Sayangnya, semua memang tidak baik-baik saja bagi Xander.
Leon dan Flad lebih mirip dua binatang buas yang berebut wilayah. Setiap kali satu orang bicara, praktis satu hinaan baru telah terlepas. Yang lalu disusul oleh pihak selanjutnya. Xander bahkan bingung menentukan harus merasa beruntung atau tidak karena mendapatkan kusir yang luar biasa mengerikan. Setidaknya, hanya karena dia lah kereta kuda yang mereka tunggangi masih belum hancur atau rusak. Setiap kali Leon dan Flad mulai saling hina tak terkendali, sang kusir akan langsung berteriak dengan garangnya hingga kedua bocah temperamental itu bergeming. Xander suka menyebut kusir itu sebagai Tuan Pembeku karena mampu membekukan kedua rekan Xander, tapi tentu saja Xander tidak akan menyebutnya begitu keras-keras.
Masalah lain adalah, Xander tidak bisa duduk dengan tenang. Leon dan Fald awalnya memilih duduk berhadapan, tapi justru itu lah awal dari hinaan pertama. Begitu mereka berjalan, Leon langsung berkata, "Apa wajah setiap murid Underworld selalu sepucat mayat?"
Lalu Xander memutuskan untuk menyatukan mereka. Hasilnya, luar biasa. Luar biasa parah tentu saja. Giliran Flad yang melempar komentar pertama, tentang badan Leon yang sebau asap bangkai burung gagak. Lalu, Leon membalas dengan mengatakan kulit Flad sedingin es. Xander tidak mampu melakukan apapun selain memikirkan cara agar mereka lebih tenang. Sayangnya nihil, Xander jelas bukan seorang pemikir. Satu-satunya yang berhasil menghentikan mereka hanyalah teriakan penuh berkah dari Tuan Pembeku yang luar biasa. Hingga akhirnya Flad memutuskan untuk duduk seperti semula, hanya saja sekarang dia berhadapan dengan Xander dan bukan Leon. Sayangnya, cara itu jauh lebih berhasil daripada segala cara yang berhasil di tangkap Xander—bukan berarti Xander memikirkan banyak cara.
"Perjalanan kalian akan lebih berbahaya daripada semua pertarungan yang pernah kalian lakukan selama di Elementa." Dan itulah salah satu cara mengawali pembicaraan yang baik ala Tuan Pembeku.
"Wow, kurasa itu akan membuatku merasa baikan," ujar Xander. "Serius, pertengkaran—"
"Bocah cerdas," sergah Tuan Pembeku, "jika kalian terus seperti itu, aku berani bertaruh kalian tidak akan berhasil bertahan hidup selama enam jam."
"Yeah, tentu saja aku bisa bertahan hidup lebih dari itu," tangkal Flad.
"Apa lagi aku," kata Leon.
Dan begitulah awal dari satu lagi ide hebat ala Xander. Xander terlalu terpaku pada pemikiran tentang cara membuat mereka berdamai hingga lupa bahwa keduanya sama-sama memiliki harga diri yang tinggi. Xander mungkin tidak akan mampu mendamaikan mereka, tapi membuat mereka berdua tidak bermusuhan, bukan perkara sulit.
"Aku setuju dengan pak Kusir," kata Xander pada akhirnya. "Mana mungkin dua orang tidak berguna seperti kalian dapat bertahan hidup selama itu melawan sekelompok monster yang ada di luar sana."
"Aku pernah membaca," Xander mulai berdusta, "bahwa di tempat yang kita tuju—Gunung Alsa—memiliki banyak monster yang berkelompok dan sangat cerdas. Yang tentu saja cukup cerdas untuk bekerja sama membunuh dua bocah konyol dalam hitungan detik."
"Aku tidak pernah tahu soal itu," gerutu Leon.
"Tentu saja, memangnya kalian pernah membaca?"
Tidak ada jawaban.
"Jadi, bagaimana kalau kita bertaruh. Siapa yang paling tidak berguna, akan menjadi pembantu—budak—bagi yang menang?"
"Bagaimana caranya, kita 'kan bertiga," kata Flad menyanggah ide Xander.
Alih-alih kecewa, Xander justru tersenyum jahil, "Itu lah serunya," katanya puas, "jadi, yang paling tidak berguna akan menjadi budak yang tidak berguna kedua sekaligus yang paling berguna, sedangkan yang paling berguna memiliki dua budak. Kalian mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Elementa : Lost Conditions
FantasiBagian Kedua dari Seri Elementario Academy. Setelah pertempuran melawan Arnold, keadaan di Elementario Academy sudah membaik dan perbaikan berjalan cukup lancar. Tapi hari yang tenang mulai berubah kala sebuah kejadian aneh terjadi. Di samping itu...