2▶Luka dan Air Garam

144 11 0
                                    

Luka dan Air Garam

Itu Frigga. Berjalan dengan santainya. Menebarkan seluruh aura yang sangat indah. Ya, aku iri padanya. Dia memiliki perhatian priaku, sementara aku yang populer masih saja kesepian tanpa kehadirannya. Kuhadang langkahnya.

"Heh cupu! Masih berani loh nampakin muka cupu lo di sekolah ini?"

Frigga memandangku dingin. Aku memang pantas dapat pandangan itu darinya. Aku hanya bingung bagaimana meluapkan semua amarah dan rasa cemburu yang menggebu-gebu ini.

"Duh, mulai belagu ya sekarang! Mentang-mentang ditolongin sama pangeran cupu lo itu, terus sekarang mulai berani? Hebat, Frigga!"

Bukan. Bukan pangeran cupu. Tetapi pangeranku. Pangeran yang tidak pernah kumiliki. Pangeran yang hanya ada di negri dongeng.

"Lo gagu? Udah cupu, gagu. Gak guna hidup lo!"

"Elo yang gak berguna, sampah!"

Aku terkejut. Aku? Sampah? Apakah itu yang dipikirkan orang lain mengenaiku? Sampah yang tidak berguna. Hanya untuk dibuang. Apalah aku dilahirkan hanya untuk dibuang? Inikah takdirku?

"Lo!! Berani-beraninya bilang gue sampah! Lo tuh siapa sih?"

Aku mati-matian menahan air mata yang ingin keluar. Aku hanya sampah. Kata itu terngiang-ngiang dikepalaku. Bagaikan lantunan harpa yang dimainkan para malaikat mengiringi setiap doa yang tidak ada henti-hentinya.

"Gue Frigga. Anak cupu. Bagi gue, gue itu cuma murid sekolah normal. Gak ada yang salah sama dandanan gue. Dan gue bingung, kenapa lo dendam banget sama gue? Gue gak pernah kan nyari masalah sama lo?"

"Lo itu udah ngambil sesuatu dari hidup gue, cupu! Dan gue gak suka berbagi! Dan lo bilang lo normal, pikirin lagi deh. Lo itu gak ada apa-apanya sama kita."

Kamu mengambil pangeranku, Frigga. Tidak tau kah kamu betapa aku tersiksa dengan perasaan sakit yang sering kali mendera hatiku ketika menyaksikan pandangan priaku yang hanya tertuju padamu. Maafkan aku yang telah membenturkan kepalamu, Frigga. Aku tidak jahat. Aku hanya bingung. Bingung.

Lalu kemudian priaku datang. Membopongmu laksana tuan putri. Sementara aku yang melihatnya, terluka begitu parah. Sampai rasanya, aku tidak ingin bangun lagi di keesokan harinya. Melihat pancaran matanya yang seolah-olah takut kehilanganmu, bagaikan luka yang disiram dengan air garam. Perih yang tak tertahankan. Aku sakit. Aku tenggelam dalam derita. Apakah cinta sesakit ini? Apakah cinta sepedih ini?

"... Jadi, gimana mulai saat ini kita saling ngejaga satu sama lain?"

Yah disinilah aku, berdiri didepan pintu UKS, menyaksikan priaku membawa seorang gadis didalam hidupnya. Kini, priaku bukan lagi priaku. Tapi priaku adalah prianya. Arvin Durangkara. Arvin kini bukan lagi pria bebas. Namun dia kini telah memiliki ikatan. Sayangnya, ikatan itu bukan bersamaku.

Aku menangis. Menangis dalam kesakitan. Tanpa ada yang mau mengulurkan tangannya untuk kugenggam. Tanpa ada yang mau memberikan tubuhnya untuk kupeluk. Tanpa ada yang mau memberikan cintanya, untuk kuraih. Aku sendirian dalam kehampaan. Tanpa bisa mencegah luka ini tersiram air garam untuk yang kesekian kalinya.

Mereka berpelukan. Bagaikan sepasang merpati yang tak pernah ingkar janji. Dan aku masih disini. Dipeluk kesakitan. Tanpa ada yang membebaskan. Aku tau, melihatnya malah membuatku semakin sakit. Tapi aku hanya ingin melihat senyum tulus Arvin yang tak pernah tampak. Walau senyum itu bukan untukku. Lalu adakah, yang akan menarikku keluar dari jurang kesakitan ini?

Aku sungguh-sungguh sakit. Sakit yang tak tau bagaimana untuk disembuhkan. Aku berdarah, namun tak ada yang bisa melihatnya. Kemana lagi harus kugantungkan semua mimpi indah yang pernah kukumpulkan? Frigga Ahankara. Arvin Durangkara. Kedua Angkara itu memang benar-benar membakarku. Menyisakanku disini menjadi sekumpulan abu, yang bahkan oleh angin pun tak mau menerbangkanku.

_____________________________
A/N

Hai. Ceritanya aneh gak sih? Saya bikinnya tuh sambil nyesek-nyesekan loh. Gak tau kenapa, lebih kasian sama Felin dibanding sama Frigga. Kalian pilih Felin atau Frigga? Comment dong sama alasannya ya!

Thx u. Vote and comment kawan!

BLACKISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang