Chapter 2

469 26 7
                                    

Aku melihat pantulan diriku pada kaca gelas kristal berisi rose wine. Warna merah di bibirku terlihat menyala bagaikan darah. Aku tersenyum sinis dan menahan gejolak kebahagian atas hadiah pernikahanku beberapa jam lalu dari Marcus.

Suara rintihan dan permohonan pria bernama Eric itu saat di hadapkan padaku benar-benar terdengar indah. Wajahnya berlumur darah akibat pukulan tongkat kayu dan pria menjijikan itu memperlihatkan tampang memelas dengan kedua tangan terikat. Sebenarnya aku ingin menembaknya sendiri dengan kedua tanganku tapi Marcus berkata tangan suciku tidak layak dikotori darah para pembunuh menjijikan itu. Dan untuk pertama kali aku membenarkan perkataannya tanpa banyak bicara.

"Apa yang kau pikirkan, Lucy?" suara Marcus terdengar tepat di atas kepalaku dan aku bisa merasakan kedua tangannya melingkari perutku yang terbalut gaun pengantin sutera berwarna putih tulang.

"Kau meninggalkan rekan bisnismu," kataku pelan sambil menyesap rose wine-ku kembali.

Marcus mengecup puncak kepalaku dan menyisipkan anak rambutku ke belakang telinga yang terlepas dari jalinan longgar rambutku. Dia membalikku dengan cepat dan mengusap bibir bawahku dengan jari panjangnya. "Bagaimana mungkin aku meninggalkan pengantin wanitaku sendirian hanya untuk berbicara dengan mereka."

Aku mendengus. "Apa yang kau inginkan sebenarnya?"

Marcus memiringkan kepalanya ke satu sisi. "Apa yang aku inginkan?"

Aku menghela napas. "Ya... apa yang diinginkan seorang Marcus Darrel dariku?"

"Jika aku berkata semua yang ada pada dirimu, Mrs. Darrel." bibir merahnya membentuk seringai kejam dan aku tertawan seperti kelinci yang siap diterkam srigala hanya karena melihat gerakan kecil bibir sialannya itu. Kenapa Tuhan bisa menciptakan pria setampan dirinya?

"Dan apa yang menyebabkan itu?" daguku terangkat, memberi kesan angkuh pada tatapan cerdasnya yang mampu mengintimidasi lawan bicaranya. "Jangan bicara omong kosong tentang love at the first sight, aku butuh sesuatu yang terdengar masuk akal."

"Gadis pintar," Dia meletakan tangan kanannya di rahangku dan menjalankannya dengan perlahan hingga berhenti di atas dadaku, tepat dimana jantungku berdetak keras. "Gyu, baby girl."

"Sialan!" Aku tidak bisa menahan umpatan yang keluar dari bibirku saat mendengar kata itu dari Marcus. Oh Tuhan! Demi Dewa Dewi Yunani kuno, apa aku salah mendengar perkataannya?

Gyu... Baby girl...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang