Chapter 2

1.9K 76 2
                                    

"Julia, ini mama." Ucap seorang wanita separuh baya yang selalu mengaku sebagai ibuku. Cih! Aku sangat tidak mau mengakuinya. Bukannya Aku anak durhaka, tetapi memang dia bukan Ibuku. Dia merebut ayah dari Ibu kandungku. Membuatku membencinya dengan amat sangat. Dan yang parahnya, Ayah malah memilih wanita ular itu.

Aku yang sedari tadi fokus pada televisi, menoleh sejenak kemudian memfokuskan wajah lagi pada televisi. Bahkan sekarang layar itu lebih menarik daripada wajah jahat Tante Leni.

"Julia, itu ibumu, sayang. Salim sana." Ucap ayah sambil duduk sangat tepat disampingku. Aku menggeser tempat dudukku. Menjauh dari ayah yang sok baik kepadaku.

"Gak." Jawabku tegas dengan penekanan. Wajah ayah seketika berubah menjadi merah karena amarah. Apa kodeku sangat ketara ya?

"Julia! Mau sampai kapan sikapmu seperti ini? Dia ibumu! Dia ibumu, Julia!" Teriak ayah didepanku. Aku meneteskan butiran airmata yang sudah kutahan sedari tadi. Ayah tidak pernah seperti ini. Ayah benar-benar berubah.

"Dia bukan ibu Saya. Saya benci dia."Desisku pelan namun masih terdengar. Aku sudah tidak kuat lagi berada disini. Aku berjalan kekamar dengan airmata yang terus turun. Aku tidak peduli dengan teriakan ayah yang semakin lama semakin keras.

Aku menyembunyikan wajahnya diatas sebuah bantal. Hatiku terasa sangat perih mengakui semuanya. Tangisku juga tidak berhenti, seakan membantuku untuk menenangkan diri.

Setelah setengah jam Aku menangis, akhirnya perlahan lega. Perlahan Aku sudah tidak mengeluarkan butiran airmata lagi. Aku mengambil ponselku untuk melupakan segala perihnya.

Kulihat sudah banyak notif yang masuk dari BBM, Instagram, LINE, Dan Musical.ly.
Awalnya Aku biasa saja namun aku ternganga heran saat membaca notif musical.ly yang bertuliskan "Ryoo invited you to do a duet."

"Ah palingan Ryo mana ini." Ucapku. Karena penasaran, akhirnya Aku membuka aplikasi musical.ly milikku. Aku melihat video yang mengatas namakan Ryo. Aku kaget, ternyata itu ada Ryo Fernanda. Ryo songong yang selalu mencari masalah denganku.

Aku tidak langsung menerima untuk duet dengannya, melainkan langsung menanyakannya lewat BBM.

Julia A.F  : PING!!!
Julia A.F  : Heh! Di musical.ly, itu Ryo elo?

Ryo Frnd : Iya itu Gue. Duet yuk?

Julia A.F : Oh.

Aku merasakan sesuatu menghangat dipipiku. Apa mungkin Aku blushing?
Aku langsung menatap pantulanku dicermin. Oh tidak, tidak mungkin Aku blushing karena Ryo. Tidak mungkin.

****
Kakiku melangkah menuju koridor sekolah yang sangat sepi. Tentu saja sepi, karena hari ini adalah hari libur. Namun, Aku sebagai ketua OSIS dan juga anggota OSIS yang lainnya harus mempersiapkan acara yang sudah sangat dekat. Hanya tersisa 3 hari.

Sebenarnya tidak terlalu sepi, karena ekskul futsal latihan hari ini. Sambil menunggu anggota OSIS lain datang, Aku duduk dikursi piket lantai bawah. Aku menyenderkan kepalaku dikursi dan melihat mereka bermain bola.

Mataku membulat sempurna saat melihat banyak para lelaki most wanted menendang bola dilapangan. Dan yang membuatku semakin kaget adalah, disana ada Ryo.

Semua pertanyaan seakan berputar dikepalaku. Ryo adalah orang yang kukenal paling malas mengikuti ekskul apapun dari sejak SD. Namun, mengapa sekarang dia jadi ikut ekskul yang sangat melelahkan? Ah semua orang bebas ikut ekskul apapun.

Aku terlalu fokus melihat penampilan yelling mereka sampai-sampai Aku tidak sadar bahwa sudah banyak anggota lain yang sudah datang. "Kenapa gakmanggil Gue kalau udah pada dateng?" Tanyaku.

Mereka semua cengir-cengir tidak jelas. "Hehe, Lo lagi fokus banget, kak. Gaenak kitanya." Balas Kana.

Aku bangun dari duduk kemudian berjalan menuju ruang OSIS diikuti anggota lainnya. Setelah masuk, rapat untuk persiapan pentas seni Greenart pun dimulai.

Aku mulai menyampaikan semua yang sudah kususun dengan sedemikian rupa. "Ada yang mau tanya gaknih? Ayo dong tanya. Kesepakatan bersama, bukan kesepakatan gue doang."Ucapku pada mereka.

Rina mengangkat tangannya membuatku menoleh kearahnya. "Kak gue mau tanya nih, Nanti kalo misalnya kita gakbisa pake sesuatu yang berbau green, gimana kak?"

Aku tersenyum halus kepadanya. "Usahain banget untuk bisa, Rin. Gue gak maksa harus sih. Lagian jugakan kita banyak nih punya tanaman, yaudah pake aja kalo emang udah gaada atau susah nyarinya." Jelasku tegas.

Hening kembali menyerang sehingga wajah mereka terlihat mengantuk karena sudah 3 jam berlalu. "Yaudah sekarang boleh pulang. Siapin yang gue bilang. Sa, Senin Lo bawa ya." Ucapku lagi.

Mereka bangun dari tempat duduk masing-masing. Kemudian mereka berpamitan kepadaku dan keluar dari Ruang OSIS. Aku tidak langsung pulang karena harus menyelesaikan proposal.

Sudah tidak ada lagi suara pendapat, yang ada hanya suara ketikkan laptop milikku. Sampai suatu ketika, Suara ketukkan pintu terdengar.

'Tok, tok,tok' Aku mengangkat wajahku. Berusaha untuk tidak takut disaat mendengar suara itu.

"Masuk." Ucapku pelan. Pintu mulai berdecit dan terbuka. Menampakkan sesosok lelaki bertubuh besar yang amat kubenci, Ryo. Awalnya Aku merasa takut, namun kemudian sedetik kemudian Aku melanjutkan ketikkan laptopku.

"Lo keliatan capek banget, Jul. Nih lo makan dulu." Ucapnya sambil memberikan sebuah plastik. Aku membuka plastik itu dan terlihat beberapa makanan ringan. Dan kembali menutupnya.

"Ngapain sih Lo kesini?" Ucapku sengit tanpa sedikitpun menatapnya.

Ryo menghela nafas kasar."Lo kenapa benci sama Gue?"tanyanya sangat lembut, membuatku merinding.

"Gak, gue gak benci lo." Bohongku.

"Terus kenapa tiap ada Gue, lo langsung kayak gitu?" tanyanya lagi.

"Sorry Gue harus pergi." ucapku mengalihkan.

Aku langsung membereskan laptopku dan bergegas pergi meninggalkan semuanya. Sempat kulihat, Ryo memasang wajah sedih dan err- bingung.

❤❤❤

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang