yang Pak Marco belum ajarkan kepada kelas ini.

Curious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang