Bab 8 [The Empty House]

22 2 0
                                    

Tinggalkan jejak guys!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Yura terpaku sejenak, lalu dia mengalihkan pandangannya pada Adi yang masih tersenyum

"Kak, aku rasa aku harus masuk duluan" ucapan Yura membuat Adi memiringkan kepalanya lucu

"Kenapa duluan? Kita bisa masuk bersama sama"

"Tapi Yura harus menyelesaikan beberapa berkas masuk bersamaku, Adi"

Suara baritone Dev membuat keduanya menoleh, Yura bisa merasakan lehernya meremang. Ia mendapati Dev berdiri tak jauh dari mereka
Kapan dia sampai disana? Pikir Yura, seingatnya Dev berdiri cukup jauh dari mereka

"Oh, hai Dev" Adi tersenyum ke arah Dev, jika tadi Adi terkejut akan kedatangan ketua osis itu dia pasti bisa menyembunyikan ekspresinya dengan baik. Tak terlihat sedikitpun jengitan atau tanda tanda terkejut.

"Kalo begitu Yura, aku duluan ya" ucap Adi-lagi- sambil menepuk puncak kepala Yura pelan dan tersenyum pada Dev "jaga adik kecil ini Dev"

Dev hanya terdiam, memperhatikan sosok Adi yang semakin mengecil, ada setitik rasa tidak suka yang masih mampu ditutupi Dev

Yura menggerakkan tangannya kikuk. Dia tidak tau harus apa sekarang

"Emm...Eeh kak?" Suara Yura membuat Dev menoleh dan memperhatikan gadis kecil dihadapannya itu

"Ak....aku duluan kak, selamat pagi" Yura beranjak dari tempatnya berdiri dan berjalan cepat ke arah kelasnya - yang ngomong ngomong Yura sendiri tak yakin arah yang ditujunya benar-

Yura terus berjalan melewati lorong lorong sekolahnya, berusaha menemukan lorong menuju kelasnya yang sepertinya lebih berbelit daripada soal soal geometri dan trigonometri miliknya

Yura mengusap belakang lehernya saat melewati ruang klub debat untuk ketiga kalinya

"Kau sebenarnya mau kemana sih?"

suara yang begitu dekat dengan lehernya membuat Yura membalikkan badannya dengan cepat dan reflek berteriak

"AAAAAAAH" Dev melongo melihat respon Yura, tapi detik berikutnya dia tertawa, keras sekali

Yura yang sudah menguasai rasa terkejutnya merengut melihat Dev yang tengah asik mentertawakan dirinya

Tanpa bisa ditahan lagi, Yura yang sudah kesal kemudian memukul Dev yang berada dekat dengannya menggunakan kepalan tangannya yang kecil

"Ih kak, ii jahatnya. Males males males"

Dev membiarkan Yura memukulkan, tapi dia tetap melanjutkan acara mari-tertawai-Yura yang membua gadis itu merengut kesal

"Ih, tau deh kak, males" Yura berkata sambil cemberut

"Udah ga usah ngambek gitu, sini kakak tujukin jalannya" Dev menarik tangan Yura ke arah berbeda, memasuki lorong kedua di sebelah kiri dari tempat mereka berdiri tadi

Yura hanya menuruti tarikan Dev meski sebenarnya jantungnya berdegup terlalu cepat

"Tenang Yura, tenang. Kak Dev tidak bermaksud, hanya refleks. Tenang ra" Yura terus merapalkan kalimat itu untuk menenangkan hatinya

Meskipun melihat mata Dev membuat kepalanya sakit, tetapi tetap saja berdekatan dengan lelaki itu membuat jantungnya berdetak tak seperti biasa

"Kau sudah mulai harus menghapal jalan ke kelas Yura, tak setiap hari kan kita akan bertemu" Yura menganggukkan kepalanya ke arah Dev

Dev tersenyum dan menarik tangan gadis itu, melewati lorong lorong panjang sekolahnya

----------------------------------—-

[Deepest] Someone Behind You (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang