Setelah Bagas memberikan kontrak kerjasama yang dibutuhkan, dilihatlah isi kertas tersebut dengan seksama. Noah menggaruk kepala yang tak gatal itu, sembari berusaha menemukan solusi agar dia tidak perlu membayar ganti rugi akibat permintaan konyol dari mantan Lana tersebut.
Noah mengambil sebatang rokok dan mulai membakar. Dia menarik asap itu hingga masuk ke dalam paru-paru. Digigitnya rokok di pinggiran bibirnya karena Noah saat ini sedang sibuk membaca lembaran pernjanjian kerjasama.
Mata Noah menyipit karena telah berhasil menemukan jalan keluar, "Hasil penjualan dari brand pria itu berapa?"
"Diatas target, bos," kata Bagas menyerahkan Ipad milik Noah, "Mereka hari ini laku keras karena harganya cocok di kantong, rasanya pun tak kalah enak."
Noah menggangguk dan melanjutkan hisapan nikotin yang telah mengepul itu. Dia pun bangkit dari tempat duduk dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja.
Akhirnya Noah menemukan cara agar Lana tidak perlu diajak kencan selama sehari dengan pria itu. Disana, dibawah surat kontrak itu terdapat notes kecil yang tertera, menyatakan bahwa jika penjualan di atas dari yang pria itu tetapkan, maka permintaan khusus tersebut batal.
Noah menekan rokok di pinggiran tempat sampah, sebelum akhirnya ia memasuki area parkiran Club. Sembari memegang kemudi, Noah mengambil ponsel untuk mencoba menghubungi Lana, namun wanita itu tidak mengangkatnya.
Dibantingnya setir itu ke kanan, menuju jalanan panjang di malam kota Jakarta.
Sementara itu, di sisi lain ada Lana yang sedang dibawa ke hotel oleh mantannya, Jaxon. Pria itu memang sudah lama belum menemui Lana.
Sepertinya, sudah lima tahun lalu semenjak Jaxon membawa Lana untuk masuk ke dalam pekerjaan dunia malam. Karena setelah itu, Jaxon pergi ke luar kota untuk belajar dunia bisnis malam.
Jika boleh flashback ke masa lalu, Jaxon mengajak Lana untuk bekerja sebagai jalang karena terpaksa. Wanita itu terus meminta dia untuk memberikannya pekerjaan. Pada saat itu, Jaxon yang bekerja kasar hanya dapat memberikan saran untuk bekerja menjadi jalang.
Jaxon tidak memaksa, ia membiarkan Lana untuk memutuskan.
Setelah yakin dengan keputusannya, Lana mulai bekerja. Lucunya adalah ketika Lana harus menghadapi pelanggan pertama. Jaxon yang ingin memastikan bahwa mantan kekasihnya itu baik-baik saja pun menunggu di luar pintu kamar hotel.
Sebelum Lana bekerja, semua hidupnya ditanggung oleh Jaxon—mulai dari makan, tempat tinggal bahkan pakaiannya. Jangan tanya kemana keluarga Lana, karena kakak-kakaknya tidak mempedulikan Lana sampai saat ini. Dikabari saja tidak.
Akhirnya Jaxon dan Lana sampai di sebuah hotel yang cukup mewah. Sepertinya Jaxon kali ini sudah cukup sukses, karena laki-laki itu sudah memesan president suites di hotel mewah ini.
Lana kemudian mendecak kagum sesaat setelah melihat lobby utama hotel ini. Lampu kristal yang menggantung, karpet lantai yang tebal, juga tembok emas-putih yang kokoh dan kuat terlihat sangat mewah.
Lana menoleh pada Jaxon yang sedang menekan tombol angka lift, "Kenapa kau jadi terlihat tampan?"
Jaxon yang mendengarnya langsung memainkan dagunya sembari tersenyum jahil, "Jelas! Setelah putus denganmu, aku lebih bahagia!"
Baru saja Lana ingin memukul pundak Jaxon, pria itu langsung menahannya. Lana mendegus kesal, "Oh, gitu?"
"Aku bercanda," Jaxon menyenggol bahu Lana dengan bahunya. Namun wanita itu hanya menyilangkan tangannya. Lift berdenting, Jaxon menahan pintu itu dengan salah satu tangannya.
"Aku mengajakmu kesini untuk menemui seseorang, lebih tepatnya dua orang."

KAMU SEDANG MEMBACA
THE S*X TAPE
RomanceKalian bisa follow aku lebih dulu agar bisa membacanya. Rated: (18+) ******** Ingin rasanya Lana berkeluh kesah akan perjuangannya dalam mencari pekerjaan demi bertahan hidup. Seandainya saja ada tempat bersandar bagi Lana, mungkin gadis itu tidak m...