Bintang Berdarah

76 6 0
                                    

Sonja sedang mengagumi keindahan langit malam di Shiny Hollow ketika Tate tiba-tiba bertanya padanya.

"Pernah dengar soal legenda bintang berdarah?"

Sonja menurunkan pandangannya dari langit, kemudian menatap Tate dengan kening berkerut dan menggeleng.

Gadis itu adalah pendatang baru di Shiny Hollow, wajar apabila dia tidak tahu banyak mengenai desa kecil di utara Irlandia itu. Baru dua minggu dia pindah ke Shiny Hollow bersama ibunya setelah beliau memutuskan berpisah dengan suaminya. Desa itu adalah tempat kelahiran ibu Sonja, terpencil dikelilingi oleh hutan, dan tidak akan kautemukan di peta manapun. Dibandingkan dengan kota besar, Shiny Hollow bisa dianggap kampung di mana kemodernan tidak merajalela dengan pesat.

Sonja mencondongkan tubuhnya, mengisyaratkan agar Tate menceritakan padanya soal legenda itu. Mereka berdua sedang duduk di tepi danau kecil di tengah-tengah desa, mengecipakkan kaki mereka di permukaan air. Biasanya banyak bebek yang berenang-renang di danau itu, tapi saat ini danau begitu sepi.

"Tiap seratus tahun sekali, selama kurang lebih satu jam waktu Bumi, akan ada peperangan di atas sana. Perang antara bintang-bintang yang ingin menguasai wilayah terdekat dengan matahari," kata Tate memulai. "Saat fenomena itu terjadi, artinya musibah yang mengerikan akan menimpa Shiny Hollow karena banyak bintang yang akan lepas dari tempatnya berada, lalu jatuh dan menghancurkan Shiny Hollow. BOOM!"

Sonja terdiam, tampak terkejut dengan cerita yang dituturkan Tate. Gadis itu kembali mendongak ke langit, gelisah, hingga Tate menepuk pundaknya sambil tertawa terbahak-bahak.

"Kau percaya pada legenda itu?" tanya si pemuda terheran-heran. 

Karena Sonja tidak menjawab dan terus menatap ke langit, Tate bercerita lagi, "Kau mau tahu lanjutan kisah tentang legenda itu? Dikatakan bahwa musibah itu bisa dihindari jika beberapa orang manusia yang terpilih bekerjasama dengan para leprechaun dan melakukan perjalanan ke ujung pelangi! HAHAHAHA! Konyol sekali, kan?! Apa hubungannya pergi ke ujung pelangi dengan perang di bintang?!" 

Pemuda itu mengambil sebongkah batu dan melemparkannya kuat-kuat ke permukaan danau. Batu itu melompat-lompat sampai tiga kali sebelum akhirnya tenggelam. "Dongeng konyol untuk menakut-nakuti manusia. Cuma anak-anak kecil bodoh dan orang-orang tua yang kolot yang akan percaya. Kau tidak usah me—"

Sonja menarik lengan baju Tate hingga pemuda itu berhenti bicara.

"Apa kau tahu seperti apa tanda-tandanya jika bintang berdarah?" tanya Sonja tanpa mengalihkan pandangannya dari langit.

Tate mendengus dan sekali lagi melemparkan batu. Pemuda itu sama sekali tidak berminat melihat ke langit seperti yang dilakukan Sonja.

"Katanya bintang-bintang akan memendarkan cahaya kemerahan hingga langit menjadi seperti laut merah."

Sonja terhenyak. Dia menunjuk ke langit hingga Tate mau tidak mau mendongakkan kepalanya.

"Seperti itu, Tate?" Suara Sonja terbata, tubuhnya gemetaran.

Tate menelan ludah, menatap langit tak percaya.

"Seperti... itu."


Bintang sedang berdarah, dan tak seorang pun selain Sonja dan Tate yang mengetahuinya.

***TAMAT***

AnthologyOù les histoires vivent. Découvrez maintenant