Yours

1.6K 103 15
                                    

I just warn you, guys. This story for adult only. Karena oneshot/drabble ini semuanya mengandung unsur dewasa. Jadi yang merasa masih dibawah 18 tahun bisa langsung pindah cerita.
Thanks :*
.
.
.
.

Aku tahu pagi sudah menyambut sejak beberapa jam lalu. Sinar matahari juga sudah berhasil menyusup masuk menembus celah-celah tirai gelap itu. Tapi tubuhku enggan untuk keluar dari dekapan hangat ini. Dekapan yang bahkan lebih hangat dari balutan selimut. Selimut yang jatuh di bawah kaki kami menjadi buktinya. Bukti bahwa kami tidak membutuhkannya.

Sesuatu mengelus punggungku dengan lembut. Elusannya sarat akan perlindungan seakan-akan aku akan hancur jika elusanya tak selembut itu. Tubuhku tak mau bergerak. Atau mungkin lebih tepatnya aku yang tak ingin bergerak. Aku terlalu takut ini semua akan berhenti. Aku takut ini akan hilang. Dan aku terlalu takut jika tubuh ini berhenti didekap olehnya.

Dia mengecup keningku lama. Menghirup seluruh aroma rambutku. Sambil mengeratkan pelukannya dia menenggelamkan kepalanya di leherku. Mengecup semua yang ada di sana. Tangannya masih aktif mengelus punggungku yang tak dihalangi oleh sehelai benangpun. Hasil dari pekerjaannya mengerjaiku semalam.

"Jong." panggilku serak.

"Hmm," wajahnya masih tenggelam dalam leherku.

Aku memeluknya erat. Menghirup aroma tubuhnya. Mengecup dada bidangnya. Dan melakukan hal yang sama dengannya. Wajahku tenggelam di dadanya yang juga tak terhalangi sehelai benangpun.

"Jantungmu berdetak sangat cepat, Jong."

"Kau tahu sendiri itu karenamu."

Aku tersenyum. Waktu itu juga jantungnya berdetak lebih cepat dari ini. Dia bilang itu karena diriku. Dengan wajah merahnya dia mengatakan kegugupannya saat menyentuhku. Tak ada satu orangpun yang akan menyangka seorang Kim Jongin, the cold man ever akan segugup ini ketika menyentuh seorang gadis, terlebih gadis itu aku. Jung Soojung. Seorang gadis yang selalu disangkal orang-orang untuk bisa menjadi pacarnya.

"Jantungku selalu berdetak sangat cepat setiap kau ada bersamaku"

Itu yang dikatakannya waktu itu.

"Kau tak pernah tahu karena aku tak pernah meletakan kepalamu di dadaku. Aku terlalu malu jika kau sampai tahu kalau aku jatuh cinta padamu"

Dan itulah jawabannya ketika aku berkata aku tak pernah sekalipun mendengarnya.

Tak ada yang pernah tahu jika seorang Kim Jongin adalah seorang pemalu jika sudah menyangkut gadis yang disukainya. Dan aku sangat beruntung aku lah yang berhasil membuat dia seperti itu.

Dia menggeser tubuhnya dan kini berada diatasku. Matanya mengamati wajahku. Bibirnya tercetak senyuman khasnya membuatku semakin sulit bergerak.

Wajahnya kini turun mendekati wajahku. Bibirnya mengelus seluruh permukaan wajahku. Aku memejamkan mata, takut tak sanggup bernafas dengan semua perbuatannya. Satu fakta yang kudapat lagi darinya. Sentuhannya dapat membuatku melayang. Dia terlalu hafal titik sensitifku semenjak kejadian malam itu. Malam dimana ia pertama kalinya memberikan tanda kepemilikannya padaku.

Ya. Aku miliknya. Sampai kapanpun.

"Jung." panggilnya lembut. Sangat lembut.

Aku membuka mataku perlahan dan disambut tatapan matanya yang tajam tapi kelembutan tak pernah lepas dari sana.

"Katakan kau milikku!" pintanya.

Mulutku tertutup kaku. Aku terlalu gugup untuk mengatakannya. Entahlah. Aku memang sudah berkali-kali mengakui bahwa aku miliknya. Tapi untuk mengatakan langsung dari mulutku rasanya seperti ada yang mengganjal. Aura Jongin masih terlalu mengintimidasi.

"Katakan kau milikku, Jung!" Bibirnya kembali menyapu seluruh permukaan wajahku. Tangannya kembali aktif, mengelus hingga meremas seluruh tubuhku.

Dia kembali mendekatkan miliknya dibawah sana. Menggerakannya dipermukaan milikku dengan sangat lembut. Aku memejamkan mataku, semua perbuatannya benar-benar membuatku mabuk. Mabuk sentuhannya.

"Katakan kau milikku!" kali ini dia menggigit bibirku. Lalu menjilatinya.

"Katakan, Jung!" dia meremas dadaku lebih kencang dari sebelumnya. Sedangkan dia makin mempercepat gesekan yang dibuatnya di bawah sana. Membuatku benar-benar gila.

Aku tak mampu bersuara. Ini terlalu indah dan nikmat. Tanpa sadar aku menggigit bibir Jongin yang tengah mengulum bibirku.

Tiba-tiba gerakan Jongin terhenti. Membuat aku langsung merasa kehilangan. Semua kenikmatan tadi hilang begitu saja saat Jongin menghentikan aksinya. Aku menatap Jongin dengan tatapan memelas. Aku butuh gesekan itu lagi. Aku butuh remasan tangannya lagi. Aku butuh dia!

"Kau tidak ingin jadi milikku, Jung?" Nada suaranya tertahan. Ia menggeram. Aku tahu ia juga tersiksa menahan gairahnya.

Dengan lembut aku menyentuh pipinya. Menatapnya dengan penuh kasih sayang.

"Kau tahu sendiri. Aku selalu menjadi milikmu. Kau sudah menandaiku hampir diseluruh tubuhku."

"Bukan itu yang aku mau!" Jongin tiba-tiba kembali meremas dadaku membuatku langsung mendesah keras.

"Aku ingin mendengar pengakuanmu. Aku ingin mendengar dari mulutmu. Kau adalah milikku, Soojung!"

"Sialan kau, Kim Jongin! Apa perlu aku mengatakannya menggunakan pengeras suara, huh! Agar semua orang tahu aku milikmu!" Aku tak kuasa menahan gairah yang semakin lama semakin membuatku gila.

Satu sudut bibir Jongin terangkat. "Your words, lady."

"Like I care!"

Tanpa sadar aku sudah menggerakan pinggulku dibawah Jongin. Jongin tertawa keras membuatku ingin sekali mencekiknya karena sudah membuatku berada dikeadaan seperti ini. Ia mempermainkan gairahku.

"Whats wrong with you, bae?"

"Shut up! And fuck me hard, Jongin! I really want to kill you now!"

"As your wish, lady."

Hari itu menjadi hari yang sangat panjang diatas ranjang kami. Jongin membuatnya benar-benar sempurna.

Benar kata Seulgi. Saat kau berada dalam keadaan seperti ini, akan susah mendapatkan celah untuk berhenti hanya untuk sekedar menyegarkan diri.

"Jong," panggilku serak ditengah-tengah desahan kami.

"Hmm?" Ia tak sanggup menjawab. Ia benar-benar sedang berkonsentrasi dibawah sana.

"Ingatkan aku untuk membeli oleh-oleh untuk Chanyeol dan Seulgi saat pulang nanti. Aku harus berterima kasih dengan cerita mereka."

Jongin lagi-lagi menghentikan gerakannya tiba-tiba membuatku menggeram kesal tanpa sadar.

"Mereka cerita soal malam pertama mereka juga?"

"Jangan berhenti ditengah jalan, sialan! Aku hampir sampai!"

Jongin tertawa keras lagi sebelum akhirnya membalikan posisi kami.

"You should try by your self, honey. I'm waiting your shake."

"Remind me to kill you if I'm finish!"

The end.

Just gift for you arcadians! Hadiah atas resminya KaiStal!! Uyey!
Sorry for verry long hiatus. And so glad to update again.
Sampai jumpa dicerita selanjutnya :*
-rara

KaiStal Oneshots LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang