Aku sih oke-oke aja tapi batin ini yang gak oke!
Lihat muka dia serasa pengen nabok. Denger suara dia serasa kudu jejel mulutnya pake gombal. Untung hati ini masih berdarah manusia. Kalo enggak, udah habis tuh cowok aku terkam.
"Kamu mikir apa'an!!!?. Muka sampek keriput gak karuan gitu!!?"
Seettt dahhh, Esti nongol nyodorin pertanyaan kampret. Laga'nya sudah kayak wartawan infotaimen.
"Jangan-jangan masih mikirin kelakuan Deren tadi!!!!?". Esti beralibi sembari mengangkat kedua alisnya penasaran. Seolah menimang-nimang kebenaran alibinya.
"Uda kayak Dr.Watson aja, jangan sok tau deh!. Demi apa aku mikirin Deren?. Tuh, cowok kalo ngomong emang suka nyablak. Asal ceplos gak pake mikir. Uda kayak dosen aja, selalu benar. Amit-amit deh!"
Hemm.. Esti meringis kemenangan. Seperti ada ribuan kerlap-kerlip jatuh menyoraki kemenangannya. Dia menepuk pundak cewek yang lagi murka disampingnya itu. "Tuh, kan. Sok ngeles kamu. Raut mukamu gak bisa bohong loh, Qil!!. Udahlah, Deren paling bercanda doang. Jangan dipikir terlalu serius kayak ujian skripsi aja". Jelasnya terkekeh kalem.
Qila justru dibuat berdecak kesal mendengarnya. Sudah tahu temannya kesel, malah dipojokin. Bantu manas-manasin kek, biar makin kebal nih otak mau niatan balas dendam.
"Selama yang dikatakan Deren tentangmu itu gak bener, biarin aja lah. Ntar juga dia kena imbasnya. Yang penting kamu fokus kuliah. Tahun depan mau skripsi, masa' masih aja gandengan sama angin. Pikirin tuh"
"Sialan kamu Est, mentang-mentang uda dapet calon!!". Entah kenapa kedatangan Esti cuma nambah-nambah emosi. Bikin jengkel dihati makin greget.
Awas aja kalo ketemu Deren, habis tuh cowok!!!
"Eh mau kemana kamu?. Disamperin malah pergi!", Esti menyeruak melihat Qila beranjak pergi dalam diam. Kalau dilihat, tuh cewek lagi sebel berat sama Deren.
Qila hanya berlalu pergi. Hidup terlalu sulit kalau berlama-lama di kampus. Apalagi sampai ketemu Deren, si serigala jadi-jadian.
Memang Deren kalau ketemu Qila kelakuannya gak terkontrol. Ngejeglang lah, ngehina, ngagetin, sampek jeburin Qila ke kolam air mancur yang berada di tengah-tengah kampus. Semua dilakukannya dengan keadaan sadar dan masih waras-ras-ras-ras!. Entah apa motif Deren, yang jelas dia gak bisa hidup kalau tidak melihat Qila tersiksa -itu yang biasa dikatakannya ketika teman-teman pada minta Deren berhenti rusuhin Qila.
Namun yang paling parah tadi pagi ketika kelas Prof.Gun usai. Semua berhamburan keluar kelas. Qila dan Esti berniat ke kantin buat sarapan yang sempat tertunda. Tapi ricuhnya. Deren datang bersama Faldo -cowok paling bengis, satu angkatan diatas mereka-
"Kak Faldo. Ini yang namanya Qila. Tadi katanya mau ketemu kakak, katanya mau bilang cinta. Cuma gak berani". Cerocos Deren menghadang jalan. Pupil mata Qila seketika melebar mendengarnya. Dia terbelalak!. Sesak nafas!. Dan so, jantungnya berdegup kencang. Pasalnya..... hem.
Faldo yang terkenal bengis, kejam, ketus!. Dengan entengnya angkat suara. "Muka kayak duren, tajem dimana-mana gitu. Beraninya nembak aku. Mau aku potong nih, terus dimutilasi, bagi ke teman-teman biar dilahap habis"
Kretek~~
Taraf kemaluan Qila seolah menciut melewati batas titik terendah. Wajahnya merah padam. Bibirnya mengatup rapat. Sorot matanya tertuju pada cowok yang kini cengengesan di belakang Kak Faldo.
Esti tak berkutik disampingnya.
Pasalnya suara Kak Faldo persis halilintar, yang mampu membius gendang telinga hingga jarak sepuluh meter. Terlebih tingkat kepopuleran bengisnya sudah merebak ke antah berantah kampus. Jadi setiap gerak geriknya akan ditamati oleh siapa pun. Pas seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Teen FictionDeren mematung menatap cahaya bulan di tengah jalanan lengah yang terbentang lurus seolah tak berujung. Memikirkan takdir gila tentang dirinya yang hanya mampu bertahan hidup bila membuat Qila tersiksa. Ini bukan lelucon, tapi kutukan!.