Prolog

157 8 1
                                    

Author POV

Kriingg... Kringg...

Bel masuk telah berbunyi. Murid-murid SMA Harapan masuk ke dalam kelas mereka masing-masing. Enggak terkecuali Diandra dan sahabatnya, Lily. Mereka memang sudah sahabatan sejak kelas 1 SMA.

"Eh... Diandra! Di! Woi, Di!" Lily, orang yang duduk di sebelah kanannya, teriak-teriak histeris.

"Hah? Apaan sih, Lil?"

Lily menunjuk ke arah luar kelas mereka. "Tuh! Doi kesayangan lo barusan lewat depan kelas kita."

Diandra menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Lily.

"Ck. Bodo," ujarnya kemudian.

"Ih, kok bodo sih?" Lily mengernyitkan dahi. "Dulu kan lo suka banget sama dia. Siapa tuh namanya? Dimas, ya?"

"Bima," Diandra mengoreksi kata-kata Lily dengan cuek.

Diandra mengalihkan pandangannya dari sosok Bima dan gengnya yang masih berada di luar kelasnya. Dia bisa gagal move on kalau terus-terusan ngeliatin Bima.

"Lo benci banget sama dia, Di?"

Diandra diam, merenungkan pertanyaan Lily barusan.

Fyi, Diandra sudah menyukai Bima--si Cogan Famous Tapi Badboy--sejak awal masuk kelas 1 SMA. Tiap hari dia semangat masuk sekolah karena ingin melihat Bima. Sekalipun kalo lagi sakit, Diandra bela-belain masuk sekolah biar bisa liat Bima tiap hari. Karena menurut pengamatan dia, Bima ini selalu masuk sekolah tiap hari tanpa absen.

Sayangnya Bima rajin masuk sekolah cuma karena ingin ngebully atau malakin orang-orang. Bima sih enggak pernah ngelawan kakak kelas. Tapi udah puluhan temen seangkatan yang dia bully. Dan udah banyak pula siswi yang dia jadiin pacar. Istilahnya, gonta-ganti pacar.

Masalahnya bukan itu. Sebelum kenaikan kelas kemarin, Diandra memberi Bima hadiah. Di atas hadiah itu ada tulisan pernyataan cinta dari Diandra. Disitulah kesalahan Diandra yang paling fatal.

Bima membacakan surat itu kencang-kencang di tengah lapangan.

Belum cukup puas, Bima menghina Diandra lalu melemparkan robekan surat itu ke wajahnya.

Diandra ditertawakan. Itu hal yang paling enggak bisa ia lupakan. Dan enggak akan mau ia ingat-ingat.

"Di? Dian? Kok diem sih, Di? Gue nanya, lo benci banget sama Bima?" Lily mengulang pertanyaannya waktu ngeliat Diandra melamun.

Diandra ga menatap Lily sama sekali, "Hft.. Enggak usah ditanya juga lo tau jawabannya, Ly." Lily diam mendengar jawabannya.

Diandra mengambil air khusus untuk membasahi softlensnya yang mulai mengganjal.

Diandra benar-benar memperbaiki penampilan sekarang. Kacamata minus 6 yang sering dipakainya dulu kini sudah digantikan oleh sepasang softlens bening. Dia lebih sering merawat kebersihan kulitnya. Rambut yang selalu dikuncir itu pun sudah tergerai indah dengan model yang lebih rapi.

Saat Diandra sedang menoleh ke arah kanan, matanya menatap seseorang di luar jendela yang juga sedang menatapnya.

Bima Radmilo Emery.

=================================================
Hai! Akhirnya bagian Prolog selesai juga :v

Btw di setiap awal cerita sekarang bakal gue tambahin musik. Musiknya beda-beda tiap part. Maksud gue biar enggak bosen .-.

Semoga banyak yang nge-vote cerita ini hehe... #ngarep. Kalau emang lumayan banyak yg tertarik sama cerita ini, gue bakal lanjutin .-. Kalau enggak ya gapapa juga sih .-. #apasiThor

Kalau merasa ada yg kurang apa gimana, tulis aja di komentar yaa. Makasi :)

270316💖
Publish : 030416

UndoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang