Kejutan 'Tak Terduga (Bagian 1)

4.7K 297 3
                                    

Di parkiran, aku langsung mencari dimana mobil Eyang berada. Aku berjalan mengelilingi parkiran, namun yang dicari tetap tidak ada. "Mana sih plat mobil L 1267 UZ?" batinku mulai lelah sambil terus mencari keberadaan mobil Eyang. "Jangan-jangan aku salah lihat nomor platnya?" ucapku lalu membuka sms dari Eyang yang berisi nomor plat mobilnya. 

"Bener kok. Apa jangan-jangan aku ditinggal sama Eyang karena kelamaan? Aduh kalau beneran gitu, susah dong. Sudah bawa tas koper sebesar ini lagi. Kalau aku ketemu begal gimana nih?" batinku mulai mengacau.

Tin.. Tin..

Mendengar suara klakson tersebut, aku langsung menoleh ke asal suara. Dan di sanalah Eyang, sedang melambai-lambaikan tangan padaku dari dalam mobil. Tanpa menunggu lama, aku pun langsung berjalan ke mobil Eyang.

Dari dalam mobil, Eyang dan Kakek pun turun. "Sini, biar Kakek bantu masukin kopermu itu ke mobil," ucap Kakek sambil menghampiriku. "Nggak usah Kek, Vandi bisa masukin sendiri," ucapku yang langsung membuka bagasi dan memasukan koper raksasaku itu ke dalamnya.

"Ya ampun, cucu Eyang sudah besar. Tambah ganteng lagi," ucap Eyang sambil memeluk ku. Setelah Eyang melepas pelukannya, aku pun mencium punggung tangan Eyang. "Vandi kangen banget sama Eyang," ucapku sambil tersenyum.

Aku berbalik menuju Kakek dan mencium punggung tangannya. Setelah itu, Kakek memeluk ku dengan erat. "Jagoan Kakek tambah besar ya. Apalagi Ayahmu bilang, kamu ke sini mau nemuin pacarmu," ucap Kakek sambil tertawa. "Ah Kakek, Vandi jadi malu," ucapku berpura-pura malu.

Setelah itu, kami pun masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan bandara.

***

Saat di dalam mobil, aku teringat sesuatu.

"Eyang, tadi kan Vandi sudah keliling parkiran. Tapi mobil Eyang kok nggak ada?" tanyaku penasaran karena gara-gara acara memutari parkiran tadi, aku menjadi sangat lelah. 

"Oh, tadi ini Kakekmu. Dia bilang lagi pingin Carl's Jr. Makanya tadi mobilnya berhenti di depan Carl's Jr dulu," balas Eyang. "Apa? Kakek masih makan makanan kayak gitu? Aduh Kakek, itu kan gak baik untuk kesehatan," ucapku pada Kakek.

"Vandi, Vandi, emang cuma anak muda kayak kamu yang boleh makan Carl's Jr. Kakek kan juga mau. Lagian Kakek jarang makan kayak gitu. Kakek kan bosan juga makan sayur-sayur buatan Eyangmu itu terus," ucap Kakek sambil terus fokus menyetir.

"Jadi kamu bosan makan masakanku pa? Oke, kalau itu maumu. Aku nggak akan masak lagi buat kamu. Biar kelaparan sana," ucap Eyang merajuk.

Asik, bisa saja nih Kakek sama Eyang. Sudah seperti masa pacaran saja. Aduh cucumu yang jomblo di sini bisa apa.

"Aduh sayang. Jangan ngambek dong, masakanmu itu tetap nomor satu di hatiku. Tapi kalau kamu nggak mau masak, aku kan bisa pesan makanan lewat ojek online yang lagi musim itu," balas Kakek yang malah membuat Eyang memukulinya dengan tas.

Kenapa perempuan suka sekali menganiaya laki-laki, sih?

Dan setelah itu, sesi mesra-mesraan Kakek dan Eyang terus berlanjut hingga kami sampai di rumah. Dan jangan tanya kepadaku apa yang ku rasakan di dalam mobil itu, makan hati.

***

"Van, kamarmu di atas ya. Kamarmu yang dulu, lengkap dengan barang-barang masa kecilmu. Siapa tahu kamu bisa nostalgia dulu," ucap Eyang padaku setelah kami sampai di rumah Eyang.

"Siap," balasku yang langsung berlari ke atas sambil menggendong koperku.

"Capek juga ya," ucapku terengah-engah. Dengan perlahan, aku membuka pintu kamarku. Dan saat itu juga, aku melihat pemandangan yang sudah lama tidak ku lihat. Kasurku masih berbentuk mobil-mobilan seperti kasur yang dimiliki Mr. Crab di rumah orangtuanya. 

Di ujung kamar terdapat lima box penuh mainanku saat kecil. Di sebelah TV masih terpajang poster spiderman kebanggaanku dari kecil hingga sekarang. Dan di atas kasur, masih terpajang juga lima pigura fotoku saat masih bayi.

Semuanya masih sama seperti dua belas tahun yang lalu. Lama juga ya aku tidak berkunjung ke rumah Eyang dan Kakek. Jangan kira aku adalah cucu durhaka dan orangtuaku adalah anak durhaka. 

Terakhir kalinya aku bertemu Eyang dan Kakek itu tiga tahun yang lalu. Sedangkan Ayah dan Bunda, terakhir bertemu Eyang dan Kakek beberapa bulan yang lalu.

Eyang dan Kakek lebih suka mengunjungi kami di Jakarta. Dan saat giliran akan berkunjung ke Surabaya, aku ada keperluan sehingga tidak bisa ikut. Tak apalah, aku bisa menebus waktu itu sekarang. Sekarang waktunya mengisi kamar.

***

Ting tong.. Ting tong

"VANDI, BUKAKAN PINTUNYA. EYANG LAGI SIBUK MASAK," teriak Eyang dari bawah. Aku yang mendengar suara super Eyang pun langsung berlari menuruni tangga dan berlari lebih cepat lagi ke pintu depan.

Setelah sampai di depan pintu, aku langsung membukanya. "Siap...NAYA!" teriak ku refleks saat melihat siapa gerangan yang bertamu.

"Ya ampun, mimpi apa aku bisa ketemu kamu lagi disini?" ucap Naya sambil mengelus dada.

"Mungkin kita jodoh," candaku yang malah mendapat pukulan lagi. Ku katakan sekali lagi, perempuan memang kejam.

"JIJIK!" ucap Naya penuh penekanan. "Nih, aku cuma mau ngasih ini buat Eyang Bunga," ucap Naya sambil menyodorkan sebuah kotak. "Kotak apaan nih? Jangan-jangan ini bom," ucapku berpura-pura panik. "Bom ndasmu," ucap Naya datar.

"Sini masuk dulu," kataku pada Naya. "Idih, kayak yang punya rumah aja," balas Naya mencibir. "Ini kan rumah Eyangku, berarti ini juga rumahku," ucapku sambil menjulurkan lidah pada Naya.

"Siapa yang bertamu Van?" ucap Eyang yang tiba-tiba muncul di hadapanku. "Oalah mbak Naya toh, ada apa kok ke sini?" ucap Eyang pada Naya. "Itu Eyang, ada roti buat Eyang sama Kakek dari Mama," ucap Naya lembut.

Sama Eyang lembut, sama aku? Jangan ditanya.

"Vandi nemenin Naya dulu ya di sini? Eyang masih masak," ucap Eyang padaku. "Iya," balasku.

Setelah Eyang pergi, aku pun menolehkan wajahku pada Naya. "Sumpah kayaknya kita beneran jodoh," ucapku lagi padanya sambil menaik-turunkan kedua alisku. "Revan.." ucap Naya dengan nada horror. 

Aku pun terdiam dan mendengar kelanjutan perkataan Naya, hingga ia berkata, "Kamu tau kan vas bunga di sebelahku ini kalau dilempar ke kepala bisa sakit?"

"Hm, nggak cuma sakit, mungkin bisa bocor," balasku sedikit merinding. "Pernah ngerasain dilempar pakai ini?" tanya Naya lagi. "Belum nay, kenapa?" balasku ikut bertanya. Naya pun menatap tajam padaku dan berkata, "Mau coba?"

____________________

a.n

Hallo, gue kembali!

Ah gue kangen banget sama wattpad, hehe jadi curhat. Btw vomment ditunggu;)

My TurnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang