"Kaget, ya? sama, gue juga kali, lebih malah"
"Kaga sih, biasa aja. Lo-nya aja kali yang lebay, woo."
-------------
"Baik, setelah saya bubarkan masing-masing kelompok diharapkan untuk membentuk lingkaran bersama para mentor, bubar jalan!" seru kak Devin sembari balik kanan. Aku dan kelompokku pun segera mengikuti kemana mentor kami pergi.
Kami pun duduk di area plaza. Sedikit ketengah.
------------
"Heii gimana hari pertama MOS? capek ya? aku Dira, aku mentor kalian selama MOS" suara kak Dira sedikit memecah keheningan kami yang daritadi tidak ada yang bersuara. "Kalo gue, ehm, panggil aja Kiki deh, biar gampang" timpal mentor kami satu lagi, kak Kiki.
Mungkin kedua mentor kami memang punya dua kepribadian yang saling bertolak belakang. Kak Dira, orangnya sangat ramah - daritadi dia yang paling banyak berbicara - dan juga dia orang yang menyenangkan. Kalau yang cowok, alias kak Kiki, boro-boro deh ramah dan menyenangkan. Sekali-kalinya ngomong yang bermanfaat juga hanya pas perkenalan. Sisanya? hanya menimpali apa yang kak Dira bicarakan.
"Eh iya, nama kalian siapa aja nih? kayaknya aku kebanyakan ngomong ya, sampe lupa nanya," ujar kak Dira.
"Ya emang lu bawel banget dir sampe pengen gua gelindingin" celetuk kak Kiki sambil melipat kembali kakinya yang tadi diluruskan. Kak Dira pun menatap kak Kiki dengan tatapan yang tidak bersahabat.
"Oke yaudah gua gamau berantem ama Dira jadi lu semua katakan nama panggilan lu aja biar gampang trus kalo udah lu bisa nulis no. telpon lu semua disini biar gampang" ujar kak Kiki sambil menyodorkan kertas ke anak yang paling dekat dengannya.
"Aku Attaya"
"Aku Ina"
"Saya Haryo"
"Audi"
"Saya Manda"
"Saya Alqa"
"Saya Amyra, panggilnya Amy aja"
"Harsya"
"Raafi"
"Oke, sebentar, aku mau hafalin, Attaya, Ina, Haryo, terus kamu siapa ya?, Eh-Oh Audi ya?, Manda, Alqa, Amy, Ha? Ha apa ya? aduh sebentar aku lupa, Oh iya, Harsya kan?, dan yang terakhir itu Raafi." ujar kak Dira sambil menunjuk kami satu persatu diiringi anggukan dari masing-masing pemilik nama.
-----------
"Harsya, lu adeknya Fya, ya?" Ujar seseorang yang tiba-tiba berdiri disamping kak Kiki. Suara perempuan. Mungkin ia temannya kak Fya, "Eh, iya kak".
"Tuh Ki, adeknya cantik, sopan lagi. Eh, kakaknya, jelek, toa, kampret lagi." Ujar kakak itu, lagi.
"Eh lu nyinggung gua nih? gitu sih ya, gitu. Dimana-mana juga cantikkan kakaknya daripada adeknya. Gimana sih lu. Terserah deh, biar gampang"
Astaga, jadi ini rupanya orang yang suka dengan kakakku? Orang semacam kak Kiki? HAHAHA. Sebenarnya, memang pas. Malah mungkin terlalu tampan kalau harus disandingkan dengan kakakku.
"Lu punya kakak?" tanya Raafi.
"Iya, tuh pacarnya" jawabku sambil menunjuk kak Kiki dengan dagu, setengah berbisik.
"Eh Sya, nama panjang lu siapa emangnya?" Tanya kak Kiki penasaran.
"Harsya Nabila Shafira aja, kak, biar gampang"
Teman-teman sekelompok-ku tertawa mendengar celetukan-ku. Kak Dira tawanya terdengar paling kencang.
"Sama-sama ada Shafira-nya ya? kan kalo kakak kamu kan nama lengkapnya..."
"ALIFYA ADELA SHAFIRA" potong kak Kiki, setengah berteriak.
"cieee"
"aaawww" ujar kakak-kakak OSIS lain.
"EMANG YA KALO CALON PACAR MAH NAMANYA DIHAFALIN YA HAHAHA"
"PADAHAL FYA NYA GATAU AJA KALO KIKI NGAFALINNYA 7 HARI 7 MALEM"
"NAMANYA JUGA ANAK-ANAK HAHAHA"
Semua pandangan tertuju ke arah kak Kiki. Hanya kak Kiki. Karena kakakku belum datang. Mungkin cerita tentang mereka berdua memang sudah menjadi rahasia umum . Wajah kak Kiki yang tadinya terlihat cuek dan mencoba untuk tidak peduli kini malah terlihat menahan senyum dan mukanya memerah. Mungkin kalau kak Fya sekarang ada disini, ia sudah pingsan daritadi.
"Semuanya diharapkan untuk tenang, dan kelompok 1 sampai 20 sudah diperbolehkan untuk mengitari sekolah karena kegiatan mentoring sudah selesai. Untuk kelompok 1 sampai dengan 10 bisa mengikuti mentor mengitari gedung 1 dahulu, sedangkan sisanya, bisa mengitari gedung 2 terlebih dahulu, terima kasih" terdengar suara kak Devin memberikan pengumuman. Aku dan kelompokku bergegas berdiri.
Kami mulai berjalan mengitari gedung 2.
------------
"Eh, Cha,"
"Kenapa?"
"Temen SD lu yang dulu, ada yang masuk sini ga?"
"Ngga, sih. Kalo lu, Raaf?"
"Ada sih, satu orang"
"Namanya? Cewek atau cowok?"
"Gian, cowok, kelompok 9 kayaknya"
"Ooh gitu, nanti kapan-kapan kenalin ya hehe"
"Jangan ah, takut"
"Lah kenapa? serem gitu ya anaknya?"
"Bukan gitu,"
"Lah terus?"
"Eh jendelanya bagus banget dah! Ada kacanya!"
"O aja, Raaf."
************
Hei HAHAHA. Woi serius ya, yang ini tuh ceritanya emang rada ngga nyambung gitu soalnya di part ini malah kebanyakan ngomongin ttg kakaknya Acha. Trs ada jokes receh gajelas gitu HAHA. Dan akhirannya juga gabegitu jelas sih hehe. Tapi, nanti kalo udaah dilanjutin jadi jelas kok hehe ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaca
Teen FictionMungkin hari pertama belum tentu awalan, awalan dimana semuanya dimulai. Bisa saja semua itu baru dimulai ketika sudah dipertengahan cerita, atau bahkan ketika sudah mau mengakhirinya. Semua baru dimulai ketika mereka sadar bahwa semua sudah terlanj...