Part 4

9 2 0
                                    

PARTIKEL 4

Malam perenungan bagi Mesha. Tak terasa sudah satu minggu dia menjadi pacar Adam. Satu minggu punyabodyguard keren. Satu minggu dimusuhi Marisa. Satu minggu dia membohongi perasaannya sendiri dan juga semua orang.

Dan tanpa ia sadari malam ini adalah malam minggu. Lamunannya buyar ketika tiba-tiba mama mengetuk pintu kamarnya. "Cha. Ayo turun! Ada Adam tuh. Cepetan temuin gih."

"Waduh. Ngapain tuh anak. Males banget." Batin Mesha semakin bergeming. "Suruh pulang aja deh ma. Echa lagi males nemuin dia." Kata Mesha masih tidak beranjak dari tempat tidurnya.

Mama kemudian membuka pintu kamar Mesha yang tidak dikunci. "Cha kamu kenapa? Adam kan pacar kamu. Kamu lagi marahan sama Adam? Nggak baik dalam suatu hubungan marahannya lama." Ceramah mama kali ini menambah ruwet pikiran Mesha. "Ayo temuin. Nggak sopan kan main usir tamu gitu aja."

.....

Akhirnya berkat paksaan mama Mesha menamui Adam. "Ngapain kamu kesini?" Tanya Mesha sewot.

"Cha. Kok gitu? Nggak sopan bicara gitu. Adam kesini mau ngajakin kamu keluar. Sekalian refreshing. Papa rasa kamu butuh suasana baru selain belajar." Kata papa yang nggak sadar kalau ucapannya barusan malah semakin menjebloskan Mesha ke jurang kenistaan bersama Adam.

Setelah papanya pergi. "Selamat ya kamu udah berhasil menipu orang-orang rumah." Kata Mesha pada cowok yang malam itu benar-benar terlihat keren dengan jas trendy terbuka dengan hem putih yang kancingnya dibiarkan terbuka satu dan rambut yang sengaja dibuat acak-acakan menambah kesan cool, terlihat seperti Robert Pettinson ketika membintangi film Twilight.

"Udah siap? Yuk kita berangkat." Adam justru seolah tidak mendengar kalimat jengkel Mesha.

"Dam kenapa kamu nggak ngerti juga. Kalo aku nggak mau pergi sama kamu. Ok. Aku ngaku, aku nggak pernah pergi malem-malem sama cowok. Kecuali papa dan sepupu aku. Apalagi keluar sama cowok kayak kamu."

"Berarti gue lelaki pertama yang akan ajakin lo keluar."

"Terus kalo gue nggak mau?"

"Lo pasti mau." Senyum Adam yang seperti itu selalu membuat Mesha jadi luluh. Bukan karena manisnya, tapi senyum itu mengisaratkan pada Mesha bahwa kemenangan selalu ada dipihak musuh. Yaitu Adam.

Mesha kemudian berpamitan. "Ma. Mesha pergi ya."

"Cha. Sebentar. Adam mau ngajak kamu ke pesta. Adam udah berjas rapi juga ganteng kayak gitu masak kamunya kayak gini. Adam. Tante permak Mesha dulu sebentar ya." Kata mama Mesha dibalas anggukan Adam.

Beberapa saat Mesha tampak cantik nan anggun dengan balutan gaun merah marun selutut. Melihatkan betisnya yang bak model. Rambut yang biasa dikuncir, sekarang degerai. Nampak seperti cinderrela dengan sepatu highhills hitam yang tidak terlalu tinggi. Dan tampak sangat manis dengan make up tipis. Penampilannya kali ini menghapus perkataan Marisa jika Mesha tidak pantas bersanding dengan Adam. Justru setelah melihat Mesha, Adam seperti terhepnotis.

Ketika di perjalanan. Tidak ada yang berbicara. Mesha yang biasanya cerewet, kali ini memilih diam.

"Sekarang lo terlihat lebih cewek Cha."Ada, memulai pembicaraan.

"Oh ya? Berarti selama ini aku cowok." Dengan nada menyindir tapi dibuat se-cool mungkin.

"Lo pikir gue gay yang selama ini pacaran sama cowok? Nada Adam tidak kalah cool-nya.

"Udahlah. Akui aja kalo aku cantik." Canda Mesha diiringi senyum khas Adam. Yang tak pernah bisa diartikan oleh Mesha. "Kita mau kemana sih?"

"Nanti lo juga tau." Gaya dingin Adam membuat Mesha semakin sebal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's not LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang