SHADOW '3

45 3 0
                                    

SEORANG gadis berambut hitam legam sebahu terlihat sedang berlari tergopoh-gopoh menyusuri koridor sekolahnya yang serba berwarna hijau. Matanya nyalang menatap sekitar seperti sedang mengawasi seseorang yang mungkin saja sedang mengikutinya. Jantungnya berpacu sangat kencang dengan keringat yang berceceran memenuhi wajah ayunya. Batinnya menjerit kelelahan, tapi kakinya seakan-akan setuju dengan ketakutan yang terus berlangsung di dalam otaknya sehingga ia terus memacu kakinya untuk terus mengayun, berlari meninggalkan bunyi khas pada lantai yang bergesekan dengan sepatu.

Sosok hitam itu terlihat tak jauh berada di belakangnya. Saat jarak di antara mereka semakin terkikis, gadis itu yang sudah tak kuasa berlari, lalu berhenti dan memejamkan matanya erat-erat dengan kondisi jantung masih sama seperti saat ia berlari tadi. Ia sangat takut bahkan sangat sangat takut dan sekarang dia hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi.

Masih gelap.

Matanya masih terpejam erat, sangat erat.

Belum ada apa-apa yang terjadi. Tapi, ia masih takut untuk menerima kenyataan apa yang akan terjadi saat ia membuka matanya nanti.

Ini sudah terlalu lama dan akhirnya ia mulai berani membuka matanya secara perlahan dan perlahan.

Sedikit demi sedikit cahaya mulai masuk di antara kelopak matanya. Namun, apa yang terlihat?

Bukan koridor sekolah maupun sekitarnya. Bukan sosok hitam tegap dengan mata hitam tajam juga. Bukan. Bukan semua itu.

Tapi, langit-langit kamarnya yang berhiaskan hiasan benda-benda angkasa yang dalam gelap akan terlihat menyala karena saat ini kondisi kamarnya nyaris gelap jika tidak ada cahaya kecil dari lampu tidur dan temaram bulan yang masuk sedikit melalui celah korden kamarnya.

Huft... syukurlah cuma mimpi. Batinnya.

Setelah beberapa lama menormalkan kondisi shocknya, ia mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya.

Dan BUM!

Seperti tersengat listrik dengan tekanan tinggi, nafasnya yang semula kembali normal sekarang dengan lancangnya mulai berderu saling bersahutan yang menandakan kekagetan yang sangat membuat jantungnya mencelos nyeri. Jantungnya kembali berdegup seperti saat lari marathon. Matanya terbelalak sangat lebar sampai-sampai seperti tidak bisa tertutup kembali. Perasaannya saat ini campur aduk melebihi kamu yang phobia ketinggian dan harus menaiki wahana tornado tanpa sabuk pengaman.

Di dalam mata coklat terangnya sekarang terlihat dia, sosok hitam tegap yang badannya terlihat samar-samar karena memang kondisi kamar yang sekarang nyaris gelap. Hanya wajahnya yang terlihat tersinari oleh cahaya bulan karena saat ini sosok itu berada tepat di sudut kamar di dekat jendela. Wajahnya tak terlihat sepenuhnya, hanya matanya yang terlihat menyala karena pacaran sinar rembulan. Mata hitam legam dengan sorot mata tajam sedang memandang lurus ke arahnya. Walaupun sosok itu diam dan tak bergerak, tapi tetap membuat aura terintimidasi dari korbannya tak dapat lepas menyelimuti ditambah hawa dingin yang sedang menusuk ke kulit putihnya yang sekarang semakin pucat karena perasaan was-was dan ketakutan.

Dia sosok yang ia sempat hindari dalam mimpinya tadi yang sempat membuatnya harus berpacu dengan kelelahan dan ketakutan saat menyusuri koridor. Sosok yang sempat ia kira hanya mimpi dan terlihat sudah menghilang ditelan kabut bunga tidur. Dan sekarang sosok itu nyata dan tepat berada tak jauh di hadapannya.

Ia kira sosok yang hanya diam terpaku dan terus memandanginya dengan tajam dan amarah yang kentara itu sudah membuatnya takut maksimal. Ternyata ia salah. Ada yang lebih menakutkan dari sosok itu.

Saat sosok itu mulai nyengir dan memperlihatkan deretan gigi tajamnya dan senyum jahat yang kentara dan dalam sekejap sudah berada di hadapannya.

》》》

"AAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!" Lagi-lagi Luna terbangun dari tidurnya dengan kondisi yang mengenaskan. Rambut lepek karena berkeringat dan sangat acak-acakan. Jantung yang terus berdetak tak karuan. Dan napas yang terengah-rengah.

Mimpi itu lagi. Batinnya.

Sekarang jam doraemon di nakas dekat tempat tidurnya masih tertidur pulas karena keadaan yang masih sangat awal untuk terbangun. Sekarang waktu masih menunjukkan pukul 00.09 WIB yang artinya dentang jam pergantian ke jam 00 tepat telah berlalu 9 menit yang lalu dan seharusnya gadis itu belum waktunya terbangun dari tidurnya. Tapi, lagi-lagi mimpi buruk itu datang lagi dan membuat Luna harus menelan mentah-mentah kenyataan kalau ia tidak bisa melanjutkan tidur malamnya dan harus terjaga menunggu mentari terbangun.

Selalu begitu setiap harinya. Padahal Luna selalu tak lupa berdoa sebelum tidur yang bahkan tak hanya sekali doa yang ia panjatkan, tapi berkali-kali dengan alasan untuk menangkal mimpi buruk. Bahkan dream catcher pemberian Karen yang tergantung di atas dinding tempat tidurnya sama sekali tak membantu.

Kapan ini akan berakhir, Tuhan? Batinnya frustasi.

Sebenarnya gadis bernama lengkap Aluna Liona ini hanya seorang gadis 16 tahun biasa yang ntah bagaimana mulanya beberapa tahun belakangan ini ia mulai suka bermimpi buruk dan terbangun di tengah malam dan setelahnya mengalami insomnia karena gelisah tidak bisa tidur kembali sampai datangnya pagi.

Aluna Liona, keindahan bunga dandelion di bawah sinar rembulan, itulah arti namanya. Dia hanya gadis normal biasa seperti gadis lainnya. Tak ada kemampuan spesial atau hal-hal aneh dalam kehidupannya. Semuanya nyaris normal, sampai kebiasaan mimpi buruk itu selalu menghantuinya. Mimpi yang selalu sama dengan tokoh yang selalu sama pula di dalamnya. Sosok hitam bermata tajam.

Dia tidak punya indra keenam, dia bukan seorang mind reader, dan dia tidak memiliki superhearing atau kemampuan super lainnya. Benar-benar gadis biasa. Lalu, apa penyebabnya selalu dihantui oleh sosok hitam itu? Itulah yang selama ini selalu ia tanyakan dan ia cari jawabannya. Sayangnya, semuanya tak juga menemui titik terang. Kira-kira, apakah kalian tau siapa sosok hitam itu? Kalau kalian tau, tolong beritahu Luna.

Black SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang