SHADOW '2

70 4 0
                                    

Tengteng... tengteng...

Tengteng... tengteng...

JAM kembali berdentang menunjukkan pukul 00.00 tepat WIB. Terlihat seorang gadis yang sedang gelisah dengan mata yang terpejam, dahi yang berkerut dan peluh yang tak henti-henti mengucur membasahi dahi dan beberapa bagian wajahnya. Badannya bergerak ke sana kemari dengan gerakan tak beraturan hingga membuat seprai pada tempat tidurnya terlihat acak-acakan. Rambutnya yang tergerai sama mengenaskannya dengan keadaan kain yang sedang ditidurinya itu.

Sepertinya dia sedang bermimpi buruk.

Sementara itu di sudut ruangan yang remang-remang karena pencahayaan hanya berasal dari cahaya kecil lampu tidur yang menjadi satu-satunya alat penerangan di ruangan gelap itu, terlihat ada sesosok lain yang sedang mengamati gadis yang sedang tertidur gelisah di ranjangnya dalam diam dan saksama. Sorot mata hitam menyalanya memandang tajam ke arah objek tersebut. Dalam kesunyian malam di tengah malam yang temaram oleh cahaya bulan yang masuk melalui celah-celah kecil atap dan jendela dengan suara desiran angin yang berlalu lalang menjadi backsound tersendiri saat ini. Jangan lupakan soal suara lirih jeritan tercekat yang dikeluarkan oleh gadis yang sedang bermimpi buruk itu.

》》》

"Semalam loe kebangun lagi?" Pertanyaan yang dilontarkan gadis berkuncir kuda kepada teman di hadapannya itu hanya mendapat anggukan dari lawan bicaranya.

Terlihat jelas mata panda dari gadis berambut hitam legam sebahu yang saat ini diurainya menandakan kalau ia kurang tidur semalam.

"Mimpi buruk yang itu lagi?" Pertanyaan kembali dilontarkan gadis berkuncir kuda.

"Heem." Jawabnya malas sembari menelungkupkan wajahnya di antara lipatan tangannya dan sejenak memejamkan mata menikmati embun pagi yang masih tersisa bertubrukan dengan kulit putihnya.

Mereka sekarang sedang berada di kantin sekolah tepatnya di kantin yang berada tepat di lapangan olahraga outdoor yang berada di agak belakang sekolah di mana di situ juga terdapat taman yang jarang dikunjungi. Tak berbeda jauh dengan keadaan kantinnya yang jarang terjamah ditambah penjaga kantin yang juga tak sebanyak kantin-kantin lain. Sedikit fakta, SMA Raimuna memang memiliki beberapa kantin yang tersebar di beberapa bagian sekolah, salah satunya di tempat yang sekarang Luna dan Karen singgahi.

Hawa suram dan mencekat karena taman belakang yang terbengkalai membuat para siswa enggan datang kemari karena sering bergidik ngeri saat tiba-tiba hawa dingin yang menusuk atau hawa panas yang mencekat tiba-tiba lewat saat mereka sedang berada di kantin pojok -sebutan untuk kantin ini- ataupun saat mereka hanya sekedar lewat di area ini.

Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi lapangan outdoornya, walaupun sebenarnya lapangan di sini bukan satu-satunya lapangan outdoor di sekolah ini. Harus kalian tau kalau sekolah ini begitu luas, ya walaupun tidak terlalu elite, tapi karena lamanya sekolah ini berdiri membuat daya tarik tersendiri bagi anak-anak lulusan smp untuk tak segan mendaftar ke sekolah ini.

Bangunan yang terlihat kuno dengan artistik yang kental berciri bangunan lama di masa penjajahan. Sekilas terlihat seperti asrama yang temboknya berwarna serba hijau dari mulai hijau muda sampai hijau tua dan pintunya yang besar serta tinggi-tinggi pada setiap ruangnya. Tanaman-tanaman merambat serta belukar yang dibiarkan tumbuh liar di beberapa area menjadi hiasan tersendiri di sekolah ini menambah kesan 'angker' untuk orang-orang di sekitar, walau kenyataannya sekolah ini hanya sekolah menengah biasa dan sama seperti yang lainnya. Hanya saja sedikit berbeda.

"Balik kelas yuk." Ajak Karen -gadis berkuncir kuda- saat melihat lima menit lagi lonceng masuk akan berkumandang.

"Ya." Balas Luna dengan ogah-ogahan karena baru saja ia dapat tertidur nyenyak sudah harus mengakhiri quality timenya itu.

Black SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang