Bryant dan Rainer Mati, atau Tidak

999 105 4
                                    

[Senin, 22 Januari XY70 – 14.17]

Aleta tertidur pulas begitu Bryant dan Rainer diusir oleh Bella. Setelah kedua biang onar itu pergi, tidak ada alasan lagi bagi Aleta untuk tetap terjaga. Langit sudah kembali cerah, kepulan asap telah hilang sepenuhnya, dan Aleta tidak bisa ke mana-mana. Aleta sudah cukup kuat untuk berlarian atau bahkan bertarung di pelajaran pak Zephyr, sangat malah. Tapi begitu Aleta turun dari kasur empuknya dan berjalan sedikit saja ke luar, Ashwin—entah bagaimana—pasti muncul dan mengomeli Aleta tentang kesehatannya. Ashwin adalah bocah berambut jingga pendek. Rambutnya pendek, tapi agak lebat. Tubuhnya agak kurus, tapi tatapannya tajam dan menusuk. Dia adalah murid kelas Earth, tapi berhubung dia adalah petugas utama di ruang kesehatan ini, dia nyaris tidak pernah masuk kelas. Bukan masalah besar mengingat tidak-masuk-kelas adalah kegiatan harian bagi sebagian besar murid di sini.

Lalu akhirnya gadis itu terbangun oleh suara jeritan yang terdengar nyaring entah dari mana. Aleta ingat dia masih hidup, dia tidak merasa telah ditusuk atau dibunuh secara sengaja, bahkan Aleta yakin dia belum mati. jadi, setidaknya Aleta dapat menyimpulkan suara tadi bukanlah suara jeritan arwah-arwa penasaran yang ada di Neraka seperti yang pernah ayah Aleta kisahkan. Mau tak mau Aleta membuka mata dan duduk untuk melihat melalui jendela.

Aleta pernah melihat berbagai pemandangan jelek. Dia pernah masuk ke hutan yang kotor, melawan Naga, datang ke kuil dewi yang jorok—meski setelahnya tempat itu jadi menakjubkan—melihat makhluk-makhluk buatan aneh yang disatukan secara paksa—Aleta masih sering bermimpi buruk tentang itu—dia bahkan pernah ... yah pingsan karena diterbangkan monster Gorilla yang jelek. Tapi, Aleta belum pernah melihat pemandangan semngerikan ini. Dia setidaknya menghadiri beberapa pertempuran sejauh ini, jadi setidaknya dia tahu tentang apa yang dia lihat sekarang sama sekali bukan pertempuran. Aleta pernah melihat Bryant bertempur bersama para Rookie—dari mana panggilan aneh itu berasal, sih?—Aleta pernah melihat pertarungan para Rookie melawan para Penguasa, Aleta pernah melihat hasil serbuan monster di rumahnya, Aleta bahkan pernah mengikuti perang mini antara murid Elementa melawan Arnold. Tapi, semua itu tetaplah pertarungan. Keadaan saling serang antara dua pihak atau lebih. Tapi, yang dia lihat sekarang hanyalah invasi—penjajahan, bukan, pembantaian.

Setidaknya, Aleta sudah mendapati sepuluh mayat tergeletak di tanah. Itu pun hasil penglihatan singkat Aleta, bukan penghitungan sepenuhnya. Setiap kali terdengar bunyi jeritan, asal suaranya selalu berpindah-pindah, seolah ada lebih dari satu pembantai yang menjadi pelaku dari semua kekacauan ini. Lalu Aleta sadar memang ada lebih dari satu pelaku, tepat saat dia melihat mereka.

Setidaknya dia melihat ada lima sosok aneh yang bergerak cepat. Berpindah dari satu korban ke satu calon korban yang mencoba lari dengan putus asa. Setiap kali sosok itu berhasil menjatuhakn dan menindih satu korban baru, suara jeritan baru kembali terdengar. Sosok itu menggigit korbannya—yang lain mencaduk korbannya dengan cakar kotornya, tapi Aleta fokus pada si sosok berparuh yang menggigit korbannya langsung. Mereka memiliki bentuk yang berbeda-beda, tapi sebuah kesamaan, kebiasaan buruk yang sama. Setelah menelan daging mentah hasil pembunuhannya, kelimanya selalu melakukan gerakan muntah-muntah dan mencari korban baru. Belum ada tindakan dari para guru, mungkin mereka menganggap ini hanyalah perkelahian biasa, satu lagi sisi buruk sekolah terbaik yang ditempati Aleta saat ini.

Aleta berani bersumpah demi apapun bahwa ia baru saja melihat sesosok di antara kelima makhluk buruk rupa itu baru saja menatap ke arahnya. Sosok yang sedari tadi menjadi objek pengamatan Aleta. Makhluk itu mirip manusia burung, kepalanya seperti burung hias yang diperbesar hingga seukuran manusia, kakinya seperti kaki burung pada umumnya, hanya saja lebih panjang dan nampak sekokoh kaki manusia, di tempat di mana seharusnya tangan berada, terpasang sepasang sayap yang memiliki cakar di ujung kedua sayap berbulu itu, seolah cakar itu hanya hiasan kecil tak berarti. Yang mengerikan adalah, bulu-bulu yang menutupi tubuhnya seluruhnya berwarna hitam gelap yang berkilat-kilat diterpa sinar matahari. Si manusia burung kemudian melesat cepat menembus gerbang masuk Elementa.

Elementa : Lost ConditionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang