Secuil Terasi

77 4 0
                                    

Aku segera berlari mengarungi lautan emak - emak di pasar. Bau jengkol langsung menohok penciumanku, aku tak peduli dengan itu, terus berlari menjauh darinya. Suara teriakannya terdengar meraung hingga berbagai belahan bumi, bergema mengusik jiwa - jiwa sang vampire yang telah mati. Jangan sampai dia menangkapku.

Nguing
Nguing

Sinyal keberadaan destinasiku terdengar semakin jelas. Bau tengik menguar - nguar di penciumanku, sampai rasanya ingusku mau keluar.

Ngos
Ngos

Suara nafasku bahkan terdengar sangat jelas di telingaku.

Kriukkk

OHH TIDAK
Ouch

Rengekan organ - organ perutku terdengar mendengung di telinga, sampai orang - orang langsung menatapku. Suara rengekan mereka kembali terdengar keras, suaranya menjalar dari perut hingga ke serluruh pusat tubuhku.

OH TIDAK
Ouch

Aku lapar.

Aku segera menambah kecepatan lariku, ibu - ibu berbadan gemuk dengan daster pinknya menghalangi jalanku. Ku seruduk dirinya hingga ia terguling - guling seperti babi guling, pergerakannya terlihat slow motion di mataku. Gumpalan lemak itu memantul - mantul. Ku belokkan kakiku menuju warung langgananku, warung yang berada di ujung jalan ini terlihat sudah tua, dengan berbahan kayu rotan yang terlihat reot. Di atasnya tergantung kain usang bertuliskan "Waroeng Mba Ma".

Aku menyikut orang - orang yang menghalangiku hingga mereka terpental dan hanyut di sungai curug nangka. Ku hampiri si penjual, sambil sesekali menatap ke belakang, takut dia mengejarku.

"Mba!!," panggilku panik.

Mba Ma menoleh, wajahnya terlihat berseri, senyumnya mengembang dengan alis naik ke atas. "Opo?," tanyanya dengan bibir monyong yang terlihat sexy.

"Kulo...huh...arep...huh...tuku-," kataku terbata - bata.

"Tuku nawn?,".

OHH TIDAK
Ouch.

Dug. Dug. Dug

Suara langkah kaki itu kembali terdengar olehku. Terdengar keras memekakan telingaku, sampai rasanya gendang telingaku ikut berdentum. Aku perlahan menoleh ke belakang, dengan jurus 180° ku putar leherku ke belakang. Orang itu! Hampir dekat denganku, jalannya terseok - seok.

BLETUK
Nyisssss

OHH TIDAKKK
Ouch.

Bintil merah di tubuhku kembali pecah, mental dan mekar seperti popcorn yang sudah matang, rasanya pasti sangat enak.

Gug. Gug. Gug.

Langkah kakinya terdengar menggonggong. Meraung di kesepian, menggonggong di keramaian. Aku pun membalikkan badanku.

"Yaoloh Mba Ma, kepriben iki! Aku arep tuku-,".

"Mba Ma,".

OHH TIDAK
Ouch.

Suara itu terdengar berat namun melengking. Seperti sedang memanggul beban masalah yang beratnya berkilo - kilo gram. Wajahku terperangah ketika menyadari sebuah telunjuk menyentuh bintil di tanganku. Bintil merah itu langsung mengempis, menimbulkan suara - suara aneh.

Broooottt
Prreett
Nyissss

Begitulah bunyinya.

Dengan gerakan cepat aku langsung menoleh pada orang yang baru datang di sebelahku.

OH TIDAKKKK
Ouch.

Wajahnya berlumuran air getah bening yang berasal dari biang keringetku. Dia tersenyum lebar menampakkan dua gigi taringnya yang di behel itu, dengan secuil kulit cabai menyelip disana. Dengan gerakan perlahan kepalanya menoleh ke depan.

"Mba Ma," panggilnya.

"Ono Opo?," tanya Mba Ma sambil merauk segenggam cabai setan.

"Beli terasi," katanya.

Prakk

OH TIDAK
Ouch.

Cabai - cabai itu remuk di genggaman Mba Ma, biji - bijian keluar dari sana, terpental - pental hingga menimpuk bintil merah yang ada di leherku.

Ting

Biji itu memantul kemudian terpental dan menyentil bibir sexy Mba Ma. Ku lihat, air berwarna merah mengalir dari dalam genggam tangan Mba Ma, alirannya sangat deras seperti di sungai ciliwung.

"Habis," kata Mba Ma singkat.

Hosh
Hosh

Asap keluar dari lubang hidungku. Mataku melotot menatap tajam orang di sebelahku.

Biadab!

Plakkk

Dengan sekali pukulan ku keluarkan jurus tepuk nyampuk yang ku punya pada pipinya.

OH TIDAKKK
Ouch.

Ternyata aku salah orang!.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's hurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang