Still

2.8K 130 4
                                    

Krystal berdiri mematung didepan pintu sebuah ruangan yang sebagian dindingnya adalah cermin. Mungkin sudah hampir setengah jam ia seperti itu. Matanya fokus pada seorang pria yang beberapa bulan lalu menjadi belahan jiwanya. Pria itu berada sangat jauh dari dirinya tapi matanya masih bisa menjangkau dan melihat dengan jelas apa yang dilakukan pria itu.

Air matanya nyaris jatuh dan membasahi pipinya. Dan itu baru disadarinya beberapa saat ketika pipinya sudah benar-benar basah dengan air mata, tapi ia tidak peduli. Ia hanya peduli pada pria yang berada jauh darinya yang kini terlihat frustasi dan terlihat seperti orang yang tertekan. Krystal ingin menghampirinya. Hatinya sedari tadi berteriak untuk segera menghampiri pria itu dan memeluknya. Menenggelamkannya dalam pelukan Krystal dan membisikkan kata-kata bahwa semua akan baik-baik saja.

Tapi apa yang bisa dilakukan Krystal selain melihatnya dan menangisinya dari jauh seperti ini. Krystal tidak tahu apa yang terjadi dengan prianya, yang ia tahu hanya pria itu sedang tertekan dengan segala masalah yang menimpanya.

"Kai" lirih Krystal ketika melihat pria yang disebut Kai itu sedang meninju dinding berulang-ulang kali sampai tangannya benar-benar mengeluarkan darah.

Mulut Krystal sudah gatal ingin berteriak agar Kai menghentikan apa yang dilakukannya tapi Krystal memilih menutup rapat mulutnya dengan kedua tangannya sambil menangis semakin kencang. Ia tidak ingin Kai tahu ia berada disana dan nantinya ia akan menerima pengusiran secara kasar oleh Kai.

Krystal sangat tahu dan mengerti Kai. Kai bukanlah orang yang terbuka yang menceritakan semua yang menimpanya begitu saja pada orang lain bahkan padanya-kekasih yang dipilih Kai beberapa bulan lalu. Kai juga bukanlah orang yang ingin masalah yang dialaminya dicampuri oleh orang begitu saja. Ia ingin benar-benar menyelesaikan sendiri tanpa ada campur tangan oleh orang lain termasuk Krystal.

Terlebih kejadian yang dikarenakan kecerobohan dirinya yang terjadi beberapa hari lalu. Krystal yang kehilangan Kai tiba-tiba menjadi khawatir. Kai tiba-tiba hilang begitu saja bagaikan ditelan oleh bumi. Krystal tidak menemukannya di kampus. Bahkan Krystal tidak bisa menghubungi teman-teman Kai untuk menanyakan tentangnya. Kai benar-benar tidak menghubungi Krystal sedikitpun. Ia benar-benar bingung dan kekecewaan menghampirinya tiba-tiba sehingga ia melakukan hal yang paling ceroboh menurutnya.

Bisakah kau menjelaskan padaku sebelum kau melakukan sesuatu? Kau dimana? dan kau membiarkanku seperti ini? dasar laki-laki tidak bertanggung jawab!! Kau sama sekali tidak gentle!! Setidaknya kau mengabariku bukannya tiba-tiba menghilang seperti ini, sialan!

Mengatai dan memaki orang yang paling dikasihinya sekaligus merupakan hal yang paling buruk yang pernah ia lakukan menurutnya. Ia menyesali apa yang dikatakannya ketika Kai membalas pesan singkatnya itu.

Aku sedang punya masalah besar! Bisakah kau mengerti aku, huh?! Aku bukan orang yang gampang menceritakan apa yang aku alami pada orang lain dan aku pikir kau mengerti itu. Tidak perlu memakiku jika ingin semua ini berakhir

Krystal tidak menyangka ungkapan kekecewaannya itu malah membuat Kai marah dan juga kecewa padanya karena ia pun begitu. Krystal kecewa pada dirinya sendiri kenapa ia dengan gampangnya menuruti egonya untuk memarahi dan memaki Kai seperti itu. Tapi disisi lain Krystal merasa dirinya sudah benar. Kai adalah pria paling egois yang pernah ditemuinya dan sialnya ia malah jatuh cinta padanya dan menerima pernyataan cinta Kai.

Berulang kali Krystal mencoba menghubungi Kai tapi hasilnya nihil. Kai pasti sangat marah padanya-setidaknya itu yang ada dipikirannya-sehingga Krystal kembali mengambil inisiatif untuk mengirimi Kai pesan singkat lagi.

Bukan seperti itu maksudku. Aku hanya merasa terkejut. Hey, siapa yang tidak terkejut jika pacarnya menghilang begitu saja tanpa ada yang memberitahu sebelumnya. Bahkan aku tidak bisa menghubungi teman-temanmu untuk menanyakan dirimu. Aku tahu kau orang yang tertutup dan aku paham itu tapi setidaknya kau bisa mengatakan padaku jika kau sedang punya masalah dan masih ingin sendiri. Aku akan sangat menghargainya, Kai. Sungguh. Aku hanya merasa khawatir sekaligus kecewa kenapa kau malah meninggalkanku seperti itu tanpa penjelesan apapun padaku. Sungguh aku tidak punya niat sedikitpun untuk mengakhiri semuanya. Aku minta maaf, Kai

KaiStal Oneshots LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang