Eight

59 6 3
                                    

"Dia bilang, dia cuma manfaatin lo doang. Dia enggak beneran sayang sama lo, Di."
-

----------------------------------------------------------
Author POV

Mata Diandra berkaca-kaca begitu mendengar 2 kalimat yang terlontar dari mulut Bima.

"Dia sengaja selama ini bikin gue emosi. Dia tau gue suka sama lo, makanya dia ngedeketin lo. Ethan sengaja mau ngerebut lo dari gue, Di. Ethan nggak mau kalo kita deket apalagi sampe jadian."

Mata Diandra terbelalak. Rasanya tidak ingin mempercayai apa yang ia dengar. Tapi telinganya enggak mungkin berbohong meskipun Diandra berharap dia cuma salah dengar.

"Bo-"

"Gue serius. Kalo lo tanya kenapa dia ngelakuin itu, itu karena dia mau bales dendam. Orangtuanya Ethan dulu ternyata karyawan bokap gue. Ya lo tau lah waktu ada krisis ekonomi dulu. Bokap gue ngelakuin PHK ke karyawannya, termasuk bokap Ethan. Dan keadaan ekonomi mereka jadi semakin susah dulu karena orangtua Ethan enggak punya kerjaan sama sekali..."

"... Gue denger dari dia, keadaan ekonomi mereka emang udah baikan sekarang. Tapi dia tetep enggak suka sama keluarga gue, Di. Ethan bilang dia enggak suka karena gue punya segalanya, sedangkan orangtua gue udah pernah bikin mereka susah..."

Diandra mundur selangkah. Matanya memerah.

"Ethan enggak sayang sama lo. Dia cuma ngedeketin lo dan bikin lo suka sama dia. Ke depannya siapa yang tau kalo dia cuma main-main?"

Air mata Diandra menetes perlahan. Tapi dia masih keliatan kuat. Bima berusaha memeluknya dengan erat. Diandra hanya menangis dalam diam. Pikirannya kalut, tidak tahu harus mempercayai siapa.

"Lo bohong," dia ngedorong badan Bima dengan kasar hingga pemuda itu meringis karena bekas air panas kemarin masih terasa sakit.

Cowok itu berjalan mendekat ke arah Diandra. "Maaf, kalo gue nyakitin lo. Tapi gue enggak bohong," Bima berbisik di sebelah telinga kanan Diandra. Membuat gadis itu mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.

Diandra menggelengkan kepalanya cepat.

"Bi, gue ngerti gue udah nolak lo. Tapi harusnya lo nggak bohong kayak gini," ujarnya; meskipun lebih terdengar untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Bima memegangi tangan Diandra, tapi gadis itu melepaskannya.

"Gue nggak bohong. Gue udah tanya bokap gue dan katanya itu emang bener. Papanya Ethan pernah jadi karyawan bokap gue, dan kemudian kena PHK. Lo bisa tanya ke Ethan kalo lo mau. Terserah lo mau percaya siapa."

Tubuh Diandra bergetar. "Tapi tetep aja Ethan tulus! Dia sayang kok, sama gue. Kalo engga mana mungkin dia-"

"Silakan tanya dia, Di. Tanya sendiri," suara Bima semakin mengecil. Dia berusaha untuk menahan emosinya sekarang. Karena lagi-lagi gadis yang ia suka lebih memihak pada Ethan.

Dengan cepat Diandra berlari meninggalkan Bima dengan sejuta pertanyaan di benaknya. Bima hanya memandang punggung Diandra yang semakin lama semakin tidak terlihat lagi. Hembusan napas panjang keluar dari hidungnya.

'Gue paham gue pernah nyakitin lo, mungkin karena itu lo nggak mau percaya sama gue. Tapi gue bakal lindungin lo, Di. Gue janji' batin Bima.

***

"Hah?! Serius dia bilang gitu ke lo? Anjing, tega banget!" ujar Fani, gak nyelo.

Diandra mengangguk pelan. Daritadi ia enggak berhenti memijat tulang hidungnya. Rasanya begitu banyak pikiran yang berkecamuk. Bikin nafas sesek.

UndoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang