Rainer Menemukan Cara Mati Baru yang Lebih Menyenangkan

1.1K 95 1
                                    

Awalnya semua terasa biasa-biasa saja bagi Rainer. Dia belum benar-benar pulih setelah kehilangan pamannya, tapi dia tidak mau larut dalam kesedihan. Lagipula Arnold tidak akan hidup lagi meski Rainer maningisinya selama setahun. Setidaknya Rainer sekarang punya teman-teman menyebalkan, jadi dia tidak terlalu memikirkan pamannya. Dan, waktu Rainer juga cukup terbuang karena kencan-kencan yang harus dia jalani dengan buku.

Jadi begini, hari buruknya dimulai dengan bangun pagi, membaca buku, mandi, dan menemani Bryant untuk menemui Aleta. Rainer tidak terlalu keberatan. Benar-benar awal yang normal—senormal yang bisa dijalani Rainer, tentu saja. Lalu sebuah hujan aneh datang diikuti asap hitam aneh yang entah dari apa asalnya. Lalu Bella datang dan mulai mengomel seperti biasa, setelah itu gadis bawel itu mengatakan apa yang terjadi dan ... yah, Rainer tidak terlalu terkejut dengan itu. Kemudian, begitu matahari sudah berada di titik puncaknya, Bryant dan Rainer memutuskan untuk masuk ke kelas, tentu saja setelah diomeli oleh Bella. Kalau bukan karena itu, mereka bisa berada di sana seharian dengan Bryant—yang sedari awal mengajak Rainer—hanya sebagai pendengar.

Keadaan kelas masih sedamai biasanya. Beberapa anak laki-laki tampaknya memilik bekas luka baru akibat senam pagi mereka yang menyenangkan. Anak perempuan? Beberapa dari mereka tampaknya terlihat lebih hancur dari saat pertama kali menapakkan kaki di sekolah pagi ini. perlu Rainer tekankan, hancur di sini memiliki arti yang agak lain. Hancur bagi wanita berarti riasan wajah, tananan rambut, serta apa yang mereka kenakan jadi agak berantakan. Meskipun beberapa dari mereka juga ada yang terluka.

Beberapa anak masih asik mengobrol tentang pertarungan mereka dengan murid kelas lain, sampai bu Althea masuk kelas. Keadaan kelas jadi sehening di pemakaman.

"Jadi, sehubung dengan pengumuman pak Vincent tentang keadaan sekolah dan kekhawatirannya mengenai sesuatu-yang-pasti-sudah-kalian-dengar-apa-alasannya, aku akan menjelaskan kembali mengenai sejarah Akasa, terutama tentang perang yang terjadi beberapa dekade lalu."

Sebagian anak mulai mendesah sebal dan menggumam, seperti, "Ya ampun, kenapa kita harus mendengar tentang ini lagi, sih."

"Aku sudah bosan dengan dongeng ini."

"Semuanya juga sudah belajar tentang ini sejak di sekolah dasar, untuk apalagi, sih, belajar tentang ini lagi."

Bu Althea yang mendengar itu cepat-cepat menambahkan, "Kalian mungkin akan mendengar sesuatu yang baru lewat dongengku ini." Baiklah, itu memang kurang pas jika dikatakan sebagai tambahan.

Bu Althea mulai bercerita. Sejujurnya Rainer sudah tahu nyaris semuanya tentang sejarah itu. Dia sudah membaca lebih dari lima buku berbeda yang membahas secara menyeluruh tentang perang dan sejarah Akasa, tapi tetap saja Rainer sadar ada bagian-bagian yang berlubang di buku-buku itu. Rainer harap bu Althea memang punya sesuatu yang berbeda dalam kisahnya, mungkin sesuatu yang mampu mengisi lubang-lubang pertanyaan yang ada di kepala Rainer, mengingat bu Althea adalah salah seorang Guardian Akasa, kemungkinan itu sukses membuat Rainer tambah bersemangat.

Kalau diingat-ingat kembali, Rainer merasa kelas terasa sedikit baru baginya. Tidak ada dekorasi baru atau semacamnya, hanya saja petualangannya dengan Aleta dan Bryant memakan banyak waktu mereka dan membuat Rainer tidak bisa masuk kelas. Ini adalah hari pertamanya kembali masuk kelas, yang membuatnya merasa seperti anak baru. Rainer mendengarkan setiap ucapan bu Althea dan mulai mencocokkan segala informasi yang diberikan dengan apa yang sudah dia miliki. Sedangkan Bryant, sama seperti kebanyakan murid yang lain, dia juga asik menyandarkan kepalanya di atas meja.

"...perang itu berakhir dengan perjanjian perdamaian, setelah Langus tidak punya pilihan lain karena kehebatan pak Vincent di kala itu, apa kalian tahu mengenai Azura?" begitulah bu Althea mengakhiri ceritanya tentang perang.

Rainer langsung ingat ucapan pamannya, Leluhur kita, sang Azura, dan Vincent menerima syarat itu dengan syarat bahwa kesepakatannya dimulai saat Akasa sudah menang dan merdeka.

Rainer tidak mengatakan bahwa dia tahu, akan lebih baik andai dia berpura-pura tidak tahu, sementara yang lain mulai bangkit dan menatap bingung satu sama lain, kecuali Bryant yang masih tidak perduli. Bu Althea tersenyum puas mendapati respon dari murid-muridnya.

"Bukankah kalian sudah mendengar tentang itu?" goda bu Althea yang sukses membuat satu kelas bersorak menuntut penjelasan.

Hampir seisi kelas Sky mungkin tidak ingat lagi bahwa guru di depan mereka bisa meledakkan mereka secara harfiah. Tapi begitulah mereka, begitu rasa penasaran sudah masuk ke dalam benak mereka, nyaris tidak lagi perduli dengan rasa takut, benci, marah, dan berbagai perasaan lain. Mereka adalah penambang informasi. Semua, keculi Bryant yang masih tidak perduli.

Sejujurnya Rainer merasa bahwa bocah itu lebih cocok di kelas Sea. Kelas para maniak petarung, tapi dia tidak semaniak itu. Dia tidak mungkin cocok di Earth, yang didominasi orang ramah atau tipikal remaja yang—sok—populer. Bryant jelas bukan tergolong orang ramah atau tipikal remaja yang seperti itu—tapi dia memang populer. Di Celestial? Entahlah, Bryant tidak terlalu perduli dengan nama baik-nya, sedangkan Celestial terkenal akan harga diri mereka yang tinggi. Mungkin dia lebih cocok di kelas Underworld, kelas orang-orang misterius. Bryant memang cukup misterius, dulu dia sempat berpura-pura jadi orang ramah yang mudah bergaul, tapi sekarang dia tidak lagi seperti itu. Sekarang dia hanya membalas sapaan kalau di sapa, kalau tidak ya sudah. Dia lebih sering menghabiskan waktu bersama Aleta—membawa Rainer sebagai tumbal.

Bu Althea berdehem, mengembalikan kesadaran seisi kelas hingga mereka semua diam sebelum mulai menjawab tuntutan mereka, "Jadi," bu Althea memulai penjelasannya, "Azura adalah nama sebuah keluarga. Klan, begitulah mereka menyebutnya. Klan Azura terkenal dengan petarung perempuannya yang sangat ahli dalam membuat dan menggunakan Azurak. Bahkan, Azurak pertama kali ditemukan oleh salah satu dari mereka, yang terbaik di antara semuanya. Menurut cerita yang beredar, Sang Azura—begitulah kita menyebutnya—mampu menciptakan lebih dari lima puluh Azurak secara bersamaan, tanpa mati atau kelelahan, batasnya adalah seratus, setelah itu dia akan pingsan. Atau setidaknya begitulah informasi yang ada. Pak Vincent menolak membocorkan informasi apapun tentang rahasia-rahasia pada perang itu. Tapi satu yang pasti, Klan itu hampir punah dan saat ini hanya ada satu orang Azura yang tersisa. Itu pun dia bukan darah murni, tapi dapat dipastikan dia memiliki darah murni Azura dalam tubuhnya. Dia salah satu murid di sini, hanya saja kami tidak boleh membocorkan siapa dirinya, bahkan dia sendiri tidak sadar siapa dirinya."

Dan itu lah awal hari sial Rainer. Bukan karena penjelasan itu justru membuat rasa penasaran Rainer jadi semakin kuat, hanya saja apa yang terjadi setelahnya benar-benar tidak terduga.

Suara bising yang biasanya berasal dari para murid yang bertarung kini berubah menjadi suara jeritan yang membahana. Terompet kerang tanda bahaya berbunyi diikuti suara lonceng, menumpahkan seluruh murid ke luar. Bryant dan Rainer melihat melalui jendela dan mendapati pemandangan yang benar-benar mengerikan. Beberapa murid tergeletak di tanah, berkeringatkan darah segar. Di beberapa tempat, sekitar empat atau lima murid yang tidak beruntung tengah diduduki oleh makhluk aneh, bentuk mereka seperti peranakan binatang dan manusia, hanya saja tidak terlalu jelas seperti apa bentuk mereka karena jarak yang cukup jauh. Tapi setidaknya Rainer yakin akan apa yang mereka lakukan. Mereka tengah memakan murid yang mereka duduki, mencabik-cabik dan memasukkannya ke dalam mulut. Bahkan ada yang memakannya langsung dengan moncongnya.

"Aleta," kata Bryant yang langsung berlari meninggalkan Rainer.

Menjadi Elementarian tidak pernah mudah. Mati semasa sekolah bukanlah kisah baru ataupun langka, itu hanya sedikit cerita biasa. Tapi, tidak seorangpun yang akan mengira kematiannya akan seperti itu. Semuanya pasti mengira mereka akan mati karena pertarungan dengan kelas lain atau dalam pertarungan menjaga sesuatu, setidaknya mereka bisa bertarung. Tapi tidak dengan tadi. Makhluk-makhluk itu menyerbu satu orang dan mulai menggerogoti mereka, dan sekiranya rasanya kurang sedang, mereka akan menyerbu mangsa lain. Itu bahkan bukan pertarungan.

Mengikuti Bryant tidaklahsulit. Rainer tahu akan ke mana dia, terutama setelah dia mengumumkantujuannya, Aleta.


***

Bryant POV = Done

Aleta POV = Done

Rainer POV = Done

Jadi, abis ini yang mana? xD

Sekian Update singkat kali ini, makasih.

[Ion Arfeus]

Elementa : Lost ConditionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang