Two

27 1 0
                                    

"Oti,daritadi gue perhatiin kok lo diem ajasih? Padahalkan si anak baru itu kayaknya ngajak lo ngobrol mulu." Tanya Via.
"Gue lagi males banget ngomong vi. Nanti kita tukeran tempat duduk aja ya. Lo duduk sama itu anak,biar gue sama Torrie. Gapapa kan? Please,viiii." Pintaku dengan wajah memelas.

Memang benar aku sedang tidak ingin berbicara. Mungkin karena anak baru itu yang bernama Radit membuatku tak nyaman. Bukan karena dia yang terus berusaha mengajakku mengobrol,bukan. Tapi kemiripannya dengan seseoranglah yang membuatku merasa tak nyaman.

"OTIIIII,tuhkan lo ngelamun lagu ah gue dicuekin mulu bete deh." Omelan Via menyadarkanku. Ah ternyata anak baru itu membuat masalah tersendiri untukku. Tapi tunggu,kenapa aku begitu memikirkannya? Ini aneh. Aku baru saja bertemu dan berkenalan tapi hanya karna dia mirip seseorang semuanya jadi memusingkan untukku. Mungkin itu kebetulan. Ya,pasti hanya kebetulan.

Aku tersenyum saat dari kejauhan kak Dila,kak Nico dan kak Alex menghampiri meja tempatku makan dengan Via.
"Otiii,look! Mereka nyamperin kita tiii." Seru Via. Aku hanya tersenyum kecil karna tau apa yang akan terjadi dengan ekspresi Via.
"Mending lo diem kalo masih mau duduk sama gue tapi kalo engga,pindah aja." Kataku. Via langsung diam tapi tetap saja bukan seorang Via namanya kalo seperti itu. Dia langsung berdiri dan berpindah tempat duduk.
"Gue bisa serangan jantung ti kalo duduk sama lo. Gue pindah aja ah. Maafkan temanmu ini ya Oti sayang. Tapi gue janji bakal dengerin cerita lo nanti. Ok? Byee." Via berjalan menjauh dan duduk bersama Ramon,Cyntia dan Maura.

"Woi sendirian aja lo,dek. Temen lo pindah? Emang kita ini virus apa?" Kak Nico yang baru saja datang langsung mengomel.

"Apaansih lo kak. Dia cuma gamau aja kena serangan jantung kalo duduk sama gue." Jawabku. Kak Alex duduk diseberangku dan disampingnya duduk kak Nico,sedangkan disebelahku duduk kak Dila.

Kalau seperti ini rasanya percuma aku menutupi fakta kalau aku adalah adik dari 2 bersaudara Sastradipraja yang populer di sekolah. Bayangkan saja aku bersusah payah menghindar tapi mereka justru mendekat dan memperlakukanku seperti anak kecil.

"Gue tau maksud lo,Ti." Ucap kak Dila.
"Apa salahnya kalo mereka tau lo adek kita? Lagian dengan kayak gitu justru bagus kan,senior atau angkatan yang suka ngebully lo ga akan berani lagi sama lo." Kata kak Nico.
"Kak,gue gamau bahas ini dan ada kak Alex. Gaenak." Aku menengok ke kak Alex tapi sepertinya dia biasa-biasa saja seolah sudah tau semuanya.

"Alex udah tau kok,ya kan Lex?" Kak Nico menyenggol pelan tubuh kak Alex dan kak Dila tertawa pelan. Sesaat tatapanku bertemu dengan kak Alex dan kak Alex hanya tersenyum.

"Tadi kan gue mau ajak lo ke kantin bareng tapi pas gue ke kelas lo udah ga ada." Kata kak Alex.
Astaga,aku baru ingat. Tadi kak Alex kan mengajakku ke kantin bareng tapi garagara anak baru itu aku jadi pergi ke kantin duluan bersama Via.

"Maaf ya kak,tadi Oti laper banget jadi duluan deh ke kantinnya hehe. Maaf yaa." Ujarku beralasan.
"Gapapa kok." Kak Alex tersenyum dan menepuk kepalaku pelan. Aku terhenyak saat menyadari itu namun tak berapa lama kedatangan kedua kakakku yang tadi sedang memesan makanan membuatku sadar.

Semuanya seperti tidak terlalu memperhatikan kecuali sepasang mata dari kejauhan yang sejak tadi memperhatikanku diam-diam.

Destiny Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang