aku duduk terjerembab pada teras rumahmu...
memandang senja yang semakin terbalut jingga malam...
nyamannya kota menyeruak dalam nafas tubuhku, menyatu dengan udara dingin yang menyelimuti...
kau datang dalam senyum dengan balutan belel khasmu..
kau katakan bahwa itu baju kebesaranmu.. baju yang membuat duniamu menjadi nyata seutuhnya...
perlahan kau mendekapku.. tenang.. tangan kokohmu seolah - seolah melindungiku .. menyelimutiku dari dingin yang hampir menusuk kulitku..
kita berbincang.. membius waktu yang terus melangkah pergi meninggalkan...
sepersekian detik, hening membakar kata yg masih ingin terucap.. menyeruak keluar dari pagar besi hati yg terkunci rapat...
damai.. tentram.. seakan langit membiarkan dua anak manusia menikmati senja malamnya...
seketika udara hangatmu menyadarkanku akan dekapan manja yg masih setia mengunci kulitku...
ego ucapanmu tak mampu membentengi diri yang meneriakan cinta..
dalam hening yg menyelimuti, kau membisikkan kata indah itu pada indra dengarku yg begitu munggil...
senyum menghiasi bibir tipis milikku.. melambungkan kembang api pada gelapnya malam...
kau kembali mempertanyakan apakah aku ingin dimiliki olehmu ???...
aku kembali menikmati bintang tanpa ingin memberikanmu kepastian...
bukann, bukannya aku jahat ingin mengikatkanmu pada tali panjang yg membuat tubuhmu terhempas...
namun aku masih ingin menikmati melodi malam dalam bisik mesramu...
dengan binar wajahku, ku katakan padamu bahwa aku ingin kau miliki...
KAMU SEDANG MEMBACA
jingga hati
Poetryjika jingga yang kucintai membawakan kamu padanya, aku siap jika harus kehilanganmu... namun, jika jingga mempetemukanmu dengannya untuk menguatkan cinta kita, aku berterima kasih pada dia dan jingga karena membuat kita menjadi satu ...