Bab 7 [ Eyes ]

27 2 0
                                    


Dont forget to voment!♡

~~~~~~

Dev pulang dengan bersemangat. Kejadian tadi terus terbayang olehnya. Bagaimana dia dan Yura serta taman belakang sekolah menjadi begitu dekat waktu itu

Dev mengambil motor ninja hitam kesayangannya -hari ini Dev membawa motor- dan melaju meninggalkan sekolah.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

"Hahaha lucu sekali anak bunda" derai tawa dari ibunya membuat seorang kecil ikut tersenyum

Lalu ayahnya, yang sedang membaca koran, menghampiri mereka dan mengangkat anak itu. Lalu mulai menggelitiki perutnya. Membuat tawa merdu dari si anak mengisi rumah mereka yang besar

Sang bunda berdiri, hendak mengambil makanan dari pantry mereka. Lalu menyuapkan buah buahan yang telah di kupas kepada sang ayah dan anak kecil itu

"Ayah? Bunda?" seorang anak kecil lain turun dari tangga, masih dengan muka bantalnya, ia mengucek ucek matanya dengan lucu, membuat kedua orang dewasa disana tersenyum. Sang ayah lalu menurunkan anak kecil di gendongannya dan menarik anak kecil yang satunya

"Duduk disini sayang" sang ayah berkata sambil membelai rambut kedua anak itu " karena kita semua sudah berkumpul, ada yang ayah ingin bicarakan" mimik muka sayang ayah berubah keras sementara sang bunda tampak hendak menangis

"Ayah dan Bunda mungkin sudah tak bisa berlama lama bersama kalian" sang ayah menghela nafas " ada sesuatu yang harus kami lakukan, kalian tak akan mengerti. Kami akan menjelaskannya sampai waktunya tiba"

Sang bunda mulai menangis  "karena itu sayangku, tolong percayalah pada bunda dan ayah" ia memandang dalam dalam pada mata kedua anaknya

Sang ayah lalu mengangkat anak yang lebih besar sementara sang ibu mengangkat yang lebih kecil dan membawa mereka kedalam pelukan besar dan hangat yang tanpa kedua anak itu sadari, adalah peluka terakhir mereka sebagai keluarga yang utuh

"kalian harus berjanji untuk kuat dan bertahan hidup. Dev dan Nathan anakku"

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Dev terbangun dengan keringat membasahi sekujur tubuhnya. Kaos putih yang dia pakai sudah basah kuyup. Kepalanya begitu sakit dan ada sesuatu yang terasa mengganjal di hatinya

"Bunda?"

"Bunda???!!!"

"Ayah??!!"

"Nathan?!"

Dev berteriak, ia tidak tau kenapa. Dev hanya merasa dia harus melakukannya. Dev lalu menekuk lututnya, menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya. Kepalanya sakit tapi entah mengapa hatinya lebih sakit

Dev merasakan sesuatu yang sudah lama dipendamnya keluar. Rasa sakit yang familiar mulai menjalar. Membuat Dev menggigil

Dev mengedarkan pandangan ke sekeliling kamarnya yang remang remang. Matanya berenti di pojokan dekat lemari bajunya, meneliti sosok yang berdiri disana

"Bunda?"

"Ya sayang, ada apa? Kenapa kau jadi begini?"

"Kapan bunda ada disini? aku, aku, kenapa aku tak menyadarinya bunda?"

Bundanya mendekat dan duduk di ujung kasur super empuk milik Dev dan kasur itu bahkan tidak bergerak

"Kau kenapa sayang?" tanya Bundanya lagi "tak ada yang perlu kau takutkan Dev"

Dev mengangguk, ia menggenggam tangan bundanya erat

"Dimana Nathan?"

"aku disini kak" Dev menoleh dan melihat Nathan duduk di sisi lain  ranjangnya. Kenapa dia tak sadar?

"sudahlah, kembali lah tidur Dev. Besok kau harus sekolah kan?"  Dev mengangguk, lalu masuk kedalam selimutnya. Ia melihat Nathan berdiri dan berjalan keluar kamarnya

"Tidurlah yang nyenyak Dev sayang" bundanya lalu mengecup dahi Dev dan membelai rambutnya sampai Dev kembali tertidur

~~~~~~~

Yura berangkat dengan mood yang bagus semalam dia berhasil menyelesaikan maraton menonton Detektif Conan yang baru saja dia download. Yura bersenandung kecil saat menaiki undakan tangga depan sekolahnya. Yura saat itu yakin bahwa dia akan melewati hari ini dengan mudah, melihat betapa mendukungnya cuaca hari itu.

Dan Yura yakin akan hal itu.

Pundaknya ditepuk dari belakang - yang mana membuatnya terlonjak kecil- Yura serta merta menolehkan kepalanya ke kiri -terlalu cepat sehingga urat lehernya sakit- dan membuat Yura memegangi lehernya yang berkedut sambil menatap tak percaya pada sosok di depannya

"Kak Adi?"

"selamat pagi Yura" ucapnya sambil tersenyum yang membuatnya terlihat sangat tampan "ku kira kau tak mengingat namaku" lanjutnya lagi

"Ah mana mungkin kak, aku cepat ingat kok " Yura meringis kecil, perpaduan antara malu dengan rasa sakit di lehernya

Adi lalu maju mendekati Yura, terlalu dekat sampai ujung sepatu mereka bersentuhan dan membungkukkan badannya yang tinggi dan mendekatkan wajahnya kepada Yura, membuat gadis itu menutup matanya-reflek-

1...2...3...4...5...

Yura membuka matanya saat merasakan sakit di dahinya yang menandakan jidatnya baru saja dihadiahi sentilan kecil dari Adi

"Aduduh aduh" ucap Yura sambil menggosok gosok dahinya sambil bersungut kepada Adi yang menampakkan senyum 3 jarinya

"Lagian kenapa kamu menutup mata hm?" ucap adi sambil terkekeh kekeh

Yura hanya bungkam, sambil menggosok gosok dahinya. Sial! Sekarang 2 bagian badannya yang sakit, dahi dan lehernya! Oh dan jangan lupa jantungnya yang sedang memompa darah dengan cepat, membuat Yura merasa bisa mendengar debaran miliknya sendiri

Adi lalu menarik tangan Yura dari kedua tempat yang sedang digosok gadis itu. Menggantikan tugas tangan Yura dengan tangannya sendiri

Adi mengusap usap dahi Yura dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya menangkup leher Yura yang sakit

"Maaf ya, aku terlalu keras? aku tak bermaksud oke?"  Suara Adi terdengar begitu dekat dan gerakan tangannya di leher dan dahi Yura membuat pipi gadis itu memerah

Yura bergerak mundur, hendak membuat jarak diantara mereka, tapi Adi malah menarik Yura mendekat dan menyampingkan rambutnya lalu mendekatkan wajahnya dengan leher Yura

Adi menekan nekan beberapa bagian, membuat Yura meringis karena nyeri dan sakit di lehernya. Yura hendak menarik lehernya -menjauh dari tekanan Adi yang menyakitkan- tapi tangan Adi yang satunya langsung menahan kepala Yura

"Diamlah, sakitnya cuma sebentar" ucapan Adi terdengar lembut tapi Yura menggelengkan kepalanya tak kuat

Adi menatap gadis di depannya dengan matanya yang dalam membuat Yura terpaku dan hanyut kedalam matanya lalu sedetik kemudian menarik leher Yura yang sakit membuat gadis itu menjerit

"Kak Adi apa apaan!" sungutnya sambil mempelototi Adi yang tertawa

"Habisnya kamu ga bisa diem. Walaupun sakit tadi tapi sekarang udah ga kan?" Ucap Adi tertawa tawa " haha maafin ya Dek"

Yura menggosok gosok bagian yang tadi sakit dan ketika tak merasakan rasa itu lagi, Yura tersenyum lalu menganggukan kepalanya semangat

Adi mengacak rambut Yura, gemas melihat ekspresi anak itu yang seperti anak kecil

Yura juga tersenyum, dia mengaitkan tangannya ke tali tas ranselnya

Yura memandang ke sekeliling, melihat beberapa siswa memperhatikan dia dan Adi dengan tatapan aneh

Yura menelusuri wajah wajah siswa siswi itu dan matanya berhenti di satu titik

Di mata hitam milik Dev.

[Deepest] Someone Behind You (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang